18 BERITA MENYEBAR DI UNIVERSITAS ALBERTA

Rasa sakit dikepalanya begitu terasa saat ia secara perlahan mulai terbangun dari tidurnya. Dirinya membuka mata dan melihat sekeliling dimana ternyata ini berada di kamarnya sendiri membuat gadis itu langsung menegakkan tubuhnya seketika. Keningnya langsung berkerut hingga sebuah pintu pun terbuka dan menampilkan sesosok sahabatnya yang begitu sangat mencemaskannya.

Lenna berlari kearahnya dengan raut wajah sedihnya, ia hendak menangis membuat Shil merasa kewalahan menghadapi gadis itu. Bagaimana tidak? Sahabatnya itu terus saja bertanya alasan yang menjadi penyebab dirinya harus pulang ke Rumah dalam keadaan pingsan seperti ini.

"Lo bikin gue panik, tahu gak?" ujar gadis itu membuat Shil yang melihatnya langsung terkekeh, "Tadi gue nyariin lo di fakultas tapi kata temen-temen lo katanya lo pingsan terus dibawa pulang sama seseorang."

Kening Shil langsung berkerut, gadis itu benar-benar tidak tahu bahwa ia akan jatuh pingsan dan seketika ingatannya pun tertuju kepada kejadian sebelumnya yang membuat dirinya terkejut. Saat itu juga Sahabatnya tersebut langsung bertanya, "Lo kenapa?" tanyanya.

Dilihatnya saat ini gadis itu yang sedang memikirkan sesuatu membuat Lenna mengerutkan keningnya, kemudian Shil menoleh dan berkata, "Tadi kamu bilang aku dianterin pulang sama seseorang, siapa?" ujarnya dengan tatapan bertanya-tanya.

Mendengar itu Lenna langsung berdeham, ia seakan bingung harus menjelaskannya dari mana bahwa gadis yang ada dihadapannya ini sedang menjadi perbincangan satu kampus karena digendong oleh salah satu laki-laki tertampan di Universitas.

"Lenna," panggilnya lagi kepada gadis dihadapannya saat ini, sedangkan sahabatnya itu yang mendengarnya langsung menghela nafas dan berkata, "Gak tahu."

Shil langsung terperangah setelah mendengar jawaban dari sahabatnya itu membuat gadis tersebut mendengus kesal, ia lalu berkata, "Ya udah deh, paling juga temen aku," ujarnya yang langsung diangguki oleh Lenna.

Kemudian timbul rasa bersalah dari Lenna yang telah berbohong karena tidak mengatakan yang sebenarnya kepada sahabatnya tersebut. Ia hanya merasa ini yang terbaik untuknya, karena jika tidak, maka mungkin Shil akan kembali mendapat gunjingan dari setiap orang karena kepolosannya yang terlewat bodoh.

"Iya, itu bener," sahutnya kepada Shil yang langsung diangguki oleh orang itu sendiri.

Suasana kembali hening sejenak sebelum akhirnya Lenna kembali berkata, "Gimana kondisi lo?" tanyanya.

"Aku gak apa-apa kok," jawab Shil.

Satu tangan dari Lenna terangkat untuk menepuk pundak dari sahabatnya tersebut, ia memaksakan senyumnya karena merasa bahwa Shil sepertinya tidak akan baik-baik saja setelah ini. Dan akan menangis seperti kejadian sebelumnya yang membuat dirinya kebingungan untuk melakukan segala cara dalam menghentikan tangisannya.

"Shil, kalau ada apa-apa kasih tau gue ya?" ujar Lenna, sedangkan Shil yang mendengarnya langsung menatap intens dari sahabatnya tersebut.

"Iya, Lele. Makasih banyak, ya," ujarnya yang langsung diangguki oleh gadis itu, sedangkan Shil memilih untuk memeluknya dengan begitu erat sehingga membuat Lenna merasa hampir ingin menangis seketika.

Satu tangannya mengepal kuat, bahkan raut wajahnya mendadak berubah. Lenna bersumpah tidak akan membiarkan satu orang pun membuat Sahabatnya itu terluka, takkan pernah. Maka dari itu, mulai besok ia akan berangkat bersama dengan Shil.

Lenna melihat gadis dihadapannya tersebut yang seperti sedang ketakutan membuatnya menjadi merasa khawatir akan apa yang terjadi kepada sahabatnya tersebut, akhirnya ia pun berkata, "Lo kenapa?"

Shil langsung menoleh dengan raut wajahnya yang terlihat sedang begitu mencemaskan sesuatu, hal itu tentu membuatnya merasa tak nyaman, gadis itu berkata, "Aku kan harus kuliah hari ini, gimana dong?" ujarnya kepada seseorang yang berada disampingnya.

Mengetahui itu Lenna langsung menghela nafasnya, kemudian tersenyum masam sebelum akhirnya kembali berkata, "Lo lagi kurang sehat kaya gini masih mikirin kuliah?"

"Tapi, Lele---" Lenna menghela nafasnya, kemudian satu tangannya berada tepat dibibir sahabatnya tersebut dan berkata, "Lo udah izin, tenang aja."

"Lho, Lele yang izinin?" tanya Shil dengan kedua mata yang terkejut, sedangkan gadis dihadapannya tersebut pun menggeleng.

"Bukan gue," jawabnya membuat gadis itu mengerutkan keningnya seketika.

"Terus kalau bukan Lele siapa dong?" Shil tampak berpikir, sedangkan Lenna yang memperhatikannya hanya diam saja tidak berniat memberitahukan apapun kepada sahabatnya tersebut.

"Ya, maybe kaya yang lo bilang kalau yang nolongin lo itu temen lo, ya berarti yang izinin lo juga temen yang nolongin lo, Shil."

