4 Chapter 4

Haruka memandangi ponselnya. Menunggu pesan balasan dari Muza. Kenyataannya ia mengirim pesan itu baru saja, akan tetapi terasa berjam-jam.

Bosan. Itulah yang Haruka keluhkan pada dirinya sendiri di dalam hati. Ia sudah menghabiskan tiga lembar kertas, menggambar karakter anime.

Dirinya sempat berpikir untuk berhenti mengikuti kursus menggambar, ia pikir kembali di rumah juga tidak ada siapa- siapa. Oleh sebab itu Haruka bertahan di tempat kursus ini.

Berbakat menggambar hanya Haruka jadikan kegiatan mengisi Waktu luang. Haruka menginginkan menerbitkan buku, ia berharap dapat menulis cerita daripada menggambar. Hal yang berbeda serta tantangan adalah buah manis hidupnya.

Selain itu Haruka mendapat pesanan teman-temannya untuk menggambar mereka dalam versi anime. Haruka menarik biaya setiap satu lembar coretan. Kebetulan coretan yang sedang ia buat, pesanan gambar Muza bersama Nana. Pacar Muza, tingkat sepuluh. Nana berniat menghadiahkan kepada Muza sebagai parayaan bulan ke-4 dengan Muza.

Sudah satu jam Muza tak membalas pesannya. Hingga kelas tutup, Haruka berjalan keluar tertetes rintik hujan. Beruntung kelas berakhir saat hujan mereda.

Ketika Haruka melewati café tak sengaja Haruka menemukan punggung Muza di dalam café. Duduk dekat dengan kaca. Memangku gitar pink, sedang tertawa. Tawa yang Haruka tangkap menular padanya. Misteri, bagaimana bisa Haruka tertular. Ini membuat Haruka mendekat pada Muza, beberapa langkah ke depan Nicky terlihat. Pupus sudah niat Haruka.

Lantas Haruka melanjutkan perjalannanya mencari halte. Haruka menundukan kepala melihat jalanan yang basah, sesekali menghela napas panjang.

"Ahhh..." dengus Haruka.

Sesampai di halte Haruka menyempatkan membuka akun IG-nya. Dipemberitahuannya muncul posting dari Shannon. Jari Haruka membuka kabar baru milik Shannon. Disana terdapat gambar Shannon bersama Yunos, mereka berdua berfoto bersama di sebuah ruang musik.

Haruka menghela napas kini lebih kasar. Pasang itu membuat suasana hati Haruka rusak. Menambah rasa iri saja, hubungan yang Haruka damba mengapa susah didapatkan.

Dalam hati Haruka bertaruh bukan hanya dia yang kesal dan iri. Banyak orang yang merasakan apa yang ia rasakan sekarang. Seperti tidak ada tempat lain memamerkan kemesraan saja, tidak memikirkan manusia-manusia yang masih melajang.

"Shi-ne!(mati/neraka)" geram Haruka rendah hingga terdengar mirip suara monster.

Haruka pun keluar dari akunnya kemudian masuk diakun alternya. Ia mengetik nama alamat akun Shannon dikotak pencarian. Akun Shannon pun mucul, ia memasuki akun Shannon lagi, membuka kabar baru Shannon. Jemarinya mengetik kalimat dikotak komentar.

'Ahahahaha norak banget sih enggak usah nyampah deh.'

Antara Haruka ingin Shannon membaca komentarnya, juga berharap ratusan komentar itu menutupi celaannya. Dilemma. Mau bagaimana lagi, kepepet alasan Haruka. Seandainya tak memberi komentar seperti itu, Shannon tetap mengunggah foto kemesraannya

.

.

Tingkat 12 bebas pelajaran kelas. Pulang pun lebih awal pada pukul sebelas siang. Nicky menghabiskan waktunya dengan tidur di kelas, temannya yang lain sibuk bercerita kemana-mana.

Dirinya sendiri heran mengapa dia harus masuk jika tau tingkat dua belas sudah tidak ada jam pelajaran. Mungkin karena di apartment-nya tak seramai sekolahannya, iya, lebih baik masuk daripada kesepian di rumah.

Kurang beberapa minggu lagi yang tersisa. Tidak ada salahnya berkumpul untuk terakhir kalinya bersama teman-temannya. Hal yang lebih membuat Nicky rindu adalah panggilan untuknya. Ketika seseorang atau guru memanggilnya mengurus orang sakit di UKS.

Benar Nicky akan merindukan saat namanya disebut karena dibutuhkan bantuannya.

"PMR dipanggil bu Desi," ujar Yuri dari ambang pintu.

Teman sebangku Nicky menepuk-nepuk bahu Nicky. Ia bermaksud membangunkan Nicky, sebab panggilan itu tertuju pada Nicky, siapa lagi di kelasnya yang menyandang gelar PMR.

Nicky terbangun. Ia mengusap sudut matanya sampai bersih. Melepas ikat rambutnya seraya beranjak dari tempatnya, berjalan menghampiri Yuri. Wajah kenyal Yuri membuat Nicky iri, dari dekat sangat cantik kulit Yuri. Kulit wajah Nicky nampak kuning pucat, lingkar mata terlihat itu karena Nicky tak pernah menggunakan make up. Kemana pun Nicky pergi ia tak pernah mengenakan make up kecuali pelembab kulit.

Menghela napas, sebab kulit susu Yuri semakin membuat Nicky frustasi. Yuri benar-benar pintar berdandan dan merawat kulit.

"Ada apa Yuri?" tanya Nicky yang sibuk mengikat kembali rambutnya.

"Dipanggil ke UKS sekarang, katanya,"

Kaki-kaki Nicky melangkah menuju UKS. Yuri berjalan di samping Nicky. Ruang UKS berada di bawah, beberapa menit kemudian mereka sampai di ambang pintu UKS. Disana bu Desi sedang berbicara dengan Nana yang duduk di kursi, kemudian bu Desi berbicara dengan Shannon yang terbaring di kasur.

