1 Seorang Perempuan Bermata Bidadari

Teeeeeeeeeetttt!

Bel jam kedua dibunyikan cukup keras dari dalam Ruang Dosen oleh salah satu petugasnya pertanda semua Matakuliah yang berbobot dua SKS pagi ini pukul 09.00 WIB sudah usai, tapi bagi Mahasiswa-mahasiswa yang menempuh tiga SKS atau lebih masih bertahan di dalam kelasnya masing-masing.

"Yuk kita ke kantin dulu sambil menunggu Matakuliah Sosiologi!" ajak Roy sambil memasukkan sebuah buku catatannya, ballpointnya, dan sebuah buku paketnya ke dalam tas punggungnya kepada Andre yang duduk di sebelahnya. Andre juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Roy saat ini. Andre adalah Mahasiswa pindahan yang berasal dari Semarang. Andre pindah ke salah satu Universitas Negeri di Jakarta saat ini mengikuti mutasi kerja ayahnya sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Roy adalah sahabat karibnya yang merupakan tetangga dekatnya dan sama-sama tinggal di perumahan khusus Pegawai Negeri Sipil. Ketika dalam perjalanan menuju ke kantin, Andre tak sengaja menabrak seorang Mahasiswi yang sedang jalan bersama cowoknya menuju ke kelasnya untuk mengikuti Matakuliah yang berbobot empat SKS.

Praaaaaaakkk!!

"Aduuuhhh, maaf ya mbak saya tidak sengaja!" kata Andre meminta maaf kepada Mahasiswi tersebut.

"Meleng saja mata kamu! Ayo cepat ambil buku-buku yang berserakan itu!" bentak cowoknya yang bernama Jimmy kepada Andre sambil menunjuk ke buku-buku yang berserakan di bawah yang tadi dibawa oleh ceweknya yang bernama Claudea. Tanpa banyak kata, Andre segera memunguti buku-bukunya Dea, begitu nama panggilannya.

"Hei, kamu juga ambil buku-buku itu! Jangan bengong aja dong! Kenapa kamu lihat saya aja?" perintah Jimmy kepada Roy dengan suara keras sambil menunjuk ke buku-buku yang berserakan di lantai. 

"Iya, mas!" jawab Roy lirih dan berusaha untuk tidak menunjukkan kejengkelannya terhadap cowok si cewek tersebut untuk menasehatinya agar tidak membentak Andre.

"Maaf ya mbak! Saya tidak sengaja tadi!" kata Andre kepada Dea sambil memberikan buku terakhir yang dipungutnya kepadanya.

"Iya, tidak apa-apa kok, mas! Maafin saya juga ya! Soalnya saya terburu-buru dan tidak melihat ke depan tadi!" jawab Dea.

"Kita sudah terlambat sepuluh menit, sayang!" kata Jimmy kepada Dea sambil melihat waktu di arlojinya.

"Ayo cepat kita masuk kelas, sayang! Masih ada waktu lima menit lagi nih!" jawab Dea.

"Ini semua gara-gara kamu! Sontoloyo!" geram Jimmy kepada Andre sambil akan menyikut mukanya.

"Heeeii, jaga mulutmu ya!" kata Roy sambil mendekati Jimmy. Roy dan Jimmy sekarang berhadap-hadapan dan saling bertatap pandang.

"Apa kamu? Mau berkelahi denganku sekarang?" tantang Jimmy sambil berkacak pinggang dan kedua matanya melotot ke Roy.

"Ayo, sayaaaanggg! Kita terlambat niiihh!" kata Dea sambil menarik lengan tangan Jimmy. 

"Kamu cuma ngomong aja! Kamu bantu kami berdua tadi juga bisa kan? Jadi kalian berdua tidak terlambat!" kata Roy dengan kesal kepada Jimmy. 

"Roy, sudah jangan ribut di sini! Ayo kita ke kantin sekarang!" cegah Andre sambil menarik tas punggung Roy. Jimmy segera menggandeng Dea menuju ke kelas sambil menatap tajam kedua mata Roy dengan marah dan mengacungkan jari tengah kanannya. Beberapa lama kemudian, ketika berada di kantin, Roy ngomel-ngomel sendiri.

"Kurang ajar anak itu tadi! Rasanya pengin aku tonjok aja mukanya yang belagu itu!" geram Roy yang duduk di hadapan Andre sambil sesekali menyeruput secangkir kopi susu hangatnya dan memandang Mahasiswi-mahasiswi cantik yang berseliweran di sekitarnya, sedangkan pada saat ini Andre ngelamunin Dea yang tatapan kedua matanya indah sekali.

