webnovel

Bab 19. Ketahuan

"Video apa?" pekik Reyhan tak percaya.

Untuk saat ini, ia hanya bisa berharap apa yang telinganya dengar itu salah. Mungkin saja Lusi mengatakan sesuatu yang lain, akan tetapi karena ia sedang memikirkan Putri belakangan ini, ia mendengar nama gadis itu terucap dari mulut Lusi.

"Kok kamu kaget gitu sih Rey?" Lusi menatap Reyhan bingung.

"Bukannya kaget, gue beneran lagi nggak fokus tadi, jadi gue nggak begitu paham apa yang lo omongin."

Lusi menghela napas panjang, meski terlihat aneh, ia tidak ingin berprasangka buruk pada Reyhan.

"Buat buktiin ke Via kalau Alif itu beneran lurus, Putri nyanggupin buat ngasih video pas mereka lagi ciuman." Lusi kembali bercerita.

"Terus?"

"Terus, Ciput beneran bisa ngasih bukti itu ke kita."

"Kalian yakin video itu asli? Sekarang jaman udah canggih, bisa aja itu direkayasa."

Lusi menggeleng cepat.

"Dari apa yang aku lihat sih kerasa nyata banget! Panas dan penuh perasaan."

Reyhan tersenyum sinis. Baginya, sungguh tidak mungkin seorang Putri mau disentuh pria lain, apalagi seseorang yang belum lama dikenalnya seperti Alif.

"Kok kamu keihatan nggak percaya banget gitu sih? Alif itu pacarnya, jadi wajar aja nggak sih kalau mereka ciuman?"

"Bukan masalah wajar nggak wajar, masalahnya ini Putri! Gue kenal Putri cukup lama, gue rasa dia bukan tipe perempuan yang mau disentuh oleh pria."

"Cinta! Kalau udah cinta, orang kaku sekalipun bisa berubah! Lagian kalian sekarang juga udah nggak sedeket dulu, jadi siapa yang tahu seperti apa Putri sekarang!"

Ucapan Lusi seolah menampar Reyhan dengan begitu kerasnya. Kenyataan bahwa ia dan Putri tidak lagi dekat, membuat perasaannya menjadi kacau.

"Ya udah sih, Rey! Kenapa juga hal kayak gitu harus diributin?! Mending, kita bahas hal lain aja, tentang kita. Kapan kamu mau kenalin aku ke keluarga kamu?"

Reyhan menatap lembut manik mata Lusi. Entah alasan apa yang harus ia berikan pada gadis itu agar berhenti membahas masalah pertemuan dengan keluarga.

"Pertemua keluarga itu bukan menandakan seberapa lamanya hubungan kita, tapi seberapa seriusnya hubungan kita!" lirih Lusi.

"Kita cari waktu yang tepat, ya. Untuk saat ini, sabar dulu."

***

Putri sedang sibuk mencuci sayuran saat Reyhan masuk ke dalam dapur. Pria itu berjalan pelan menuju kulkas, dan mengambil sebuah minuman kaleng dari dalam sana.

"Bangun tidur tuh minum air putih dulu, jangan langsung minun soda," ucap Putri pelan.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Reyhan, dan kembali pada sayuran yang tengah ia cuci.

"Lo mau masak apa?" tanya Reyhan basa-basi.

"Sup ayam, goreng bakwan, sama bikin sambel kecap."

Reyhan menghampiri Putri, lalu duduk tak jauh dari gadis itu.

"Semalem Lusi cerita sesuatu ke gue, soal video itu!" Reyhan memulai.

Putri sendiri hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Reyhan.

"Gue nggak tahu kalau lo udah berubah."

Putri menghentikan aktivitasnya, dan membalik badannya untuk menatap lurus-lurus manik mata Reyhan.

"Aku berubah? Aku, Rey?"

"Gue pikir, lo itu gadis lugu yang nggak akan biarin siapa pun menyentuh lo sebelum pernikahan, ternyata gue salah!"

Putri terdiam, ia menahan segala makian yang mencoba mendobrak dinding batas kesopanannya.

"Iya, emang kamu salah! Aku nggak tahu kalau selama ini kamu mikir kayak gitu ke aku! Well, aku nggak sesuci dan sepolos itu Rey! Selama ini, kamu yang nggak pernah mau, bukannya aku! Tapi nggak apa sih, aku ngerti kok, sesuatu seperti itu emang nggak akan bisa kalau nggak ada cinta, iya kan?!" ketus Putri.

