webnovel

Bab 16. Lusi si Biang Kerok

Mata tajam itu tak pernah berpaling sedikit pun dari Putri. Salahkan Via karena dia menceritakan semuanya pada Alif, tentang kejadian di klub tempo hari. Alif langsung memarahi Putri begitu turun dari mobilnya.

"Lain kali kalau mau pergi ke tempat begituan, ajak gue apa temen-temen lo di share house yang laki! Tempat kayak gitu itu gak aman buat perempuan lugu kayak lo! Mengada-ngada banget lo pergi ke tempat kek gitu!" Alif masih mengomel.

Tidak sedikit pun Putri berani membantah ucapan pria itu, karena ia tahu Alif sangat peduli. Well ya, Putri merasa ini semua memang salahnya, seharusnya ia tidak pergi ke tempat itu dan menyusahkan semua orang, termasuk Satria.

"Al, menurut kamu, Satria itu baik atau enggak?" tanya Putri begitu Alif selesai mengomel.

"Ya mana gue tahu! Lo yang lebih kenal dia, 'kan?"

"Bener juga." gumam gadis itu pelan.

"Dahlah, balik dulu gue!" seru Alif masih dengan wajah masamnya.

Dia langsung meninggalkan pekerjaannya begitu saja saat Via menceritakan kejadian tempo lewat chat. Beruntung Via juga memberitahu Putri, jadi gadis itu bisa bersiap-siap menghadapi amukan Alif.

"Jangan marah dong, Al! Yang penting, aku baik-baik aja, 'kan?"

Alif berhenti melangkah dan berbalik untuk menatap gadis itu tajam.

"Gimana kalau saat itu Satria nggak muncul?" ketusnya.

Ah, itu adalah hal yang paling tidak ingin Putri pikirkan. Memangnya, ia yang lemah itu bisa apa? Sungguh, itu sangat menakutkan.

"Aku nggak akan ke tempat kayak gitu lagi! Jangan marah lagi!"

"Gue marah karena gue care sama lo! Gue takut kalau terjadi sesuatu yang buruk sama lo!"

Putri langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Kemaraan Alif belum juga reda, jadi lebih baik diam daripada harus terus kena marah.

Alif menghela napas panjang, ia lalu beranjak pergi meninggalkan share house.

Selain Reyhan, Alif adalah pria pertama yang sebaik dan seperhatian ini pada Putri. Beruntung Via memiliki seorang kakak seperti dia.

"Pacar lo cuman khawatir, tenang aja, besok juga udahan marahnya." celetuk seseorang dari belakang Putri.

Huft!

Putri pun berbalik dan melewati Lusi yang tengah tersenyum penuh arti ke arahnya. Ia lalu duduk di sofa, dan menyandarkan tubuhnya di sana.

"Harusnya lo bersyukur punya pacar kayak dia." imbuh Lusi sambil duduk di samping Putri.

"Weh! Seriusan Bang Alif pacar Kak Put? Waaah, laku juga akhirnya abang gue. Terima kasih Tuhan."

Putri nyaris terlonjak saat mendengar suara teriakan Via dari arah dapur. ia langsung memjijit pelipisnya, semua akan menjadi rumit sekarang. Apa yang harus ia katakan pada Via?

"Kok lo baru tahu sih, Vi? Payah lo! Lo kn adeknya!" cibir Lusi.

"Asal lo tahu aja ya Kak, abang vi itu tertutup orangnya kalau masalah cinta-cintaan. Saking tertutupnya, kami sekeluarga pernah nganggep dia gay tahu nggak!"

Putri nyaris tertawa mendengar cerita Via. Playboy pro seperti Alif dibilang Gay?  Yang benar saja.

"Seriusan lo? Emang gak pernah gitu sekalipun lo mergokin Alif teleponan sama perempuan, jalan, atau apa gitu yang menandakan ketrtarikannya sama perempuan?" tanya Lusi begitu antusias.

"Nggak pernah! Bang Alif itu, kalau pergi ya sama temen-temennya, nggak pernah sama perempuan! Terus, soal teleponan, nggak pernah sekalipun vi denger dia lagi teleponan!"

Mendengar cerita Via, Putri langsung bertanya-tanya, kenapa bisa Via tidak pernah memergokinya pacaran? Bukankah Alif seorang playboy?

