1 introduction

Malam itu, suhu ruangan yang aku tempati sedikit lebih dingin daripada biasanya. Aku menarik selimut dan bahkan memakai kaos kaki untuk mengurangi rasa dingin yang terasa seperti menusuk pori-pori kulitku. Terdengar hiperbola memang, tetapi itu yang aku rasakan. Ditambah lagi dengan suara pecahan piring dan pukulan di tembok, terdengar seperti pelengkap malam dengan hujan deras sekarang. Sebenarnya bukan sebuah hal yang bisa dibilang lumrah oleh anak seumuran ku, tetapi ini yang selalu aku alami sedari kecil. Menurutku ini adalah hal biasa, yang tidak perlu dijadikan masalah besar. Aku hanya butuh berkeluh kesah, tidak butuh dipedulikan apalagi dikasihani. You just have to sit and listen, if you want.

"Salma sama sekali tidak butuh perhatian kamu!"

Sebenarnya suara teriakan itu tidak ingin aku dengar, aku pusing dan aku ingin tidur dengan nyenyak malam ini. Esok ada jadwal olimpiade sains antar kelas, dan aku masuk ke dalam line anggota nya.

Aku memutuskan menyibak selimut bermotif abstrak berwarna hitam abu, mengeluarkan ujung kakiku, kemudian berjalan menyalakan lampu kamar. Mereka akan berhenti sendiri jika keduanya merasa lelah, yang perlu aku lakukan sekarang hanyalah menutup telinga. Indra pendengaran ku seperti nya bermasalah karena terlalu sering mendengar suara bising dari mereka. Mentalku? Tidak, aku tidak apa-apa.

Aku membuka Spotify untuk mendengarkan lagu dari playlist yang sering aku dengar, by the way aku adalah penggemar berat lagi Keshi. Favorit ku adalah beside you, but skeletons termasuk dalam list favorit songs selanjutnya.

"So sad in my head, Feelin' like a curse, I need medicine, medicine, medicine...." Aku hanya menyanyikannya, tidak ingin melakukannya.

Aku menatap ke arah jendela kamar yang tertutup kain gorden, di luar air hujan sangat deras, berebut untuk jatuh ke bumi. Entah kenapa mereka, maksud ku air hujan, tidak jatuh bergantian? Mengapa mereka berebut dan bertubrukan untuk jatuh paling cepat ke bumi?

Aku menghela napas, aku mengantuk, tapi mereka tak kunjung berhenti.

Playlist berganti satu persatu, menurutku lagu yang diputar secara bergilir ini bukan lagu galau anak yang terlibat kisah cinta rumit. Lagu ini hanyalah sebuah lagu yang sangat pas didengar saat merasa sendiri dan kesepian, itu menurut opiniku. Aku tidak pernah mau melibatkan diri dengan yang namanya hubungan asmara, hidupku sudah sangat rumit bahkan tanpa hal itu.

Secara random, aku melihat pergelangan tanganku.

"Semakin mengecil," aku bergumam,

Tidak penting sebenarnya, aku hanya ingin berbicara.

Aku tidak melewatkan jam makan sebenarnya, aku hanya mengurangi mengonsumsi makanan karena, um ... tidak ada makanan di rumahku. Singkatnya begitu.

Aku memiliki satu saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Kedua orangtuaku berpisah sejak tiga tahun lalu, mungkin? Saat aku pertama kali memasuki jenjang sekolah menengah atas. Keduanya menikah lagi dengan pasangan masing-masing setahun silam, dan mereka menikah dengan sebuah keluarga tunggal yang masing-masing nya sudah memiliki anak. Ayahku mendapatkan sepasang anak, dan ibuku mendapatkan dua orang putri, baru.

Aku?

Aku tinggal dengan harta yang mereka tinggalkan, itu terdengar menyedihkan, tetapi tidak buruk.

Mereka kembali saat orang-orang mengatakan bahwa pergaulanku bebas, aku sering keluar malam, bahkan aku sering tidak pulang ke rumah. Sedari dulu aku seorang gadis yang penakut, bahkan di rumah sendirian tidak masuk ke dalam list perjalanan hidupku. Tetapi, siapa yang tahu tentang rencana yang diatur oleh Pencipta?Perkenalan

"Salma Greysia Anastasia,"

Tiga Januari, tepat pertama kali Selma datang ke sekolahnya.

"Silahkan perkenalkan diri kamu. Nama, asal sekolah, alamat rumah, dan alasan kamu pindah ke sekolah ini apa? Apa boleh kamu memberitahukan itu kepada kami?" menurut Selma, guru itu sangat sopan dalam berbicara, dan gaya bicaranya sangat enak di dengar.