Lenna benar-benar gemas kepada gadis itu yang kelewat polos sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigit lengan dari sahabatnya tersebut.

"Aw!" ringis Shil, sedangkan sahabatnya tersenyum seketika. "Lele, sakit tau!"

"Hehe, ya abisnya lo gemesin banget sih."

Setelah itu Shil tidak melanjutkan perkataannya hanya diam menatap sahabatnya tersebut dengan yang mengembang. Sedangkan Lenna, gadis itu kini merebahkan tubuhnya sehingga saat ini sedang berbaring di tempat tidur.

"Shil, gue mau nanya something nih," ujarnya.

"Apa?" sahut Shil dengan ponsel yang berada pada genggamannya, lalu kembali berkata, "Kok pada rame gini ada berita apaan sih di kampus?"

Mengetahui itu Lenna langsung melotot karena terkejut, kemudian berdiri merampas ponsel milik sahabatnya tersebut dan berkata, "Dengerin gue dulu."

"Iya-iya, mau nanya apa sih?" ujar Shil, ia menatap gadis yang baru saja mengambil alis ponselnya secara tiba-tiba itu.

Saat ini Lenna sangat gugup karena takut jika seandainya gadis itu akan mengetahui semuanya terlalu cepat. Ia tidak ingin itu terjadi, maka dari itu dirinya sedang berusaha untuk menghindari Shil dari berita tentang bagaimana seseorang seperti sahabatnya tersebut bisa terlibat dengan seorang laki-laki yang berbahaya di kampus.

"Kalau misalkan ada cowok yang nolongin lo, menurut lo gimana?"

"Ya berarti orang itu baik karena udah nolongin aku," ujar Shil dengan senyum yang mengembang.

Mendengar jawaban dari sahabatnya tersebut membuat Lenna langsung menghela nafasnya, lalu berkata, "Terus kalau misal cowok itu orang terkenal gimana?" lanjutnya lagi.

Dilihatnya Shil yang seperti sedang mencoba berpikir membuat Lenna yang melihatnya langsung menggigit bibir bawahnya seketika. Ia sangat ingin tahu apa pendapat gadis itu nanti jika ternyata seseorang yang sudah menolongnya itu adalah James, si laki-laki tertampan nomor 2 di Universitas Alberta.

Ketika sedang menunggu jawaban dari sahabatnya, tiba-tiba layar ponsel milik Shil yang sedang berada dalam genggamannya pun menyala membuat Lenna langsung melotot ketika melihat sebuah notifikasi dimana salah satu sahabatnya mengatakan bahwa Shil sangat beruntung karena sudah ditolong oleh laki-laki tertampan satu kampus.

Semua orang mungkin akan membanggakannya, tetapi sebagian pasti akan membencinya. Maka dari itu jika sampai terjadi sesuatu kepada Shil, ia tidak akan segan-segan menghancurkan semua orang yang berani menyakitinya.

"Shil, gue pinjem ponsel lo dulu ya, gak apa-apa kan?"

"T-tapi---"

"Udah, sebentar doang kok, bye!"

Setelah itu Shil pun ditinggalkan oleh sahabatnya seorang diri di dalam kamarnya. Ia berdecak menatap kepergian Lenna yang tiba-tiba merampas dan meminjam ponsel miliknya tersebut. Dirinya merasa bahwa sikap dari gadis itu benar-benar aneh saat ini, akan tetapi Shil menepis jauh-jauh pemikiran tersebut dan memilih untuk berjalan menuju ke kamar mandinya.

Disisi lain kini Lenna sedang berada di Taman belakang rumah Shil, ia sedang mencoba memberitahukan kepada teman-teman sahabatnya tersebut untuk tidak memberitahukannya hari ini karena dirinya tidak ingin membuat Shil bersedih ketika melihat berita yang sudah menyebar itu.

Seperti saat ini Lenna sedang menghubungi salah satu teman dari Shil yang berada di dalam grup whatsapp tersebut, tanpa butuh waktu lama akhirnya seseorang yang ia hubungi pun menerima panggilannya.

"Halo, lo temennya Shil kan?"

"Iya, ada apa ya?"

"Gue cuma mau minta tolong sama lo, kalian semua yang deket sama sahabat gue buat hapus pembahasan kalian di grup ya, soalnya gue gak mau kalau sampe Shil tahu tentang berita dia yang udah ke sebar satu kampus."

"Lho, emangnya Shil belum tahu dia?"

"Belum, dan gue harap kalian jangan bahas ini dulu, hari ini aja, gue mohon ya."

"Oke, gue ngerti, sebelumnya gue juga minta maaf."

"Iya, gak apa-apa kok, btw thank's ya lo udah mau ngerti."

"Gak masalah, tapi kalau boleh tahu, lo siapa ya?"

"Gue Lenna, sahabatnya Shil. Kalian pasti udah pada denger nama gue kan?"

"Oh, iya. Lo yang anak fakultas sebelah kan?"

"Nah, bener. Ya udah kalau gitu, thank's ya, gue tutup teleponnya."

Akhirnya Lenna pun kembali membuka whatsapp dan ternyata mereka semua pun langsung menarik pesan yang baru saja mereka kirimkan tersebut. Mengetahui itu ia langsung menghela nafas lega, setidaknya untuk hari ini Shil tidak akan tahu tentang berita itu, karena dirinya juga sudah menghilangkan notifikasinya.

Kemudian sebuah teriakan yang memanggil namanya membuat Lenna langsung segera beranjak dari kursi Taman dan memutar tubuhnya menghadap bangunan megah dihadapannya tersebut sembari berkata, "Kenapa lagi tuh anak?" gumamnya.

avataravatar
Next chapter