1 Fuyuki Matsuda

Musim semi identik dengan sakura, bunga yang mekar setiap setahun sekali. Berbagai aktivitas kantor, perusahaan, dan sekolah diawali dari musim ini. Para muda-mudi berjalan mengenakan seragam dengan jas rapi, celana panjang dan rok mini, menyusuri jalan yang dihiasi oleh pemandangan indah berwarna merah muda menuju gedung sekolah, seolah-olah jiwa muda bersemi kembali.

Semua pelajar ingin kehidupan sekolah yang menyenangkan, mengikuti banyak ekstrakurikuler dan memiliki banyak teman. Tetapi, karena beberapa alasan tertentu beberapa pelajar kurang bisa menikmati masa-masa sekolahnya.

Ada yang hanya fokus pada karir masa depan, ada yang hanya bersekolah sesuai kewajiban tanpa memiliki tujuan, bahkan ada yang ingin mendapat pacar? Bisa jadi suatu alasan mengapa seseorang ingin melanjutkan sekolahnya.

Berbeda halnya dengan Fuyuki Matsuda. Lelaki imut yang memiliki mata hijau, dan berambut putih ini, terpaksa harus bersekolah lagi karena perintah ayahnya.

"Menyebalkan!" Itu saja yang bisa dia katakan saat memasuki pintu gerbang SMA Abeno, tak ada hal yang menarik bagi dirinya. Selama tiga tahun ke depan, Fuyuki akan menjalani kehidupan bersama Hiyori Fujisaki dan Mawaru Yoshioka yang merupakan teman masa kecilnya.

Karena kecerdasannya yang luar biasa, Fuyuki mendapatkan skor tertinggi saat tes penerimaan murid, nilainya sempurna di semua tes mata pelajaran. Alhasil sebagai murid terbaik nomor 1, ia menjadi superstar di sekolahnya.

"Kenapa malah jadi terkenal? Harusnya aku tidak niat saja mengerjakan tes nya." Dalam pikiran Fuyuki begitu tahu dirinya sudah menjadi buah bibir se-isi sekolah.

"Jangan begitu, harusnya master bersyukur!" sahut Mawaru yang berjalan mendekatinya lalu meraih bahunya. Disusul dengan Hiyori yang berjalan santai dengan menundukkan wajah sambil bermain game di smartphone-nya, "Terimalah dengan rasa bangga."

Perkataan Mawaru dan Hiyori membuat Fuyuki semakin malas untuk melangkahkan kakinya dan tiba-tiba terdiam. Dia menutup mata, merenungkan kembali tujuannya "Jika dipikir-pikir lagi, aku ada di sini karena menjalankan wasiat dari ayah." Jadi, mau tidak mau harus niat sekolah.

Fuyuki yang terdiam mulai mengambil langkah kaki dan maju, "Baiklah!" gumamnya seraya membuka mata, wajahnya yang tadi lesu kini kembali bersemangat.

Hmm ....

"Akhirnya dia sadar juga!" dalam hati Hiyori sambil tersenyum tipis melihat Fuyuki kembali bersemangat itu.

"Ngomong-ngomong di mana kelas kita, ya?" Mawaru kembali menghidupkan suasana.

"Eh-!? Jangan bilang kamu belum melihat papan pengumuman di depan pintu masuk tadi." Hiyori mulai mengacau dengan menunjukkan ekspresi kesal nya.

"Be-benarkah?" Mawaru sedikit gelisah.

"Apa kau benar-benar tidak tahu, Mawaru?" Fuyuki memandangnya dengan rasa tidak percaya.

"Iya." Mawaru menjawab dengan ekspresi sedatar papan. Dalam hati Mawaru "Males banget kalau aku harus melihatnya ke sana lagi."

"Aku sih di kelas 1-B." kata Hiyori dengan santainya sambil menunjukkan jari ke ruang kelas yang dimaksud.

"Kalau Master?" Mawaru bertanya kepada Fuyuki yang berharap cemas dengan harapan semoga sekelas.

"Entah." Fuyuki sengaja mengabaikan Mawaru namun menyelonong masuk ke kelas 1-B.

