1 Bab 1. Broken

Putri bergegas menuruni tangga, dan menghampiri Reyhan yang tengah duduk santai di ruang tengah sambil bermain game. Gadis itu duduk di sebelah Reyhan dan memperhatikan tunangannya itu lekat-lekat.

"Rey, keluar yuk!" ucap Putri pelan.

Reyhan yang mendengar ajakan Putri, hanya melirik sekilas tanpa menjawab.

"Ini malam minggu lho Rey!" ucap Putri sambil mempoutkan bibirnya.

"Besok aja, ya."

Putri langsung menghela napas berat, lalu menyandarkan punggungnya pada sofa. Mata gadis itu masih terpaku pada sosok Reyhan di sampingnya.

Reyhan, adalah seorang pria dengan wajah tampan nan rupawan, tubuh atletis, memiliki karier cemerlang, dan mempunyai sifat yang begitu dingin.

Mereka dijodohkan sejak mereka berumur 8 tahun. Hingga akhirnya, saat mereka berusia 20 tahun, mereka resmi bertunangan.

Di saat orang tua mereka memaksa mereka untuk tinggal bersama nenek Reyhan di Bali, mereka menolaknya. Mereka meminta agar diizinkan saja untuk tinggal di salah satu share house yang berada tak jauh dari tempat Reyhan bekerja.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya kedua belah pihak keluarga menyetujui permintaan Putri dan Reyhan. Mereka para orang tua, sangat mengkhawatirkan hubungan keduanya. Mereka takut jika suatu saat nanti, Reyhan ataupun Putri, akan tertarik kepada orang lain, dan memutuskan perjodohan mereka.

Meski kekhawatiran mereka cukup masuk akal, Putri merasa itu benar-benar tidak perlu karena, sedari mereka dijodohkan, orang tua Putri selalu mengajari gadis itu menjadi perempuan terhormat yang hanya setia kepada satu pria. Bukan hanya itu, mereka selalu mengajari Putri tentang banyak hal yang berhubungan dengan Reyhan. Seperti, apa yang Reyhan suka atau tidak suka, apa yang Reyhan bisa dan tidak bisa makan, dan masih banyak lagi.

"Rey, lo jadi nganterin gue, 'kan?"

Putri langsung mematung saat mendengar Lusi, salah seorang penghuni di share house itu, memanggil nama Reyhan.

'Jadi mengantarnya? Sejak kapan mereka akrab? Belum pernah sekali pun aku melihat mereka mengobrol sebelumnya.' Putri langsung sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Jadi." sahut Reyhan singkat.

Jadi?

Putri melirik sekilas ke arah Reyhan, yang kebetulan sedang meliriknya juga.

Putri pikir, pria itu akan mengatakan sesuatu, meminta maaf atau entahlah?

Jika pasangannya lebih memilih pergi bersama orang lain, bukankah ia berhak marah?

Marah? Tidak, marah hanya akan membuat hubungan mereka terbongkar nantinya.

"Gue pergi! Gak perlu nunggu gue, kalau ngantuk, tidur aja!" ucap Reyhan, lalu menyusul Lusi keluar dari rumah.

Dan Putri? Ia hanya bisa tersenyum miris melihat punggung pria itu yang semakin menjauh.

Berkali-kali gadis itu menghela napas panjang.

"Woi, Ciput! Kita mau jalan nih, lo ikut nggak?"

Putri terlonjak kaget saat sebuah tangan menepuk pundaknya pelan.

"Kok kaget? Lagi ngelamun? Gak bisa gini, lo harus ikut kita sekarang! Daripada lo di sini, ngelamun, terus kesambet? Serem, Put! Yuk!"

Belum sempat gadis itu menjawab, Bayu dan Kevin sudah terlebih dulu mengangkat tubuh mungilnya, dan setengah menyeretnya keluar dari rumah.

Ada setidaknya enam penghuni di share house ini, dan mereka adalah salah satunya.

Bayu bekerja di perusahaan yang sama dengan Reyhan, sedangkan Kevin masih kuliah.

Putri pun pasrah saja saat kedua pria itu mendorongnya masuk ke mobil Bayu.

"Mumpung bodyguard lo lagi ngedate sama Lusi, lo kita culik! Jarang-jarang, 'kan lo pergi ke luar selain kerja?" celetuk Bayu sambil melajukan mobilnya keluar dari gerbang.

Putri hanya tersenyum tipis merespon ucapan Bayu.

Sangat miris rasanya. Semua penghuni di share house, mengira bahwa Reyhan adalah saudara sepupunya yang merangkap sebagai bodyguard karena Reyhan sangat galak, terlebih jika ada pria yang mendekati Putri.

