15 WARNING : JAMES MEMULAI RENCANA

Seorang laki-laki baru saja menerima panggilan dari orang yang begitu dikenalinya itu. Senyum smirk tercetak jelas setelah mengetahui ada sesuatu yang mencurigakan dengan sikap saudaranya tersebut, dan itu berhasil membuat James merasa tertarik untuk melanjutkan apa yang seharusnya ia lakukan saat ini.

Menatap layar ponsel yang masih menyala, kemudian menoleh kearah belakang dimana seorang gadis yang masih belum sadarkan diri itu masih berbaring dibelakang sana. Kemudian dengan cepat ia menyalakan mobil dan melanjutkan perjalanannya menuju ke suatu tempat.

"Gue pengen tahu, apa yang bakal lo lakuin kalau gue ngelakuin ini," gumamnya dengan kedua mata yang lurus ke depan menatap jalanan raya. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin segera sampai ditempat tujuan untuk memastikan sesuatu. Sepertinya sangat menyenangkan, pikir James.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh manusia yang satu ini sekarang, tetapi yang jelas itu pasti bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk semua orang, namun sebaliknya bagi laki-laki itu. Semoga saja setelah ini gadis itu akan baik-baik saja, setidaknya untuk keberadaannya mulai esok hari di kampus.

Ketika sedang fokus mengemudi, James melihat layar pada ponselnya yang kembali menyala membuat laki-laki itu langsung meliriknya sekilas. Bertepatan dengan itu lampu lalu lintas berwarna merah pun menyala membuat ia terpaksa harus menghentikan mobilnya secara tiba-tiba, kemudian menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil benda pipih tersebut dan memastikan siapa yang baru saja mengiriminya sebuah pesan chat kepadanya.

"Alfiz," gumamnya dengan kedua tangan yang mengepal kuat. James tahu siapa yang menyuruh laki-laki itu mengiriminya sebuah pesan, maka dari itu ia saat ini sudah tidak merasa aneh dengan apa yang baru saja oleh Sahabatnya itu kirimkan kepadanya. "Gue gak akan kemakan omongan lo lagi."

Saat hendak menyimpan ponselnya, terdapat kembali sebuah pesan yang dikirimkan oleh orang yang sama membuat James menggeram frustasi. Tetapi, kali ini laki-laki itu mengabaikannya dan memilih untuk terus melanjutkan perjalananya itu.

Alfiz : Lo dimana? Gue harap lo gak ngelakuin sesuatu sama cewek itu, James. Jangan sampe Yas marah lagi kaya dulu, lo gak lupa itu kan?

Alfiz : Gue serius, James. Jangan sampe ngelakuin hal yang bikin Yas marah, dia lagi gak baik-baik aja, lo udah baca berita belum?

Tanpa James sadari, bahwa apa yang ia lakukan akan membawa sebuah masalah yang tentunya tidak akan bisa ditangani olehnya sendiri. Akan ada banyak seseorang yang merasa dirugikan disini dan itu akan memancing kemarahan yang lainnya juga.

Satu jam kemudian ia langsung memberhentikan mobilnya tepat disebuah Rumah yang begitu megah berada dihadapannya saat ini. James benar-benar terkejut saat dirinya melihat bangunan mewah itu, lalu menoleh kearah belakang dimana seorang gadis masih juga belum terbangun dari pingsannya.

James terkekeh, laki-laki itu berkata, "Dunia selucu itu, ya? Lo yang sempet gue anggap cewek miskin ternyata anak orang kaya." Ia menggeleng, lalu kembali menatap kearah depan dimana bangunan megah itu berdiri.

Dengan cepat dirinya mencari sesuatu untuk memastikan penampilannya hingga dimana ia menemukan sebuah parfum miliknya, lalu menyisir rambut yang berwarna kecoklatannya itu dengan sedikit polesan disana.

Setelah dirasa selesai, ia pun langsung memasang seringai tipisnya itu yang selalu dirinya gunakan untuk tebar pesona kepada semua mahasiswi yang ada di kampus. Kemudian membunyikan klakson sehingga seorang penjaga di Rumah tersebut pun berlari keluar pos untuk membukakan pintu gerbangnya.

James sengaja menurunkan kaca mobilnya sehingga seorang security di Rumah ini mengingat wajahnya yang sudah pernah mengantarkan putri majikannya ke sini. Senyum smirk pun terlihat diwajahnya, ia benar-benar penuh dengan berbagai kejutan dari isi kepalanya saat ini.