"Loh, kenapa malah masuk situ!?" Mawaru berteriak kesal karena merasa dipermainkan.

Hiyori dan Fuyuki mencari tempat duduk, dan mereka duduk berdekatan sementara Mawaru termenung di pojok pintu kelas.

Hiyori berbisik pada Fuyuki yang melihat Mawaru dari kejauhan.

"Kenapa tidak kau bilang saja kalau dia juga 1-B." Karena di antara mereka bertiga, satu-satunya yang melihat daftar kelas hanya Fuyuki.

"Aku menguji kemampuannya." Jawab Fuyuki singkat.

"Apa maksudmu?" Hiyori bertanya keheranan.

Fuyuki menghela napas sesaat dan menjelaskan alasannya, "Dia memiliki kemampuan membaca pikiran, andaikan dia terlatih untuk kelalaian seperti itu."

"Oh jadi itu alasannya!" Hiyori mengerti.

"Iya." Fuyuki beranjak dari tempat duduknya dan menuju daun pintu, Ia meraih tangan Mawaru dan membawanya ke dalam kelas sembari Hiyori mengatakan "Alasan lainnya Mawaru memanggilmu master karena mencolok di tempat umum seperti ini, iya kan?"

Fuyuki tersenyum lembut, meletakkan tangan Mawaru di bangku kosong depan Hiyori dan berkata, "Jadi, panggil saja namaku seperti biasa."

Mawaru meraih kursi di tangannya. Ia langsung duduk dan menundukkan wajahnya yang tersipu malu karena tidak bisa membaca situasi. Sesaat gadis manis yang tengah gugup karena kesalahannya ini menoleh ke arah Fuyuki dan mengatakan sepatah kalimat dengan pelan, "Maafkan aku, Fu-fu-fuyuki."

"Kenapa malah jadi gugup begitu?" dalam hati Fuyuki yang heran. "Ya, jangan diulangi lagi!" kesannya malah jadi canggung.

Awal pertama di kelas ada sesi perkenalan di mana semua murid harus menyebutkan nama, hobi dan alasan masuk sekolah ini.

"Saat giliranku tiba, aku akan menjawab aku ingin masuk ke sekolah karena jaraknya dekat dari rumah." Begitulah pikir Fuyuki.

Tetapi sebenarnya, alasan terbesar ia masuk SMA Abeno karena wasiat ayahnya yang menjabat sebagai direktur utama perusahaan Miyamoto dan meninggal 4 bulan yang lalu.

****

Hari itu, 1 Januari 2012.

Hari Kematian Toushiro Matsuda, ayah Fuyuki. Tepat ketika Fuyuki berumur 16 tahun.

*Kejadian waktu itu:

[06.30] Fuyuki yang baru saja bangun tidur beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.

Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu—

karena ibunya Fuyuki tidak ada, fuyuki merapikan tempat tidur sendiri.

Keseharian Fuyuki ketika pagi hanya menjaga rumah. Dia sudah tidak bersekolah lagi semenjak lulus dari Akademi Rakugaki 2 tahun yang lalu. Pada umur 14 tahun, Fuyuki mendapatkan gelar sebagai lulusan terbaik nomor 1 di Rakugaki.

________

Rakugaki adalah tempat untuk menampung pengguna kekuatan spiritual. Orang-orang yang memiliki potensi mengendalikan kekuatan spiritualnya dibimbing dan diarahkan untuk memiliki pekerjaan yang sesuai kemampuannya. Biasanya 'mereka' dipanggil RAIZU dan dibagi oleh setiap unit divisi sesuai kemampuan. Ada 9 Unit Divisi utama yang mengatur stabilitas Rakugaki. Divisi lainnya seperti badan eksekutif, unit medis, dan kontraktor tidak terikat pada divisi utama tetapi, tergabung dalam divisi khusus. Sedangkan Divisi tertinggi dalam Rakugaki adalah Divisi Nol dengan Kode RAIZU-00. Divisi Nol Hanya memiliki 4 anggota di mana kemampuan tiap-tiap anggota setara dengan 1 Unit Divisi Utama. Salah satunya adalah Fuyuki Matsuda, yang memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa dan elemen es terkuat yang mampu membekukan daratan. Sayangnya, kekuatannya tidak boleh sembarangan digunakan di dunia nyata dan ada larangan khusus bagi Divisi Nol sendiri untuk tidak melukai manusia biasa.