Selma mengangguk, dia bangkit dari tempat duduknya yang terletak di pojok kanan belakang.

"Perkenalkan, nama saat seperti yang Ibu sebutkan tadi. Kalian bisa panggil saya, Salma. Asal sekolah, dulu saya homeschooling," Salma menghentikan ucapannya karena mendengar murid berbisik saat dia mengatakan bahwa sebelumnya dia tidak bersekolah di sekolah umum, melainkan mengambil sekolah homeschooling.

"Sudah sudah, kalian ini! Harusnga dengarkan teman baru kalian berbicara di depan!"

Salma menatap Ibu guru tersebut, dia merasa canggung karena baru pertama kali mengalami hal ini.

"Lanjutkan, Salma!" ucapnya memberikan izin pada Salma untuk melanjutkan sesi perkenalan tadi.

"Alamat rumah, tidak bisa saya sebutkan. Dan alasan saya pindah kesini adalah, saya ikut orang tua,"  Selma menjawab seperlunya, kemudian dia meminta izin untuk duduk kembali.

Actually, menurut nya ... Sekolah tidak seperti apa yang dia bayangkan, memang dia selalu membayangkan hal yang positif, tidak pernah membayangkan hal negatif yang akan terjadi. Isi kepalanya sebisa mungkin dia pastikan memiliki banyak hal positif untuk dipikirkan.

"Semoga kamu bisa berteman dengan baik di sekolah ini, Salma. Dan ibu ucapkan selama datang di kelas X IPS 1, kebetulan ibu juga wali kelas di sini. Jadi, kalau butuh apa-apa, kamu bisa bertanya kepada ibu atau kepada ketua kelasnya, Ran," ucap guru itu,

Seperti nya pria yang bernama Ran, yang tadi guru sebutkan itu menotice tempat duduk Salma. Dan Salma memberikan tatapan polosnya, sementara pria bernama Ran menatapnya dengan tatapan dingin. Mungkin memang konsepnya seperti itu, dan Salma yang memutuskan pandangannya terlebih dahulu dan fokus pada buku-buku pelajaran nya.

Saat jam pertama dimulai, Salma hanya fokus pada mata pelajarannya. Terkadang ada yang memberikan dia tatapan sinis dan kadang juga ada yang bergumam hal buruk padanya, Salma tidak pernah mendengar kritik dan saran dari orang banyak, dia hanya biasa mendapatkan itu dari orang tuanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol meja nya, seorang gadis, dia terlihat di dorong orang temannya(?). Salma tidak menghiraukan itu dan tetap fokus pada tulisannya, pelajaran ini mudah, dia sudah mempelajari nya di semester kemarin.

Saat sedang fokus membuat catatan, pulpennya di senggol paksa dan membentuk sebuah coretan yang panjang. Salma mengangkat wajahnya, menatap siapa pelaku yang sudah membuat catatannya menjadi buruk.

Salma tau, bahwa sekolah yang dia inginkan tidak akan sesuai expectation nya. Tetapi, ini terlalu buruk dari pikiran positif nya.

Salma bangkit dari tempat duduknya, mentapa gadis di depannya yang menatap dengan tatapan menilai. Salma melakukan hal sebaliknya, dia mengira-ngira harga outfit yang dikenakan gadis itu terlihat jauh dibawahnya.

"Jangan pake brand palsu deh di sekolah ini!" ucapnya,

Salma mengernyitkan dahinya, apa fake brand yang dia maksud adalah miliknya sendiri? Maksud Salma, dia bahkan tau bahan yang gadis itu gunakan, itu tidak seperti cardigan yang dia beli di brand ternama beberapa hari lalu. "Sok Sokan mau pake brand ternama, ngomongnya homeschooling lagi? What?"

Kali ini giliran Salma yang menilai, "Cardigan yang kamu pakai itu palsu, aku punya yang asli di rumah. Dan, warna sebenarnya bukan ini, dia punya warna pastel yang kuat. Kalau yang kamu pakai ini, um ... Apa ya? Bisa dibilang sedikit kurang warna. I mean, yang kamu pakai itu brand palsu, kamu beli dimana?"

Salma pikir, dia bertanya dengan kalimat paling sopan yang ada di kepalanya. Tetapi kenapa reaksi yang gadis itu berikan padanya terkesan menyeramkan, dan terlihat seperti ... Marah?

"Lo yang gak tau brand! Orang tante gue yang beli ini di Australia,"

"Brand itu keluar di Amerika," gumam Salma

avataravatar
Next chapter