"Tapi ya Vi, setahu Kakak, Alif itu dulunya playboy deh, masa kamu nggak tahu?!" sela Putri.

"Ha???" pekik Via tak percaya.

"Kok kamu kaget gitu, sih? Beneran deh, Alif itu dulunya playboy!"

"Ini yang Kak Put maksud, Alif abangnya vi, 'kan? Playboy dari mana?"

Kini, yang paling bingung di antara para gadis itu adalah Lusi. Bukankah ini aneh? Via yang adiknya tidak pernah menemukan tanda-tanda Alif menyukai perempuan, sementara Putri pacarnya menyebutnya playboy?! Oh, wah!

"Gini deh, gue tnya sama lo, Put! Saat kalian pacaran, pernag nggak si Alif nyium lo?"

Putri langsung membeku mendengar petanyaan Lusi. Mana mungkin Alif menciumnya?!

"Dari ekspresi lo, bisa gue simpulin kalau lo belum pernah dicium sama Alif!" sergah Lusi dengan tatapan penuh selidik.

"Oh Tuhan, jangan-jangan Kak Put cuman dimanfaatin Bang Al doang buat nutupin jati dirinya yang sebenarnya. Maafin abang via ya Kak Putri." Via langsung berhambur merangkul Putri.

Ingin rasanya Putri kabur saat ini juga demi menghindari pertnyaan-pertanyaan seputar Alif yang tidak bisa ia jawab.

"Nggak kok Vi, abang kamu bukan gay!"

"Kak Put nggak perlu melindungi Bang Al kayak gini! Kak Put harus jujur sama Via, biar kita bisa nentukan pengobatan yang bener buat Bang Al. Ke psikollog, psikiater, dukun, apa pun itu deh biar Bang Al nggak belok!"

Reflek Putri menutup mulut Via sebelum gadis itu mengatakan yang tidak-tidak.

"Tenang Vi, kita kan belum tahu kepastiannya!" samber Lusi cepat.

"Terua gimana dong cara buktiinnya?" Via terllihat sangat khawatir.

"Gini aja, kalau si Putri berhasil ngasih bukti berupa foto pas Alif lagi nyium dia, maka jelas kalau dia normal! Tapi, kalau dalam waktu tertentu Putri nggak bisa kasih bukti itu ke lo, fix dia cuman manfatin si Putri buat nutupin jati diri dia yang sebenernya!"

Putri kembali membeku mendengar ide gila dari Lusi.

"Via setuju!" seru Via dengan begitu antusias.

"No! Aku nggak setuju, masa kalau kami ciuman, harus di foto-foto segala?!" kilahku.

"Ini demi Via dan nyokapnya, Put! Biar mereka nggak khawatir lagi kalau si Alif itu belok! Lagian, apa salahnya sih? Orang cuman ciuman doang!"

Putri menggeleng lemah. Mana mungkin ia bisa membawa buktinya? Tapi ... melihat tatapan mata Via membuat Putri manjadi iba. Kasihan juga Via dan keluarganya yang selama ini mengkhawatirkan Alif.

"Please dong, Kak! Lagian kan yang lihat cuman kita aja, bukan orang lain! Ya ... please ..."

Oh Tuhan ....

"Ya udah deh." seru Putri pada akhirnya.

Via langsung tersenyum lebar, dan memeluk Putri erat.

"Seminggu sih harusnya cukup! Dalam waktu seminggu, lo harus bisa kasih kita bukti itu, Put!"

Putri langsung menatap tajam Lusi yang hanya bisa tersenyum tanpa dosa ke arahnya.

Demi apa pun, si biang kerok itu harus diberi pelajaran!

"Tapi emang mencurigakan sih, masa iya kalian nggak pernah ciuman sekalipun? Kalian itu beneran pacaran kan?"

Oh, Putri sungguh tidak tahan lagi. Ia langsung meraih bantal yang ada di dekatnya, dan menimpuk Lusi dengan bantal tersebut.

"Kepo banget!" seloroh putri kesal.

"ya penasaran aja gitu Put!"

"Gini, sekarang aku tanya balik! Kamu sama Reyhan pernah ngapai aja?!" Putri menatap Lusi penuh selidik.

Dan sekarang, gantian Lusi yang menimpuk Putri menggunakan bantal sofa.

Next chapter