Sejauh ini Fuyuki tidak pernah menggunakan kemampuannya untuk berkelahi dengan seseorang. Dia menjadi kurang bersosialisasi dan hanya keluar rumah ketika ada kepentingan atau menjalankan pekerjaan saja.

________

Setelah bersih-bersih, Fuyuki menyiapkan makanan seperti biasa. Ketika menuju dapur, tak sengaja berpapasan dengan ayahnya yang keluar dari kamar mengenakan baju kantor rapi, "Mau berangkat sepagi ini?" tanya Fuyuki pada Toushiro sambil melihat wajahnya yang begitu ceria.

"Sebentar lagi." Dengan riang Toushiro membalas perkataan Fuyuki. Kemudian Toushiro duduk di sofa menyalakan televisi, menonton seputar berita pagi.

"Sebaiknya sarapan dulu, aku buatkan bento." Fuyuki begitu perhatian kepada ayahnya.

"Baiklah." Jawab Toushiro singkat.

Tumben dia terlihat senang sekali, apakah dia habis menang lotre? Atau saham perusahaannya naik? "Aneh" pikirnya.

Selama ini Fuyuki hanya melihat wajah ayahnya yang dirasa sedatar papan kayu. Toushiro orangnya maskulin dan tidak murah senyum, terkadang hanya senyum tipis yang dia tunjukkan, tidak pernah unjuk gigi apalagi tertawa terbahak-bahak bahkan orang-orang perusahaan bilang ia direktur super-cool. Tetapi, hari ini rasanya berbeda.

Padahal sifat cool Toushiro tak beda jauh dengan Fuyuki yang dijuluki teman-temannya "Bocah sedingin es" itu.

Kemampuan memasak milik Fuyuki tidak perlu diragukan, dia menyiapkan sarapan dengan sangat baik seakan-akan makanannya ingin disantap dengan lahap. Tak luput juga, bau masakannya yang begitu sedap memikat perempuan berusia 24 tahun keluar dari kamar, dia adalah kakak angkat Fuyuki "Ashina Miyamoto."

Nama keluarga mereka sengaja dibedakan karena Ashina bukanlah kakak kandung Fuyuki, dia diadopsi oleh ibunya sejak kecil. Keluarga Matsuda hanya menginginkan keturunan asli, maka dari itu ada larangan anak adopsi tidak boleh menggunakan nama keluarganya. Walaupun hanya saudara angkat tetapi Fuyuki sudah menganggap seperti saudara sendiri. Namun, tidak sampai kepercayaan penuhnya karena bagi Fuyuki bisa saja dia menjadi pedang bermata dua bagi keluarganya.

"Bukankah ini waktunya berangkat?" kata Ashina sambil melihat jam tangannya setelah selesai sarapan.

"Benar sekali." Toushiro tersenyum sambil melihat arlojinya, lalu Fuyuki memberikan sekotak bento pada mereka berdua.

"Terima kasih Fuyuki, hari ini aku akan pulang jam 8 malam." Pesan Toushiro pada anaknya yang ditinggal di rumah sendirian.

Fuyuki hanya mengantarkan kepergian kakak dan ayahnya sampai depan rumah, mereka naik mobil bersama dan bekerja di perusahaan Miyamoto milik ibunya.

Toushiro sebagai direktur utama memiliki kantor khusus, sementara Ashina pekerja lapangan di bagian administrasi kepegawaian. Mereka sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Jika hanya menunggu kedatangan seseorang saja membuat bosan, Fuyuki memanfaatkan waktunya untuk berlatih kemampuan fisik dan jurusnya.

Ketika dirasa sudah cukup lama latihan, Fuyuki berhenti sejenak dan mengambil smartphone-nya yang berada di meja dekat tempat latihannya. Dia segera mengecek smartphone-nya yang sedari tadi berbunyi 'kling kling' menandakan banyak pesan masuk di sosmednya.

