2 PERKENALKAN : YASHELINO ALBERT

Kini seorang laki-laki tampan dengan wajah datarnya sedang menyendiri diruang kelasnya, ia sedang marah saat ini, karena teringat kemarin malam yang membuatnya benar-benar kesal bukan main. Datangnya seorang perempuan yang menginginkannya menjadi kekasihnya dengan cara yang benar-benar membuatnya merasa terhina.

"Gue bukan cowok kotor kali yang dengan gampangnya nidurin banyak cewek, gila aja!" Ujar laki-laki itu kesal, ia ingin melampiaskan kekesalanya itu saat ini juga. Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tak lama datang beberapa temannya yang melihatnya dengan kening yang mengkerut. James, Didan, dan Alfiz, tiga orang yang beruntung bisa berteman dengannya.

Pertama, James Albert, adalah tipe laki-laki yang sangat suka meniduri banyak wanita ditambah lagi temannya ini memang sangat angkuh tetapi tidak kepada Yas dan dua temannya itu.

Kedua, Didan Aprilino, laki-laki munafik yang kalau deket cewek awalnya sok alim, padahal kalau udah dapetin ceweknya, dia bakal nunjukkin sifat aslinya yang beringas, hampir sama dengan James yang suka meniduri wanita bukan banyak wanita.

Ketiga, Alfiz Zhen, teman yang paling pengertian dengan keadaan yang sedang dialami laki-laki itu, ia sama nakalnya dengan James dan Didan hanya saja Alfiz akan tidur bersama wanita hanya sebagai pelampiasan karena sampai detik ini Alfiz masih mencintai wanita yang sampai saat ini masih belum bisa ia dapatkan.

James melihat temannya ini yang seperti sedang menahan kesal, "Lo, kenapa lagi?" Tanya nya dengan alis yang terangkat satu.

Sementara Didan dan Alfiz hanya diam saja memperhatikan keduanya. Laki-laki itu menatap James dengan wajah yang sangat datar, "Kemaren, pasti lo kan yang ngasih cewek lagi ke gue?!" Laki-laki itu yang bernama Yashel Albert mendorong pundak temannya, James.

Yas tahu karena temannya yang satu ini memang suka sekali menawari dirinya atau bahkan menjodohkannya dengan beberapa wanita hanya untuk bermain dengan wanita-wanita tersebut tetapi tetap saja tak ada satupun usahanya yang berhasil.

Didan dan Alfiz terkejut mendengarnya, sungguh James yang nekad, sangat berani membangunkan singa yang sedang tidur. Bahkan Didan yang sama bejadnya seperti James pun akan berpikir dua kali untuk melakukannya, karena tahu bagaimana Yas yang sebenarnya.

James menatap nanar sahabatnya ini. Sedari kecil Yas tidak pernah berubah, ia sangat berhati-hati memperlakukan wanita, tidak seperti dirinya yang sudah dapat dikatakan sebagai laki-laki bad boy yang suka meniduri banyak wanita.

"Iya, gue yang sengaja kenalin lo ke cewek itu." Aku James dengan senyum tipisnya. Benar, kan, dugaannya. James benar-benar sudah terlalu mencampuri urusan pribadinya terlalu jauh.

Yas sudah muak dengan apa yang telah dilakukan sahabatnya yang satu ini. Ia tidak berniat menjawab perkataan James sama sekali dan langsung meninggalkan ruangan. Karena rasa kecewanya, ia sampai tak bisa mengatakan apapun atau menjelaskan sesuatu tentang dirinya yang saat ini benar-benar kecewa.

"Lo mau sampe kapan, sih, kaya gini?" Tanya Alfiz yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pertengkaran keduanya itu. "Kasian, Yas. Bukan gini caranya, kalau lo merasa peduli sama dia, jangan pernah menyamakan keberengsekan orang sama kita. Inget, James, Yas itu beda sama kita!"

James yang mendengarnya sempat tertegun, perkataan Alfiz ada benarnya juga, ia akui dirinya salah. Yas memang benar-benar berbeda, dia adalah laki-laki baik sebenarnya, Yas berpenampilan seperti laki-laki nakal hanya untuk cover saja.

Tetapi bukan itu yang James maksud, ada sesuatu hal yang mungkin Yas sembunyikan darinya dan teman-temannya. Entah apa itu, James pun tak pernah mengetahuinya karena laki-laki itu selalu diam tak pernah bercerita tentang masalahnya sendiri.

