webnovel

Bab 17. Perasaan Aneh

Reflek, Alif memuntahkan kembali bakso yang baru saja ia masukkan ke dalam mulutnya saat Putri mengatakan sesuatu yang menohok akal sehatnya.

"Ih Alif, hati-hati dong makannya, nih minum dulu!" seru Putri sambil memberikan es jeruk kepada Alif.

Dengan cepat, pria itu meneguk es jeruknya, lalu menatap tajam ke arah Putri.

"Lo barusan ngomong apaan, Put?" tanya Alif penuh tanda tanya.

"Hati-hati dong makannya, nih minun!" Putri mengulangi ucapannya.

"Bukan yang itu! Yang sebelumnya!"

Putri meneguk es teh miliknya, lalu menatap lurus-lurus mata Alif.

"Ayo kita ciuman!" ungkap Putri.

"Hah?" pekik Alif tak percaya.

Ternyata telinganya tadi tidak salah mendengar. Putri memang mengatakan itu.

Tapi, apa Putri sudah tidak waras?

"Jangan salah paham dulu! Biar aku jelasin!" sergah Putri karena takut Alif akan berpikiran macam-macam.

"Oke, gue dengerin!"

Putri menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada Alif. Dan Alif sendiri hanya terdiam karena terlalu bingung. Bagaimana harus bereaksi.

Mengapa Via, dan juga keluarganya yang lain memiliki pemikiran yang begitu dangkal?

Meski memang tidak pernah memiliki pacar, bukan berarti dirinya itu gay!

"Udah gue bilang padahal sama Via buat berhenti nontonin film atau drama yang bisa membuat otak kecilnya itu terkontaminasi. Gila aja gue dikira gay!" celoteh Alif pada akhirnya.

"Makannya itu, kita harus kasih mereka bukti biar mereka nggak khawatir!" sahut Putri dengan santainya.

"Lo mau kita ciuman?" tanya Alif tanpa berpikir.

"Ya nggak gitu juga, Alif! Ya kali kita harus beneran ciuman! Jangan mengada-ngada kamu!"

Alif terkekeh pelan melihat wajah Putri yang memerah. Padahal, jauh dalam lubuk hatinya ia juga merasa gugup.

"Kita bisa merekayasa! Minta sama photographer buat memfoto kita, terus diedit biar kayak lagi ciuman gitu, gimana menurut kamu?"

Sekali lagi Alif terkekeh pelan. Ia tengah menertawakan diri sendiri karena sempat berpikir Putri sungguh-sungguh saat meminta ciuman itu.

"Kok kamu malah ketawa sih? Gimana? Ide aku bagus nggak? Ya daripada kamu terus dituduh belok, mending ikutin saran aku dan kamu akan terbebas dari tuduhan itu!"

"Nggak usah repot-repot gitu! Biar nanti gue ngomong dari hati ke hati sama Via!"

"No! Nggak bisa gitu dong Al! Nanti Via tahu kalau aku udah ngasih tahu kamu! Awas aja kamu kalau kayak gitu!"

Alif menggeleng tak percaya melihat si rempong di hadapannya itu.

"Ya udah, atur lo aja deh! Nggak usah pakai photographer, ribet tahu, malu juga!"

"Jadi?"

"Kita foto pakai handphone aja! Udah serahin aja ke gue, yang penting makan dulu! Laper gue!"

***

"Ini apartment punya siapa, Al?" tanya Putri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri dengan bingung.

Alif melemparkan jaketnya ke sofa, dan langsung menuju dapur. Ia mengambil beberapa minuman kaleng dari sofa, lalu membawanya kembali ke Putri.

"Punya gue!"

"Kalau kamu punya apartment sendiri, kenapa Via nggak tinggal sama kamu aja? Kenapa juga dia tinggal di share house?"

Alif terkekeh pelan, lalu menggeleng pelan.

"Biar bisa deket Bayu! Lo pikir kenapa si manja itu mau repot-repot tinggal di share house saat tempat tinggal abangnya cukup bagus?!"

"Ah, iya juga ya! Via 'kan naksir sama Bayu!"

Alif lalu mengambil handphone miliknya, dan meletakkannya di belakang Putri.

"Udah siap?" tanya Alif pelan.

"Siap buat apa?"

"Pura-pura ciuman!"