1 Januari, ya ....

Fuyuki hampir lupa! "Selamat Ulang Tahun" banyak ucapan seperti ini pada pesan masuk di smartphone-nya. Fuyuki langsung menyadari, dan dalam hatinya "Hari ini adalah hari ulang tahunku."

Harusnya aku tadi membuat kue saja untuk merayakan dengan kakak dan ayah "Kapan lagi mereka di rumah!?" pikir Fuyuki sambil bergegas menuju dapur.

Tanpa pikir panjang Fuyuki membuat kue ulang tahunnya sendiri. Kue tersebut dipoles rapi dengan butter-cream, dan dihiasi dengan tumpukan strawberry di atasnya.

"Akhirnya sudah jadi!"

[Stawberry Shortcake ala Fuyuki Matsuda, sukses!]

Kini yang Fuyuki lakukan hanya menunggu kepulangan mereka berdua.

Dia duduk di dekat jendela, menanti datangnya mobil yang ditumpangi Ashina dan Toushiro, tetapi tak kunjung datang.

Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam, "Mungkin lupa?" Gumam Fuyuki mengingat pesan ayahnya sambil duduk menanti di depan kue.

Dia kembali melihat cuaca di luar rumah, dingin.

Hari ini salju turun sedikit lebat.

Fuyuki kembali masuk rumah.

Lalu...

1 jam kemudian.

*Tok! tok! tok!

(bunyi seseorang mengetuk pintu)

"Kakak sudah pulang!?" dengan kagetnya Fuyuki melihat Ashina pulang dengan Mondo, Bodyguard-nya Toushiro.

"Iya."

"Di mana ayah?"

"Dia menyuruhku pulang duluan, memberikan ini padamu." Kata Ashina sambil menyodorkan kotak putih yang begitu besar.

Fuyuki berdecak heran, "Cih!"

"Perasaanku tidak enak."

Fuyuki meletakkan kotak yang diterima dari Ashina di depannya. "Eh!? Ada apa Fuyuki?" tanya Ashina keheranan melihat sikap Fuyuki yang tiba-tiba berubah menjadi dingin dengan tatapan matanya yang tajam.

"Apa sikapku membuat dia marah?" dalam hati Ashina, "Gawat jika dia sampai mengeluarkan kekuatannya maka akan tamat riwayatku!"

"Mondo, antarkan aku ke tempat ayah!" kata Fuyuki dengan kesal karena menunggu lama kepulangan ayahnya.

"Sensasi macam apa ini?" dalam hati Mondo, "Hawa membunuhnya serasa hampir mencekik leherku!"

Mondo tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginannya. Dia bergegas memanasi mobil disusul Fuyuki yang berjalan di belakang Mondo.

"Tunggu Fuyuki, mungkin saat ini beliau masih sibuk jadi tunggulah sebentar lagi, pasti akan datang." Ashina berusaha mencegahnya karena tak tega melihat adiknya keluar malam-malam sementara salju turun dengan lebat.

Sorot mata tajam yang menatap Ashina itu, membuat tubuhnya mati rasa dalam sekejap. "Kakak, hanyalah pemisah antara aku dan ayah." Kata-kata kasar dari sang adik pun amat menusuk hati kakaknya.

Membuat Ashina menunduk sedih dan berkaca-kaca.

'Blaam!'

Fuyuki menutup pintu dengan keras, pergi mengenakan mantel tebal, masuk ke mobil dan duduk di depan dekat Mondo yang menyetir mobil itu.

"Cepatlah!"

"Baik."

Mondo terpaksa ngebut di jalanan.

Beberapa menit kemudian, sampailah di Perusahaan Miyamoto.

Fuyuki segera mencari kantor ayahnya, ditemsani dengan Mondo yang malam-malam harus berpatroli keliling kantor dan menemui bos-nya lagi.

"Ini kantornya, bos muda!"

"Benarkah ayahku ada di sini?"

"Iya."

