2 Chapter 2

Shannon berada di ruangan musik. Ia mendengarkan gurunya bermain gitar, Shannon sendiri yang meminta gurunya memainkan musik dan dia yang bernyanyi bersama teman-temannya yang masih di ruang musik. Ia tau ini sudah jam istirahat tapi Shannon masih ingin menyanyi.

Tempat favorit Shannon yaitu ruang musik. Meskipun Shannon sebenarnya payah menggunakan alat musik, ia hanya bisa menyanyi, maka dari itu suaranya adalah alat musiknya.

Dengan suara lembut serta lensa mata bak batu safir-biru dan rambutnya pirang pucat, ia terlihat seperti putri difilm Disney. Cantik yang ia dapat dari darah yang berasal dari Kanada. Pribadinya juga ramah dan kalem. Banyak yang menyukainya tentunya.

Hot list angkatan tingkat dua belas diantaranya Muza orang Indonesia, Shannon orang Kanada dan Tomo orang Indonesia. Kehidupan mereka ada saja yang tau, tidak ada privasi sama sekali dengan mudah semua orang tau apa yang terjadi pada mereka. Aneh. Padahal mereka bukan selebritis.

Perbincangan yang paling melekat pada Shannon ialah percintaannya dengan Yunos. Mereka berdua sepasang kekasih yang sering dibicarakan. Apapun yang terjadi diantara Yunos dan Shannon pasti tersebar luas dengan cepat.

“Aku duluan ya temen-temen.”izin Shannon. Ia beranjak dari tempat, mengejar-lebih tepatnya berjalan cepat menyusul Yonus.

Wajah Shannon selalu berseri waktu Yunos disekitarnya, bak virus kebahagiaan bagi Shannon. Senyuman manis Shannon hidup, apalagi jika sepasang mata mereka bertatapan.

“Ya,” sahut teman-temannya bersamaan dan di dalam mereka terus bernyanyi mengikuti alunan musik.

Dimanapun Yunos berada pasti Shannon ada begitu juga sebaliknya. Keberadaan Yunos mudah di lacak, contohnya baru saja Shannon melihat Yunos melewati koridor ruang musik. Lantas Shannon berpamitan dengan teman-temannya. Tentu saja mereka mengikut gerak Shannon ke mana. Titik ending biasanya Shannon bertemu dengan Yunos. Mereka yang di ruang musik merasa iri dengan hubungan Shannon.

"Nicky!" sapa Shannon yang di sebelah kiri Yunos. Nicky tersenyum membalas sapaan Shannon.

Wangi lavender tercium seketika. Wangi khas tubuh Shannon, lebih tepatnya minyak wangi kesukaan.

“Shannon,” sahut polos Nicky.

Shannon mengamati rambut panjang Nicky. Begitu lebat nan hitam. Shannon berpikir rambut hitam kelam adalah warna yang terbaik dan cocok dengan warna matanya yang biru. Sebaliknya Nicky sebagai orang Indonesia lelah dengan warna hitam pada rambutnya.

"Kalau rambutku aku cat hitam bagus gak?" tanya Shannon pada Yunos seiring memperhatikan rambut Nicky.

Yunos memeriksa rambut Nicky lalu membandingkan dengan Shannon, "Nggak cocok deh, masih cantikan Nicky, kkkkk." ledek Yunos.

Shannon menepuk bahu Yunos sedikit keras. Giginya sempat menggeretak gemas sesaat.

"Hissss, kamu kok gitu, aku serius tanyanya." gerutu Shannon sembari memilinujung rambutnya.

"Aku duarius malahan, cantikan Nicky, kkkkk," timpal Yunos. Shannon memukul bahu Yunos berkali-kali. Yunos sama sekali tak kesakitan, ia bergelayut karena kegelian dengan tenaga Shannon yang lemah memukulnya.

"Kalau aku mau cat hijau gelap, jadi keliatan nggak pernah mikir sampai rambut lumutan, kkkkk!" Nicky mengeluarkan candaannya. Pada bagian ingin menghijaukan rambut adalah bagian serius.

Beberapa pasang mata tertuju waktu mereka datang. Bak drama TV, wajah-wajah tampan dan cantik masuk ke suatu tempat, begitu berkilau, menggerombol.

Pemandangan dimana orang biasa, tidak bisa berhenti menyasikan tiap gerak-gerik mereka.

Shannon yang cantik. Muza dan kawan-kawan yang bermukan tampan juga, kelompok popular dilakangan sekolah mereka. Ingin mereka menjadi bagian dari mereka, mendapatkan perhatian tanpa harus bersusah payah.

Suara desus-desus terengar. Mereka sedang membicarakan Muza dan kawan-kawan, entah apa itu, sudah terbiasa. Yang bisa Muza dan kawan-kawan menghiraukannya. Malahan salah satu dari mereka, si Kevin menikmati dirinya menjadi sorotan.