Beberapa langkah Nicky telah di hadapan bu Desi. Menunggu bu Desi selesai berbicara barulah Nicky memberanikan diri bertanya.

"Gimana bu?" tanya Nicky.

"Ibu ada kelas, tolong kamu yang urus mereka ya," pinta bu Desi.

"Iya, bu." sahut Nicky singkat.

Bu Desi pun keluar terburu-buru. Kini tinggal empat orang yang di dalam ruangan. Dua orang sakit satunya duduk menemani dan satunya adalah Nicky yang terlebih menghampiri Shannon yang terbaring di kasur.

Tubuh Shannon terselimuti hingga leher. Wajah Shannon pucat, bibirnya pecah-pecah dan sepasang matanya terlihat bengkak. Nicky menebak bahwa Shannon sakit perut, nyatanya Shannon memegangi perutnya.

Pertama-tama Nicky memeriksa suhu tubuh Shannon yang terletak di kening. Suhu tubuh Shannon dingin, tiba-tiba Shannon menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut. Seperti Shannon memnyembunyikan sesuatu pada Nicky.

"Kamu kenapa Shannon?" tanya Nicky merendah. Shannon menggelengkan kepalanya yang terbungkus selimut.

"Kamu sakit apa?" Shannon menggelengkan kepala lagi.

"Perut kamu sakit?" lagi-lagi Shannon menggelengkan kepala.

"Aku cuma kurang tidur aja... " terdengar Shannon menahan tangisan.

Nicky pun cemas, "Eh, kamu kenapa?" desak Nicky lembut.

"Gapapa..." jawanbnya ditambah gelengan kepala.

"Kalau ada apa-apa bilang, ya," pinta Nicky dibalas anggukan oleh Shannon.

Nicky pun pindah tempat menuju Nana yang duduk di sudut ruangan. Disitu Yuri setia menemani Nana. Raut wajah Yuri tergambar emosi kesal, juga emosi marah. Saat Nicky berada di hadapan Nana,

Nicky melihat keringat dingin keluar dari kepala Nana, kedua tangannya memeluk perutnya.

Telapak tangan Nicky memeriksa suhu di kening Nana. Dingin juga basah oleh keringat.

"Kamu kenapa Nana?" tanya Nicky.

"Asam lambungku kambuh,"

"Maag?!" ralat Nicky.

"Iya, seharian ini aku belum makan," curhatnya.

"Bentar,"

Nicky mengirim pesan pada Haruka untuk membawakannya makanan ke UKS.

Nicky mengambil satu buah pil pereda nyeri asam lambung. Ia mengambil minum selanjutnya ia memberikan obat dan minuman itu kepada Nana. Nana meminum obat itu dan meletakan gelasnya di tempat duduk sampingnya.

Nicky menarik kursi dan meletakkan di depan Nana. Ia menduduki kursi itu. Tiba-tiba Nana menitikkan airmata, Nicky dibuatnya kebingungan. Apakah rasa nyeri di perut Nana begitu sakit hingga membuatnya menangis.

"Sakit banget ya, Na?" tanya Nicky cemas sambil mengusap lengan lembut. "Aku izinin ke guru gimana?"

"Nggak usah, Nick," ucap Nana gemeteran.

"Ya udah, nanti jam 4 sore makan obat sama makan tempe. Jangan makan roti dulu, nasi juga jangan dulu,"

Diingatkan oleh Nicky malah membuat tangisan Nana lebih deras. Nicky kalut, kian kebingungan harus bagaimana supaya sakit yang dirasa Nana menghilang.

"Na, kamu pulang aja daripada makin parah lho," bujuk Nicky.

"Nggak, Nick, aku nggak kuat naik montor sendiri,"

"Aku panggilin Muza kalo gitu, biar dia yang nganterin kamu pulang,"

"Nggak usah, palingan dia nggak peduli sama aku lagi,"

"Lho kok gitu, kan pacar sendiri masa nggak peduli," tukas Nicky.

"Aku udah putus sama dia, hsk!" isakan Nana terdengar jelas.

Matanya yang merah memandang Nicky. Ternyata sakit yang dirasa Nana bukan hanya diperut saja. Kasus seperti ini mana mungkin obat yang ada di dalam lemari bisa menyembuhkan sakit hati Nana.

Lagi-lagi Muza mematahkan hati seseorang. Terulang lagi jalan cerita cinta Muza. Sudah banyak korban termakan alasan putus Muza. Kebanyakan dari mereka teman Nicky. Melihat temannya tersakiti tentu Nicky muak dengan tingkah Muza. Ingin menampar Muza sekeras mungkin dan berkata jika tak bisa lepas dari bayangan cinta pertama kenapa harus menyakiti orang lain.

"Aku dah bilangkan Muza itu terkenal playboy, orang yang pacaran sama dia pasti nggak awet," omel Yuri.

"Aku sempet maksa dia jawab kenapa mutusin aku, tapi dia diem aja, hsk," tangisnya.

"Tinggalin dia Na, jelas-jelas dia duluan yang buang kamu. Buat apa mempertahanin cowok kadal air, ganteng aja nggak,"

"Tapi aku sayang banget sama dia," rengek Nana.

"Hsss!" Yuri beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Nana

Waktu keluar Yuri sempat berpapasan dengan Haruka. Haruka di balik pintu mendengarkan cerita Nana, karena cerita tersebut Haruka tidak berani masuk begitu saja membawa pesanan Nicky. Bukan maksud Haruka menguping pembicaraan mereka, hanya saja terlanjur terdengar.

avataravatar
Next chapter