Fuyuki mengetuk 3 kali pintunya tidak ada respons. Kemudian Mondo menyentuh engsel-nya tetapi pintu terkunci. Mondo mendobraknya, "Ayo kita masuk!" dan ketika mereka berdua masuk, seluruh tempat gelap. "Di mana saklarnya?" tanya Fuyuki sambil meraba-raba dinding di dekatnya, lalu dia segera menyalakan lampunya. Ruang kerjanya berantakan, banyak kertas berserakan dan pecahan kaca. Di atas meja kerja ada laptop yang menyala, sepotong roti yang hanya dimakan secuil dan cangkir sisa minum teh beraroma melati. Fuyuki melangkah pelan mendekati meja kerjanya dan ternyata dilihatnya, Toushiro tergeletak di belakang kursi kerja. Salah seorang karyawan tak sengaja lewat melihat mereka berdua masuk ruangan, kemudian karyawan itu ikut masuk namun dengan situasi yang dia lihat membuat karyawan merinding dan tubuhnya gemetaran.

"Dia sudah tidak bernafas lagi."

Mondo meminta karyawan tersebut ambulans dan polisi. Fuyuki hanya bisa bersaksi atas kematian ayahnya. Fuyuki menolak jenazah ayahnya untuk diotopsi. Dia yakin Toushiro mati bukan karena kecelakaan kerja melainkan dibunuh. Kematian Toushiro membuat Fuyuki percaya bahwa kejadian itu dilakukan oleh pengguna kekuatan spiritual, bukan orang biasa. Maka dari itu, Fuyuki tak ingin melibatkan banyak orang dan meminta polisi memulai penyelidikan secara rahasia.

Saat itu salah seorang polisi menemukan amplop yang bertuliskan "Untuk Fuyuki."

Mondo yang berdiri di belakang polisi itu melihatnya, "Oh ini kan ...!"

"Tuan muda kemarilah." Mondo memanggil Fuyuki.

"Ada apa Mondo?" sahut Fuyuki dan berjalan mendekati Mondo, lalu mondo memberikan amplop yang ia pegang.

Toushiro meninggalkan surat wasiat untuk anaknya di lacinya.

Dalam wasiat yang ditulis Toushiro, ada dua hal yang harus Fuyuki jalani.

Yang pertama: Fuyuki harus bersekolah di SMA Abeno.

Yang kedua: jika kedua orang tuanya sudah meninggal, Fuyuki harus mewarisi perusahaan Miyamoto.

Pemegang kekuasaan tertinggi atau CEO, seorang pemilik perusahaan ini adalah Zakura Miyamoto, kakek Fuyuki. Dia menyerahkan jabatan Toushiro kepada Fuyuki, dia yakin bahwa Fuyuki bisa menjalankan perusahaan ini, wasiat tersebut bisa digunakan sebagai bentuk latihannya untuk ketika akan mewarisi perusahaan. Dengan sangat terpaksa Fuyuki harus menerimanya.

****

Ulang tahun merupakan peringatan hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Biasanya, hari ulang tahun adalah saat yang ditunggu-tunggu karena perayaan ulang tahun identik dengan pesta, kado dan makanan enak. Namun, apa jadinya ketika hal tragis menimpa di hari ulang tahun?

Bocah yang berumur 16 tahun itu harus melihat kematian singkat ayahnya dan meneruskan jabatan ayahnya sebagai direktur utama sekaligus menjadi pelajar di sekolah. Di posisi yang sesulit itu, sebisa mungkin Fuyuki tidak boleh membuat perusahaannya bangkrut dan Ia harus memiliki reputasi yang baik di sekolah.

"Jika kita menginginkan sesuatu tetapi hanya merenungkan sesuatu tanpa berusaha itu tidak akan ada gunanya."

Di depan makam ayahnya, Fuyuki berjanji suatu saat nanti akan mengungkap kematian ayahnya.

Kali ini, bagi dirinya ... hidup terasa seperti menyelesaikan teka-teki.

Semua dimulai dari awal perkenalan yang singkat ini.

Selanjutnya ....

Perkenalkan dirimu!

"Namaku Fuyuki Matsuda. Keinginanku masuk sekolah ini adalah ...."

avataravatar
Next chapter