"Ndreee! Andreeee!" teriak Roy kepada Andre, tapi Andre masih asyik ngelamunin tatapan kedua mata si cewek tadi. Roy pun berdiri dan menabok bahunya.

"Wooiii! Bengong aja sih!"

"Eh, iya!" jawab Andre yang sekarang lamunannya sudah terpecah.

 "Aduh, kok kamu malah ngelamun sih? Kamu ngelamunin apa, Ndre?!" tanya Roy sambil kembali duduk di kursi plastiknya tanpa sandaran, lalu dia menyeruput kopi susunya satu kali. Andre belum menjawab pertanyaan Roy, tapi dia menyeruput secangkir kopi hitam pahit hangatnya sambil memandang Roy.

"Kamu ngelamunin apa barusan, Ndre?" tanya Roy lagi sambil menyulut sebatang rokok di mulutnya dengan pemantik apinya yang selalu dibawanya ke mana-mana.

"Enggak kok, Roy!" jawab Andre sambil tersenyum-senyum.

"Hayooo kamu ngelamunin siapa hayoooo??" desak Roy sambil tersenyum kepadanya dan mengeluarkan asap rokoknya pelan-pelan melalui mulut dan kedua lubang hidungnya. 

"Seorang cewek, Roy!" jawab Andre singkat sambil kembali tersenyum-senyum malu kepadanya.

"Cewek?! Siapa?!" tanya Roy penasaran.

"Rahasia dong!" jawab Andre singkat sambil kembali tersenyum-senyum malu kepadanya.

"Pasti si Nina! Cewek di kelas kita yang paling cantik itu ya kan?" tebak Roy sambil menatap kedua mata Andre dan memukul-mukulkan sebatang rokoknya ke tepi asbak untuk membuang abunya.

"Ah, enggak!" jawab Andre singkat.

"Terus siapa dong?" tanya Roy yang kali ini sangat penasaran.

"Ada deeeech!" jawab Andre sambil mengangkat secangkir kopi hitam pahit hangatnya, lalu meniup-niupnya beberapa kali dan kemudian menyeruputnya pelan-pelan dengan sangat menikmatinya.

"Sisil yang tomboi itu ya?" tebak Roy.

"Enggak juga!" jawab Andre sambil tersenyum-senyum malu.

"Au ah gelap, Ndre!" kata Roy yang sudah putus asa menebaknya sambil menghisap dalam-dalam rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya dari mulut dan hidungnya.

"Cewek yang aku tabrak tadi, Roy!" kata Andre sambil tersenyum-senyum kembali dan menyeruput kopi hitam pahit hangatnya dua kali.

"Apaaaa?? Kamu serius??" kaget Roy sambil terbatuk-batuk, karena terserdak asap rokok yang masih berada di dalam tenggorokannya.

"Iya, aku serius, Roy!" jawab Andre dengan wajah serius.

"Kok bisa, Ndre?" tanya Roy sambil garuk-garuk kepala keheranan.

"Kedua matanya itu loh! Indaaaaaaaaaah sekali, Roy!" jawab Andre dengan tersipu malu-malu.

"Ya ampuuuuuunnnn, Ndre! Kamu lihat kan tadi?? Dia itu sudah punya cowok! Percuma kamu ngelamunin dia!" kata Roy sambil menyeruput kopi susunya yang kini sudah tinggal sekitar empat kali teguk saja dan sudah tidak hangat lagi, karena Roy tidak menutupinya dengan penutup cangkirnya selama satu jam.

"Kalau sudah jodoh, mau dikata apa? Sebelum janur kuning melengkung, kan nggak apa-apa toh?" kata Andre sedikit serius.

"Terserah kamu saja, Ndre!" jawab Roy pasrah dengan memalingkan mukanya ke Andre dan sekarang pandangannya mengarah ke cewek-cewek yang sedang antri membeli makanan di kantin sebelahnya kantin tempat Roy dan Andre memesan kopi tadi.

"Asal kamu tahu ya, Ndre! Cowoknya tadi sangat bikin jengkel aku! Sombong sekali dia!" kata Roy dengan kesal sambil menghadapkan kembali mukanya ke Andre.

"Iya, Roy! Cowoknya belagu banget!" jawab Andre yang juga kesal kepadanya, tapi dia lebih sabar daripada Roy yang amarahnya seringkali meledak-ledak.