"Kita mau ke mana?" tanya Putri mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Gimana kalau nonton?" sahut Bayu sambil melirik ke arah Putri.

"Janganlah! Itu bioskop isinya orang pacaran semua, weh! Jiwa jomblo gue meronta-ronta tahu nggak! Makan ajalah!" samber Kevin.

"Makan di resto Korea, yuk!" seru gadis itu antusias. Karena memang, tujuan awal Putri mengajak Reyhan pergi adalah untuk makan di resto Korea.

"Boleh, siapa tahu pelayannya bening-bening kek cewek Korea!" imbuh Kevin.

Bayu hanya bisa menghela napas panjang sambil melirik ke arah Kevin. Ia lalu mengemudikan mobilnya menuju salah satu resto Korea yang cukup terkenal di Jakarta.

Setelah masuk dan makan sepuasnya, mereka pun mengelilingi kota Jakarta dan membeli beberapa jagung bakar, setelahnya kami pulang karena sudah mendekati tengah malam.

Putri menenteng sendalnya saat akan melewati kamar Reyhan, agar tidak ketahuan bahwa ia keluar hingga selarut ini, atau pria itu akan sangat marah nantinya.

Akan tetapi, saat gadis itu melewati kamar Reyhan, ia mendengar sebuah suara yang cukup asing baginya. Suara decapan? Erangan? Atau entahlah.

Putri tidak yakin suara apa yang ia dengar, karena itulah, ia mendekat ke arah pintu dan mendorong sedikit pintunya untuk memastikan suara apa yang ia dengar tadi.

Gadis itu mematung di tempat. Dadanya terasa begitu sesak dan matanya memanas. Tidak butuh waktu yang lama hingga buliran air mata itu jatuh membasahi pipinya.

Bagaimana ia harus menggambarkan perasaannya? Saat seseorang yang begitu ia percaya menghianatinya.

Reyhan dengan mesranya melumat bibir Lusi hingga gadis itu mengerang pelan. Dan itu membuatnya jijik.

Bagaimana Reyhan bisa menyentuh gadis lain, sementara ada Putri, tunangannya?

Bagaimana Reyhan bisa melakukan itu saat tahu bahwa Putri begitu mempercayainya?

Selama mereka bersama, tidak pernah sekali pun Reyhan menyentuh Putri, bahkan hanya sebatas berpegangan tangan pun, mereka  tidak pernah.

Putri pikir, mungkin saja Reyhan begitu menghormatinya, menjaganya, dan menunggu waktu yang tepat. Tapi sekarang, ia tahu alasan yang lebih tepat.

Reyha tidak pernah menginginkannya.

Putri memejamkan matanya, karena tak sanggup lagi melihat apa yang mereka lakukan di dalam sana. Sekuat tenaga, ia menarik kakinya untuk melangkah mundur, dan pergi meninggalkan kamar Reyhan.

Gadis itu terduduk lemas di lantai kamarnya. Jantungnya terus berdenyut nyeri dan kepala gadia itu terasa begitu berat. Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar di dalam sana, sekarang.

Kenapa Reyhan tega melakukan ini padanya? Apa ia kurang cantik? Kurang Sexy? Atau apa?

Selama ini, Putri selalu berusaha untuk menjadi calon istri yang baik untuknya. Ia selalu berusaha untuk membuatnya merasa nyaman, bahagia.

Tapi apa ini?

Bukankah jika memang Reyhan tidak menyukainya, tidak menginginkannya, dia hanya harus mengatakan saja yang sejujurnya?

Apa yang dia inginkan? Kenapa dia melakukan ini?

Putri mencoba berdiri dan meraih ranjangnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, dan memejamkan mata rapat-rapat.

Apa yang harus ia lakukan? Ia sangat mencintai Reyhan, tapi ia juga tidak ingin menikah dengan seseorang yang tidak mencintainya.

Haruskah ia bertanya pada Reyhan? Haruskah ia meminta pendapat pria itu tentang bagaimana mereka harus melanjutkan hubungan mereka?

Ini terlalu menyakitkan untuk gadis itu.

Putri menggeleng lemah, mencoba mengusir semua prasangka buruk terhadap Reyhan.

Baiklah, berhenti memikirkan hal itu dan tidurlah. Putri terlalu lelah untuk berpikir, batinnya terlalu lemah untuk mencoba kuat. Satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini adalah tidur, dan meninggalkan semua rasa sakit itu untuk sejenak.

Mungkin saja semua akan kembali seperti semula besok, semua akan baik-baik saja.

avataravatar
Next chapter