17 MALAIKAT PELINDUNG DUA ORANG PALING BERBAHAYA

Mobil sport baru saja memasuki area parkiran kampus, semua orang pun akan langsung tahu siapa yang baru saja datang itu membuat semua mahasiswi yang melihatnya langsung menjerit tertahan, sedangkan laki-laki itu yang masih berada di dalam mobil pun hanya tersenyum smirk sembari memasangkan kacamata hitamnya seperti biasa.

Baru setelah itu ia membuka pintu mobil dan menutupnya kembali, setelah itu merapikan pakaian serta rambutnya menghadap kaca mobilnya tanpa peduli bahwa semua orang sedang menatap kearahnya. Dirasa sudah rapi, dirinya pun langsung berjalan menjauh dari kendaraannya dengan stylenya yang khas.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya dengan santai menuju teman-temannya yang entah dimana keberadaannya sekarang. Ia menoleh ke kanan dan kirinya dimana semua perempuan menatapnya secara terang-terangan dengan begitu memuja membuatnya langsung mengedipkan mata kepada mereka.

Hal itu tentu membuat para perempuan tersebut menjerit seketika, sedangkan ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya berada. Ia langsung memasuki kedua tangannya ke dalam saku celana terlebih dahulu sebelum akhirnya James memasuki ruangan dimana disana terdapat dua orang laki-laki yang begitu dirinya kenali tersebut sedang duduk manis di kursinya masing-masing.

Alfiz dan Didan yang melihatnya pun langsung menoleh, sedangkan ia langsung mengambil tempat duduk berada di depan salah seorang dari mereka. Melempar tasnya asal ke atas papan kursinya, kemudian mendudukkan diri disana.

Salah satu sahabatnya yang bernama Alfiz saat ini sedang memperhatikannya, sedangkan laki-laki itu yang merasa diperhatikan pun langsung menoleh, ia berkata, "Kenapa lo liatin gue kaya gitu?" tanyanya dengan malas.

Didan yang mendengarnya spontan melihat kearah Alfiz dan James secara bergantian, ia yang mengetahui permasalahannya pun langsung menghela nafas. Dirinya hanya diam menyimak yang akan terjadi diantara keduanya.

Satu tangan Alfiz mengepal kuat, akan tetapi tatapannya tidak beralih dari laki-laki yang berada dihadapannya saat ini, juga ekspresi darinya tak menunjukkan kekesalan membuat Didan mengusap wajahnya seketika.

"Lo gak baca chat dari gue," ujar Alfiz dengan pandangan yang tidak beralih dari seorang laki-laki yang berada dihadapannya saat ini.

Laki-laki itu menghela nafas, James berkata, "Kenapa sih lo nurut banget sama si Yas?" ujarnya merasa terheran membuat Didan kali ini langsung melayangkan tatapan tajamnya.

"Jaga mulut lo!" ujarnya kepada laki-laki itu, "Lo gak liat berita sama sekali? Seriusan? Sahabat macam apa lo, hah?!"

"Udah, Dan. Biarin aja dia," ujar Alfiz dengan wajah yang begitu terlihat sedang menahan kesalnya, sedangkan James yang melihat adanya sesuatu diantara keduanya membuat laki-laki itu langsung membuka ponselnya.

Kedua matanya langsung melotot karena terkejut, ia berdecak kesal sebelum akhirnya seseorang pun datang dengan meneriakkan namanya. James yang mendengarnya langsung berdiri, sedangkan kedua sahabatnya langsung meneguk salivanya ketika melihat kedatangan laki-laki yang begitu sangat dihindari kemarahannya tersebut.

Tanpa mengatakan apapun James langsung terkena pukulan dari Yas yang datang dengan wajah yang tidak bersahabatnya, sedangkan Alfiz dan Didan langsung berusaha memisahkan keduanya sebelum akhirnya Yas memberontak dan kembali memberikan pukulannya tersebut kepada saudaranya itu.

Sementara itu James sudah jatuh tersungkur ke lantai dengan memegang sudut bibirnya yang sedikit lebam, ia mengusapnya pelan lalu melihat kearah Yas yang saat ini sedang menatapnya dengan penuh amarah dan nafas yang tersengal-sengal.

"LO APAIN CEWEK ITU, HAH?!" teriaknya kepada James, kemudian Yas berjalan mendekat, menindihnya dan meraih kerah kemeja laki-laki itu dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Alfiz dan Didan yang melihatnya pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

James masih diam memperhatikan wajah dari saudaranya itu yang saat ini begitu terlihat sedang merasa frustasi, ia berkata, "Lo lagi frustasi," gumamnya membuat Yas yang mendengarnya langsung terdiam seketika.

Laki-laki itu, Yas langsung mengalihkan tatapannya kearah lain sebelum akhirnya kembali menoleh kepadanya dan berkata, "Gue peringatin sekali lagi, jangan ganggu cewek itu lagi!" ujarnya penuh penekanan, barulah setelah itu kedua tangannya pun melepaskan kerah baju James dan beranjak dari atas saudaranya itu.