Setelah sampai tepat di bagian depan dari Rumah tersebut, laki-laki itu langsung mematikan mobilnya dan berjalan keluar berputar kearah bagian pintu belakang dimana ia akan membawa gadis tersebut.

Laki-laki itu langsung menggendongnya ala bridal style dan menutup pintu mobilnya tersebut, lalu membawanya untuk mendekati pintu utama dari Rumah gadis itu, kemudian mengetuknya.

Terdengar suara derap langkah kaki yang berjalan mendekat membuat James merasa gugup, akan tetapi sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak terlihat.

Pintu pun terbuka dan menampilkan sosok seorang wanita paruh baya yang James yakini sebagai pekerja di Rumah besar ini. Akhirnya laki-laki itu pun tersenyum dan bekata, "Saya temennya dia, Bi. Dia pingsan tadi di kampus, apa saya boleh mengantarkannya ke kamar?" ujarnya meminta izin.

Wanita tersebut yang tadi merasa terkejut sekaligus kebingungan pun langsung mengangguk dan berkata, "Oh, silakan, lewat sini."

Laki-laki itu pun diam-diam tersenyum dan langsung mengangguk mengikuti asisten rumah tangga tersebut yang memberitahukan dimana kamar gadis yang sedang dibawanya saat ini.

Sampai dimana ia berhenti tepat disebuah pintu yang terpajang sebuah huruf yang dirinya yakini sebagai nama dari gadis itu sendiri. Wanita paruh baya tersebut pun langsung membuka pintunya sehingga kini James bisa memasuki kamarnya dan membaringkan Shil di ranjang.

"Kalau begitu, biar Bibi ambilkan minum dulu, ya," ujar wanita tersebut dan langsung berjalan pergi meninggalkan James dan gadis itu berada di dalam kamar.

Mengetahui itu laki-laki tersebut langsung menoleh kearah Shil yang saat ini sedang berbaring ditempat tidur, ia berjalan mendekatinya dan terduduk tepat disampingnya.

James berkata, "Sekarang gue udah tahu identitas lo yang sebenarnya." Laki-laki itu berkata seolah ia pasti akan melakukan sesuatu yang membuat gadis itu terikat dengannya, padahal siapa yang tahu jika apa yang dirinya katakan saat ini yang menjadi penentuan dengan siapa gadis itu menginginkannya suatu saat nanti.

Laki-laki itu pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba ikut berbaring disana disamping gadis itu dengan mengenakan selimut. James mengambil bidikan mereka berdua untuk ia simpan nanti. Kemudian dirinya kembali duduk di tepi ranjang.

Bertepatan dengan itu, suara langkah kaki yang mendekat pun terdengar, ia langsung bersikap seolah tidak terjadi apapun sehingga membuat wanita paruh baya tersebut tidak merasa curiga sama sekali.

"Silakan diminum," ujar wanita tersebut, sedanngkan James yang mendengarnya pun langsung mengangguk dan berkata, "Iya Bi, makasih."

"Kalau boleh tahu, siapa namanya, Nak?" tanya Bibi.

"Nama saya James," Laki-laki itu tersenyum, kemudian berdiri dari duduknya setelah meminum secangkir teh tersebut. Lalu berkata, "Bi, kalau gitu Saya pamit pulang dulu, ya. Tolong salamin buat Shil."

Bibi yang mendengarnya pun langsung ikut berdiri dan berkata, "Oh, gitu. Ya sudah, ayo Bibi antar sampai ke depan," ujar wanita itu, tetapi laki-laki itu langsung mencegahnya.

"Enggak usah, Bi. Mending bibi jagain Shil aja." Membuat wanita itu langsung mengangguk tersenyum.

"Terima kasih ya, nak James." Wanita itu tersenyum ketika melihat bagaimana laki-laki itu pergi keluar dari kamar Shil, sedangkan James diam-diam tersenyum smirk dalam kepergiannya.

Laki-laki itu dengan santainya berjalan keluar Rumah dari gadis itu dan mendekat menuju mobil, lalu memasukinya. Kemudian ia menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi ke kampusnya.

Dirinya sudah mendapatkan apa yang diinginkannya. Setelah itu James akan memikirkannya nanti, apa yang akan ia lakukan dengan foto ini.

Kemudian ia pun melajukan mobilnya pergi meninggalkan pekarangan Rumah mewah tersebut. Dirinya benar-benar tidak bisa berlama-lama disini, karena itu hanya akan membuat James harus terjebak diantara kedua orang tua dari gadis itu jika seandainya bertemu dengan mereka.

"Tunggu kejutan dari gue, brother."

avataravatar
Next chapter