Putri langsung membelalakan matanya dan menutup rapat-rapat mulutnya dengan kedua tangan.

"Kok respon lo kayak gitu?" tanya Alif bingung.

Putri lalu tersenyum dan menggeleng pelan.

"Oke, aku siap. Sekarang gimana? Posenya gimana biar kelihatan kayak lagi ciuman?!"

Alif menarik pinggang Putri untuk semakin dekat, ia lalu melesakkan jemarinya ke helaian rambut Putri, dan sedikit memiringkan wajahnya di dekat wajah gadis itu.

"Al, kamu mau apa?!" pekik Putri kaget.

"Biar lebih meyakinkan aja! Tenang Put, gue nggak akan nyium lo beneran!"

Mendengar jawaban Alif, wajah Putri langsung bersemu merah. Gadis itu langsung memejamkan erat kedua matanya saat Alif semakin dekat. Bisa ia rasakan napas hangat pria itu di kulitnya. Gadis itu pun langsung menahan napas saking gugupnya.

Jantung Putri berdetak begitu kencangnya tanpa bisa ia kontrol, keringat dingin membasahi kening dan telapak tangannya.

Melihat reaksi Putri yang seperti itu, membuat Alif tersenyum tipis.

Bagaimana bisa ada gadis sepolos ini?

"Put," panggil Alif pelan.

"Hum?"

"Jangan tahan napas, muka lo udah merah!"

Dengan tarikan napas yang kencang, Putri pun mulai bernapas kembali.

Alif yang melihatnya, langsung terkekeh geli dan menjauh dari gadis itu.

"Kamu udah ambil fotonya?"

"Gue nggak ambil foto!"

"Hah?" pekik Putri tak percaya.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Alif pun mengambil handphone-nya, dan memperlihatkan pada Putri apa yang ada di sana.

Putri menggeleng tak percaya melihat hasil rekaman yang ada di handphone Alif.

"Kita cuma tinggal potong bagian awal sama akhir doang!" Alif bersandar pada sofa sambil memperhatikan Putri yang masih melihat handphone tanpa berkedip.

"Wah, di situ kita kelihatan kayak lagi ciuman. Aku sampai merinding lihatnya." Putri mengatakannya tanpa berani menoleh ke arah Alif.

"Lo tinggal tunjukin itu ke Via sama Lusi."

"Iya. Nanti aku tunjukan ke mereka."

"Put, muka lo merah banget! Lo lagi nggak enak badan apa gimana?" ledek Alif.

Putri langsung melirik pria itu dengan tajam. Perempuan mana yang tidak akan memerah wajahnya melihat video dirinya yang sedang berciuman? Meski mereka tidak benar-benar melakukannya, di video itu terasa begitu nyata.

"Justru aneh kalau mukaku nggak merah! Kamu tahu ini pertama kalinya aku deket banget sama pria, 'kan? Itu tadi jaraknya deket banget, lho!"

"Iya deh iya." sebisa mungkin Alif menahan tawanya yang siap meledak kapan saja.

"Kamu tuh aneh tahu nggak Al, kok bisa-bisanya sih kamu biasa aja habis ngelakuin kayak tadi?" sergah Putri.

Alif tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Oh iya, lupa! Kamu itu playboy, pantes aja kamu biasa aja tadi! Haduh, Via tuh aneh ya! Masa kamu dibilang nggak suka sama perempuan?!"

Alif menghela napas panjang melihat Putri yang masih menganggapnya playboy. Tapi biarlah gadis itu memikirkan apa pun tentangnya. Ia hanya ingin selalu berada di dekat Putri.

"Coba aja Reyhan bisa lihat video ini, ya. Penasaran gimana reaksi dia."

"Meskipun dia nggak lihat, Lusi pasti cerita tentang video itu ke dia. Lo bisa nilai sendiri gimana reaksi dia nanti!" sahut Alif sambi memijit pelan lengannya.

"Lengan kamu kenapa, Al? Perasaan dari tadi, kamu pijit-pijit lengan terus. Di warung bakso tadi juga."

"Bukan masalah besar. Cuman pegel aja, karena pagi tadi bantuin temen dirong mobilnya yang mogok!"

"Kenapa nggak telepon bengkel aja?"

"Orang cuman dorong doang, buang waktu kalau harus nunggu orang bengkel!"

Next chapter