 "Tapi aku yakin bahwa suatu saat nanti dia putus dengan cowoknya itu!" tebak Andre sambil menyeruput kopi hitam pahitnya yang masih hangat, karena Andre sejak awal hingga sekarang masih menutupinya dengan penutupnya.

"Aku juga yakin seperti itu, Ndre!" kata Roy.

"Mahasiswi jurusan apa sih cewek itu, Roy?" tanya Andre sangat penasaran.

"Bahasa Inggris, Ndre!" jawab Roy singkat sambil menyeruput kopi susunya satu kali.

"Kalau boleh tahu, kamu tadi nabrak dia kenapa, Ndre?" tanya Roy sambil mematikan rokoknya di asbak.

"Aku tadi memang sengaja menabraknya, Roy! Karena aku ingin lebih dekat menatap kedua matanya yang indah, itu saja!" jawab Andre sambil tertawa terbahak-bahak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Roy pun ikut tertawa terbahak-bahak.

"Dasaaarrr kamu, Ndre!" kata Roy sambil mengambil sebatang rokok di pembungkusnya lagi, lalu memantiknya.

"Serius, aku jengkel sekali dengan cowoknya tadi! Kalau dia bikin gara-gara, aku akan pukul dia langsung! Aku nggak takut berkelahi dengan dia!" kata Roy sambil mengeluarkan asap rokok yang dihisapnya.

"Badannya tinggi besar dan kekar loh, Roy!" ingat Andre dengan serius.

"Halaaaahhh, nggak takut gue, Ndre!" jawab Roy yang memang tidak takut sama Jimmy.

"Paling ompong dia tuh! Kayak kaleng kosong! Kayak kerupuk!" remeh Roy sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kalau kamu sendirian yang menghadapinya, gimana, Roy?" tanya Andre untuk memastikan, apakah Roy takut apa tidak kepada Jimmy.

"Maksudmu?!" tanya Roy balik.

"Kamu aku tinggal kalau kamu berkelahi dengannya! Begitu maksudku, Roy!" canda Andre.

"Atuuuuuttt! Bantuin dong ngelawan dia, Ndre!" jawab Roy sambil berpura-pura merengek-rengek, lalu keduanya pun tertawa terbahak-bahak. 

"Nggak! Aku nggak takut sama sekali sama dia! Kalau pun nanti kamu takut sama dia, aku yang hadapi sendirian! Aku serius ini, Ndre!" kata Roy sambil menegakkan badannya, lalu dia melihat ke arah seorang cewek yang sedang mengantri makanan di kantin sebelah kantin Roy dan Andre memesan kopi tadi yang bodinya seperti gitar Spanyol.

"Ndre, lihat di sebelah sana itu! Yang paling belakang, Ndre! Cewek gitar Spanyol, Ndreeee!!" kata Roy sambil menunjuk ke arah cewek tersebut. Setelah itu, Roy menyiulinya cukup keras dengan tangan kanannya. Kontan, semua pengunjung kantin termasuk si cewek tersebut, para pemilik kantin, dan pelayan-pelayannya pandangannya mengarah ke Roy.

"Roy, apa-apa'an sih kamu?!" tanya Andre. Keduanya pun tertawa terbahak-bahak bersama sambil masing-masing mulutnya ditutupi dengan telapak tangannya dan menghadap ke bawah meja.

"Malu dilihat semua orang tuh, Roy!" kata Andre lagi. Keduanya tertawa terbahak-bahak lagi seperti tadi.

"Yuk kita ke kelas sekarang! Sudah jam 09.30 nih! Tiga puluh menit lagi Matakuliah Sosiologi akan dimulai!" ajak Andre sambil melihat waktu di arlojinya, lalu dia mengenakan tas punggungnya.

"Oke! Biar kali ini aku yang bayar, Ndre!" jawab Roy sambil memasukkan sebungkus rokok dan HPnya ke dalam saku celana depan jeansnya, lalu berdiri sambil mengenakan tas punggungnya juga.

"Terima kasih, sobat!" ucap Andre sambil melihat Roy berjalan menuju ke kantin tempat memesan dua kopi tadi untuk membayar dua cangkir kopi. Setelah itu, dua sahabat karib itu segera keluar dari kantin bersama-sama menuju ke kelas yang akan dipakai untuk perkuliahan Sosiologi sesuai dengan jadwal yang tertempel di pintunya.