Cukup lama keduanya saling menatap satu sama lain, kemudian Yas memutus kontak matanya terlebih dahulu dan kembali berjalan keluar kelas meninggalkan ketiga laki-laki itu yang menatapnya dengan sendu. Begitu pula dengan James, ia merasa bahwa saudaranya tersebut sedang menyembunyikan kesedihannya membuat dirinya menjadi merasa bersalah.

James langsung berdiri dari baringannya tersebut dan merapikan pakaiannya, sedangkan Alfiz dan Didan yang melihat itu langsung menghela nafas. Salah satu dari mereka pun berkata, "Gue udah kasih tahu lo kan sebelumnya di chat, sekarang resikonya karena lo gak mau dengerin apa kata gue."

Setelah itu Alfiz pun berjalan keluar kelas setelah membawa tasnya, sedangkan Didan yang melihat itu langsung berkata, "Eh, lo mau kemana?" tanyanya kepada laki-laki itu.

"Gue mau nyusul si Yas dulu, lo disini aja," jawab Alfiz, kemudian menoleh kearah James yang saat ini sedang menatapnya, "Tuh, urusin cecunguk itu biar gak berulah lagi."

Kemudian ia pun berjalan meninggalkan ruangan dengan Didan yang terperangah serta James yang langsung menghela nafas setelah mendengar perkataan dari sahabatnya itu. Dirinya langsung mendudukkan diri di kursi dengan lesu, manusia yang satu ini sepertinya sedang menyesali perbuatannya atau mungkin tidak sama sekali? Entahlah.

Didan menoleh kearahnya, lalu kembali ikut mendudukkan diri tepat dibelakang laki-laki yang berada dihadapannya tersebut. Ia berkata, "Lo sih, batu banget dibilangin."

James hanya diam tidak berniat untuk menanggapinya lebih lanjut, laki-laki itu melamun seakan sedang berpikir sesuatu saat ini. Sedangkan Didan yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya, ia kembali berkata, "Tapi, lo gak bener-bener ngelakuin itu kan?" tanyanya yang membuat sahabatnya itu menoleh seketika.

Sekian lama tidak ada sahutan, akhirnya laki-laki itu pun menoleh dan berkata, "Ya enggak lah, gue juga gak sembarangan kali kalau mau main sama cewek."

Mengetahui hal tersebut, Didan langsung menghela nafas lega. Laki-laki itu mengusap dadanya dengan kedua mata yang terpejam. Sedangkan James yang melihatnya langsung berdecak, ia berkata, "Dih, najis lo!" ketusnya.

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara mereka sebelum akhirnya James kembali berkata, "Gue cuma ngambil sesuatu yang mungkin bisa jadi senjata buat gue atau Yas," ujarnya yang berhasil membuat sahabatnya itu menoleh seketika.

"M-maksud lo?" ujar Didan sedikit waspada, sedangkan James, laki-laki itu langsung mengeluarkan seringai tipisnya yang berhasil membuat sahabatanya itu menelan ludahnya seketika.

"Nanti, lo bakal tahu sendiri tanpa gue jawab," ujar James, "Soalnya gue lagi nunggu momen yang tepat buat gunain itu."

Sedangkan laki-laki dibelakangnya tersebut saat ini sedang meringis, ia berkata, "Aduh, sumpah, gue jadi khawatir sama itu cewek. Lo jangan ngelakuin yang aneh-aneh deh, kasian James, dia keliatannya cewek baek-baek lagi."

James langsung menganggukkan kepalanya, lalu berkata, "Iya, gue tahu," ujarnya, "Tapi, justru itu, entah kenapa feeling gue bilang kalau dia bakal jadi satu-satunya cewek yang bakal ngelindungin gue sama Yas."

Mendengar itu Didan langsung terdiam, ia benar-benar merasa bahwa ini bukanlah pertanda baik untuk gadis itu. Menyadari hal tersebut, dirinya langsung menggelengkan kepalanya seketika. Sahabatnya yang satu ini memang bisa dikatakan lebih bahaya darinya dan kedua laki-laki yang lainnya.

James adalah sosok laki-laki yang memiliki tingkat keberanian dan tekad yang lebih tinggi, tetapi tidak menggunakan otaknya untuk memutuskan sesuatu setiap kali berulah. Sedangkan Yas, manusia dingin itu merupakan seseorang dengan keberanian dan selalu menggunakan kecerdasannya setiap kali akan melakukan sesuatu, maka dari itu ia tidak pernah nakal seperti ketiga sahabatnya tersebut.

"Gue gak pernah nyangka kalau ternyata cewek kaya lo itu bisa jadi malaikat juga buat seseorang."

avataravatar
Next chapter