"Lo bener, dia memang berbeda, Fiz." Ujar James tersenyum, lalu menepuk pundak Alfiz sekali. "Thank's, ya, udah ingetin gue."

"Sama-sama, James. Udah jadi tugas gue sebagai Sahabat untuk saling mengingatkan." Ujar Alfiz dengan bijaknya.

Didan yang mendengarnya langsung memutar bola matanya, "Mulai, deh, sok bijaknya. Basi, lo!" Cibirnya sembari mencebik, sedangkan Alfiz yang melihat itu langsung melotot tajam.

"Iri bilang, Bos!"

Berbeda dengan James, ia masih menatap nanar kepergian Sahabatnya itu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Didan yang melihatnya pun ikut merasakan kesedihannya, sebagai seorang Sahabat, ia juga mengerti apa yang diharapkan James adalah yang terbaik untuk Yas. Hanya caranya saja yang salah.

"Mending kita susul si Yas, takutnya dia aneh-aneh lagi," usul Didan pada James dan Alfiz, kedua orang itu pun akhirnya mengangguk mengiyakan. Didan pun berjalan mendahului teman-temannya itu, kemudian disusul oleh James dan Alfiz dibelakangnya.

"Dan, nanti malem kita ke club lagi, ya?" James bersuara, sementara Didan yang mendengarnya pun hanya mengangguk saja. "Ayok, aja, gue mah." Jawabnya singkat.

Alfiz diam saja, sudah tak heran dengan apa yang mereka berdua lakukan ketika mendengar kata Club. Ia tetap berjalan mencari keberadaan temannya yang satu itu.

Akhirnya salah satu diantara mereka melihat keberadaan Yas yang sedang duduk melamun sambil merokok di taman kampus, jaraknya tak jauh dari ruangan kelasnya berasal.

Didan yang melihatnya. Benar saja, Yas sedang merokok entah itu untuk yang ke berapa bungkus ia tidak tahu. Jelas saja, Didan, James dan Alfiz yang melihatnya sangat begitu khawatir dengan keadaan Sahabatnya yang seperti itu.

"Eh, itu temen kita, guys! Lagi santai-santai disana," ujar Didan yang langsung menunjuk tangannya ke arah tempat dimana Yas berada. Alfiz dan James langsung mengikuti arah telunjuk Didan.

"Yaudah, ayok, kita samperin aja," ujar Alfiz. Akhirnya James dan Didan pun mengangguk menyetujuinya, lalu berjalan mengikuti Alfiz yang sudah lebih dulu menghampiri Yas.

Didan yang melihat Alfiz menghentikan langkahnya pun mengerutkan keningnya, lalu bertanya pada Alfiz yang sedari tadi diam memperhatikan. Ia pun mengikuti arah pandang Alfiz, betapa terkejutnya ia ketika melihat Yas sedang bersama seorang perempuan yang sepertinya seorang maba di Kampus ini.

Ketiga temannya itu terkejut karena masih ada perempuan yang berani mendekati Yas diarea kampus. James mendadak menjadi khawatir kepada perempuan itu akan nasibnya besok, apakah akan baik-baik saja atau tidak sama sekali.

"Buset, dah. Berani banget tuh cewek nyamperin si Yas. Belum tahu dia disini banyak macan betinanya si Yas," gurau Didan yang berakhir mendapat geplakan dari Alfiz.

"Gila, lo. Bukannya khawatir malah bercanda, aneh lo!"

James yang melihat kedua temannya itu pun menggelengkan kepalanya. Sudah tak heran melihat pertengkaran mereka berdua.

"Udah, sih, kenapa jadi kalian yang ribet?" tanya James. "Kita liat aja besok, gimana keadaan itu cewek."

Alfiz dan Didan yang mendengarnya pun langsung mengangguk setuju, lalu ikut menatap arah pandang James sedari tadi. Lihatlat, bagaimana Yas begitu terlihat malas meladeni perempuan itu. Hal itu mengundang kekehan para teman-temannya.

"Gue iri sama lo, Yas. Lo bisa memperlakukan cewek manapun dengan baik, tapi hati lo tetep aja terjaga sampe gak ada satu pun cewek yang berhasil runtuhin dinding hati lo," ujar James dalam hati, bibirnya tersenyum tetapi matanya menyiratkan akan banyak kesedihan.

Ia akui cukup terkagum dengan Yas, andai saja dirinya bisa sepertinya, akan tetapi sampai kapan pun ia takkan pernah bisa seperti laki-laki itu, Yas adalah laki-laki good boy.

avataravatar
Next chapter