Lima belas menit kemudian...

"Roy, itu di ujung kelas kita sepertinya si cewek tadi bersama cowoknya!" kata Andre kepada Roy ketika berada di lorong depan menuju ke halaman kelas tersebut. Suasana masih lengang belum ada satu pun teman-teman Andre dan Roy yang berada di halaman kelas yang mereka berdua tuju sekarang untuk menunggu perkuliahan Sosiologi. Pada saat ini, si cewek tersebut sedang menangis tersedu-sedu di hadapan cowoknya yang sedang memarahinya habis-habisan, karena dosennya tidak menerima keterlambatan mereka berdua tadi.

"Oh iya, Ndre! Ngapain ya mereka berdua di situ? Bukankah mereka berdua tadi sedang kuliah? Masak kuliah hanya 1 SKS saja?" kata Roy yang kebingungan sambil melihat waktu di arlojinya.

"Aku nggak tahu, Roy!" jawab Andre yang berhenti berjalan sejenak bersama Roy.

"Ayo kita hampiri mereka berdua sekarang juga, Ndre! Jangan takut!" ajak Roy yang sangat penasaran dengan kedua pasangan tersebut.

"Oke!" jawab Andre sambil melanjutkan perjalanannya kembali bersama Roy menghampiri mereka berdua.

"Heeii, kalian berdua cepat kemari!" teriak Jimmy dengan keras memanggil Andre dan Roy ketika dia mengetahui mereka berdua sedang berjalan mendekatinya.

"Ada apa, mas?" tanya Andre kepada Jimmy sambil sesekali melihat ceweknya yang sedang menangis dengan wajahnya ditutupi bukunya.

"Sialan!! Pake nanya pula!" jawab Jimmy dengan berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.

"Maaf, mas! Ada apa ya? Ada yang bisa kami berdua bantu, mas? Kok tiba-tiba marah kepadaku?" tanya Andre kepadanya dengan berusaha tetap tenang, sedangkan Roy malah mengambil sebungkus rokoknya yang dikantonginya tadi di saku depan celana jeansnya, lalu mengambil sebatang rokok dan kemudian memantiknya. Roy juga berusaha tetap tenang.

"Kamu tahu nggak?" tanya Jimmy balik dengan raut wajahnya yang memerah kepada Andre.

"Maaf, mas! Aku nggak tahu sama sekali yang kamu maksud! Ada apa ya, mas?" jawab Andre yang memang tidak tahu apa yang dimaksud oleh cowok tersebut. Roy yang berdiri di samping Andre malah menghisap dalam-dalam rokoknya, lalu mengepulkan asapnya dengan santainya keluar dari mulut dan kedua lubang hidungnya pelan-pelan. Dalam hatinya, Roy menerka bahwa pasangan tersebut tidak diperbolehkan mengikuti kuliah karena keterlambatannya, tapi Roy berusaha untuk tetap diam dan tenang.

"Gara-gara kamu tadi! Sialan! Kami berdua tidak boleh mengikuti perkuliahan!" jawab Jimmy dengan nada keras dan masih berkacak pinggang dengan kedua matanya melotot ke Andre.

"Maaf, mas! Aku tadi sudah meminta maaf kepada cewekmu bahwa aku tidak sengaja!" jelas Andre kalem kepadanya.

"Kurang ajar!! Sontoloyo!!" maki Jimmy. Setelah itu, Jimmy langsung memukul pipi kanan Andre dengan keras dengan kepalan tangan kanannya, lalu kembali berkacak pinggang dengan memandangi Andre yang telah terjatuh ke lantai. Roy segera membuang sebatang rokok yang dihisapnya jauh-jauh.

"Heeeiii, tenang dulu! Tenang! Jangan main pukul aja langsung gitu dong!" kata Roy dengan memegang pundak kanannya Jimmy. Dea yang ada di belakangnya Jimmy sekarang sedang menangis sesenggukan dan wajahnya masih ditutupi dengan bukunya.

"Apa kamu?? Kamu mau aku pukul seperti temanmu yang sialan itu??" bentak Jimmy kepada Roy sambil menunjuk Andre yang sekarang sedang terduduk di lantai dan memegang pipi kanannya yang barusan dipukul Jimmy.

"Temanku itu kan nggak sengaja toh, mas!" kata Roy dengan tetap tenang dan santainya.

"Apa kamu ikut-ikut?" bentak Jimmy lagi kepada Roy sambil berkacak pinggang kembali.