"Lo cinta sama Alif?"

"Menurut kamu ajalah!"

Keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti, namun suasana langsung berubah canggung saat seseorang masuk ke dalam dapur.

"Ops, serius banget, lagi pada bahas apaan?" Bayu bersandar pada dinding di sebelah kulkas, lalu menatap Putri dan Reyhan dengan tatapan penuh selidik.

"Kepo lo!" ketus Reyhan, lalu beranjak pergi meninggalkan dapur.

"Kenapa itu anak? Sensi amat pagi-pagi!" gerutu Bayu sambil mengambil minuman soda kaleng dari kulkas.

"Bangun tidur itu minum air putih dulu, jangan langsung soda!"

Bayu menunjukan cengiran lebarnya, lalu meneguk soda di genggamannya.

"Air putih itu hambar! Nggak ada rasa!" kilah Bayu.

"Justru, yang ada rasa-rasanya itu yang nggak sehat!"

"Gue sehat kok!"

"Iya, sehat sekarang, coba aja kek gitu terus, kedepannya, kamu bakalan sesumbar itu bilang sehat, apa enggak!" sahut Putri tanpa menoleh ke arah Bayu. Tangannya masih sibuk mencuci sayuran di depannya.

"Lo ini lagi ngingetin gue, apa mendoakan biar gue nggak sehat, sih? Bingung gue!" sergah Bayu kesal.

Putri melirik sekilas ke arah Bayu, lalu terkekeh pelan.

"Oh iya, Bay bantuin masak dong!"

"Ogah banget, itu kerjaan perempuan!"

"Si Via lagi sakit, dia pasti cepet sembuh kalau kamu yang masakin. Lagian, biar cepet selesai gitu masaknya." rayu Putri.

"Sakit apa? Ya udah deh sini gue bantu! Tapi jangan suruh gue bumbui, auto beracun ini masakan entar!"

"No, kamu tinggal bantuin motong sayur sama bikin sambel kecapnya. Nanti, selebihnya biar aku."

Bayu mengangguk pelan. Ia lalu mencuci tangannya, duduk di depan meja dengan talenan dan pisau di hadapannya.

"Kamu potong ini semua, terus taruh di sini!"

Putri menunjukkan apa yang harus Bayu lakukan, setelahnya ia langsung sibuk mencuci ayam dan memotongnya.

"Put," panggil Bayu dengan suara rendah.

"Iya?" sahut gadis itu tanpa menoleh.

"Nggak sengaja gue denger pembicaraan lo sama Reyhan tadi! Daripada gue kepo terus nyari tahu apa yang sebenarnya terjadi, mending lo cerita aja langsung ke gue!"

Putri langsung membeku mendengar kalimat yang Bayu ucapkan. Salahnya karena sembarangan berbicara. Harusnya ia ingat bahwa mereka tidak hanya tinggal berdua di tempat ini.

"Lo ada hubungan apa sama Reyhan?!" desak Bayu.

Cukup lama Putri terdiam. Bayu sendiri tidak mencoba untuk terus mendesak Putri. Ia yakin Putri akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin saja gadis itu terkejut hingga tidak tahu harus mengatakan apa padanya.

"Kalau lo belum siap cerita, ya udah. Gue nggak akan maksa lo! Cuman, lo tahu di sini udah kayak keluarga, 'kan? Gue nggak mau nantinya hubungan lo sama Lusi, Via, ataupun yang lainnya jadi terpengaruh."

Bayu mengatakan itu masih sambil memotong wortel di talenan.

Dengan tubuh gemetar, Putri berbalik dan menatap Bayu.

"Bay ..." panggil Putri pelan.

"Hum?" Bayu menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh ke arah Putri.

Ia siap mengetahui dan menerima apa pun hubungan mereka. Toh itu adalah urusan pribadi mereka. Di matanya, Reyhan maupun Putri adalah teman baiknya.

"Bayu," panggil Putri lagi.

"Hum?" sahut Bayu lagi.

"Kamu salah motong wortelnya. Seharusnya potong bundar aja, atau potong kotak dadu. Kenapa kamu potong jadi persegi panjang gitu?"

"Anjir si Putri! Gue kira lo mau cerita! Gue udah siapin mental padahal! Astaga, ngidam apa sih emak lo dulu? Ngeselin banget lo! Serah gue mau dipotong dadu kek, pentol korek kek, sabodo amat! Kesel gue!"

Next chapter