Dicafeteria Shannon mendapatkan sosok Yuri, teman kelasnya sedang makan bersama laki-laki. Mereka nampak begitu akrab hingga Shannon dapat menebak bahwa Yuri telah mendapatkan pacar baru. Temannya yang satu ini terkenal gonta-ganti pasangan semudah ganti pakaian.

Hubungan Shannon dan Yuri tak begitu dekat hanya saja Shannon sering mendengar berita miring tentang Yuri. Jujur saja Shannon paing takut jika Yuri mengincar apalagi cuma menyapa Yunos.

"Yuri punya pacar baru lagi." cetus Shannon memberitahu Yunos.

“Udah berapa lama dia sama si mantan dia?” tanya Shannon, “Cepet banget Yuri dapatnya, aku jadi penasaran, pengen kepoin Yuri, tapi aku takut.”

Yunos melirik ke arah Yuri lalu memandang Shannon. Mereka berdua berbincang, sedangkan Nicky sudah memilih menu makanan sebagai santapannya. Setelah selesai memilih makanan Nicky bergabung dengan meja Haruka.

Meja Haruka telah penuh diisi Nicky. Kebisingan seperti membicarakan 'cowok' adalah hal yang lumrah sekali. Nicky berharap dia cepat menyelesaikan makanannya karena ia merasa tidak berguna bila sehari-hari mendengar kaumnya membicarakan 'cowok' saja.

"Si Yuri belum ada seminggu udah putus sama Erick, gila bener dia." cuap seseorang. Raut mukanya mendelik, muka-muka ibu-ibu yang sering nongkrong di jalanan, dengan pusaka andalannya kipas kayu, penggulung rambut-supaya keriting.

"Baru kemarin mereka putus tapi si Yuri dah punya aja serepnya." timpal Haruka.

"Yuri itu tukang tambal ban apa ya, cadangan dimana-mana, kkkkk." celetuk lainnya.

Yuri yang di meja sebelah mereka tentu saja dengar ocehan mereka. Seperti biasa Yuri menghiraukan omongan-omongan buruk tentangnya. Untuk apa ia pikirkan bila itu hanya menyakiti dirinya, lebih baik menikmati keadaan yang sempurna supaya awet muda.

"Beb, ambilin sambal dong." perintah Yuri dengan nada dingin.

Pacar baru Yuri menurut begitu saja. Dia memberikan wadah sambal pada Yuri. Aktivitas itu pun, diamati oleh gerombolan Haruka kecuali Nicky.

Sambal tersebut ia masukan ke makanannya. Lalu Yuri mencicipi makanannya, terasa kurang pedas baginya. Lantas ia, "Aduh, kurang . ." kritik Yuri.

Entah sejak kapan mereka berdua-Yuri dan Haruka tidak akur. Mungkin karena Yuri –mudah dibenci siswi, iya, aura Yuri yang menggambarkan model perempuan penggoda itulah yang membuat para siswi mudah membencinya.

Haruka paling tidak suka melihat Yuri mendekati Muza. Walaupun Muza mempunyai pacar, tapi Haruka paling benci interaksi yang terjadi antara Yuri dengan Muza.

Gerak-gerik Yuri di hadapan Muza bagaikan bensin kepalanya yang terbakar. Apalagi nada centil milik Yuri, terkesan dibuat semanis mungkin, tersenyum semanis gula. Bahkan tak jarang Yuri menepuk, menyentuh anggota badan Muza.

Rasanya Haruka ingin membelah gunung merapi saking emosinya.

"Hmn, kurang?" ia mencoba makanan Yuri, "Hss! Pedes gini masih kurang?" setelah itu Ia meminum minumannya.

"Iya kurang pedes CABENYA!" dikata cabe, ia bunyikan keras agar gerombolan yang mengosip tentang dirinya mendengar sindirannya. Ditambah lirikan mata Yuri yang tajam ke arah mereka.

Daerah meja Haruka pun terperanjat. Mereka membisu seketika mendengar ledakan Yuri. Nicky terkejut oleh kejadian di mana daerah mejanya diam-diam menjadi suasana tegang. Mereka menundukkan kepala seolah peluru lalu lalalng di atas kepala, kecuali Nicky yang sibuk memakan makan siangnya.

"Heh, apa dia denger?" bisik seseorang.

"Tau, perasaan tadi nggak kenceng-kenceng amat." sahut Haruka.

"Apa?" sela Nicky suara biasa. Semua orang melirik ke arah Nicky dengan pandangan cengoh.

Ada seseorang menggelengkan kepala, menepuki jidat. Nikcy kembali memakan makanannya tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

avataravatar
Next chapter