"Tadi kenapa kamu diem aja, mas?? Kamu kan bisa ikut bantu kita berdua buat ngambilin buku-buku yang berserakan di lantai, sehingga waktumu tidak habis menunggui kita berdua selesai memunguti buku!" jelas Roy dengan kalem dan berusaha tetap menenangkan dirinya sendiri. Sebenarnya, saat ini Roy ingin membalas pukulan Jimmy ke Andre. Namun, Roy berusaha menjelaskannya terlebih dahulu kepadanya.

"Tanganku bisa kotor, begok!" bentak Jimmy lagi yang kali ini dekat dengan muka Roy, tapi Roy tetap berusaha sabar dan tidak melawannya dulu.

"Terus kenapa dengan cewekmu itu, mas??" tanya Roy sambil menunjuk ke Dea yang ada di belakangnya. Tanpa sepatah kata, Jimmy segera memalingkan mukanya dari hadapan Roy.

"Ayo kita pergi dari sini!" ajak Jimmy dengan nada keras kepada Dea sambil menarik tangan kanannya, tapi Dea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja dan masih menutupi wajahnya dengan bukunya.

"Ayooo kita pergi dari sini!!" ajak Jimmy lagi, tapi Dea semakin mengeraskan tangisannya.

"Nggak mau! Kamu saja yang pergi dari sini! Cepat pergiiii! Aku muak denganmu sekarang!" usir Dea yang masih menutupi wajahnya dengn bukunya sambil menangis terisak-isak. Andre dan Roy hanya terdiam saja menyaksikan mereka berdua. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Jimmy segera pergi menjauh dari Dea, Roy, dan Andre. Karena tidak ingin diketahui oleh si cewek tersebut, Roy mengirim SMS ke Andre untuk melakukan pendekatan kepadanya. Karena tidak ingin kehilangan kesempatan, Andre segera melaksanakan perintah Roy.

"Maaf ya mbak! Aku tadi tidak sengaja!" kata Andre kepada Dea sambil duduk di sampingnya di sebuah tempat duduk berderet panjang sepanjang ujung lorong hingga akhir lorong yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan batu-batu sungai. Tempat duduk tersebut ditujukan untuk menunggu perkuliahan dimulai dan bersantai-santai bagi para Mahasiswa atau dosen.

"Iya, tidak apa-apa kok, mas!" jawab Dea sambil membuka buku yang menutupi wajahnya perlahan-lahan, lalu menyeka-nyeka kedua matanya yang sembab dengan sapu tangannya. Roy yang sejak tadi berdiri di depan Andre dan Dea, segera duduk di samping Andre.

"Kenapa kamu menangis, mbak?" tanya Andre kepada Dea sambil menoleh ke sampingnya dan sekilas melihatnya masih menyeka-nyeka air matanya di kedua pelupuk matanya.

"Tidak apa-apa kok, mas!" jawabnya. 

"Terima kasih ya mas! Maaf, sekarang saya harus ke Perpus Pusat untuk mengerjakan tugas! Selamat siang dan sampai jumpa lagi ya!" kata Dea sambil berdiri kepada Andre dan Roy, lalu dia meninggalkan mereka berdua menuju ke Perpus Pusat yang ada di tengah-tengah kampus. Andre dan Roy hanya memandangi si cewek tersebut yang sengaja pergi begitu saja tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, karena dia malu dilihat oleh teman-teman Andre dan Roy yang sudah mulai banyak berkumpul di halaman depan kelas yang akan digunakan untuk perkuliahan Sosiologi tersebut. Lima menit kemudian, bel penanda perkuliahan dimulai dan berakhir dibunyikan oleh seorang petugasnya di dalam ruang dosen. Andre, Roy, dan beberapa teman lelakinya masih di luar kelas untuk menunggu dosen Sosiologi datang, sedangkan semua teman perempuannya masuk kelas.

"Roy, bagaimana menurutmu tentang si cewek tadi?" tanya Andre kepada Roy yang masih duduk di sampingnya.

"Sepertinya si cowoknya tadi memarahinya, Ndre!" jawab Roy.

"Si cowoknya pemarah banget menurutku!" sambung Roy kesal.

"Sepertinya begitu, Roy!" kata Andre.

"Oh iya, bagaimana dengan kondisi pipimu yang dipukulnya tadi, Ndre?? Sini aku lihat!" tanya Roy sambil memegang pipi kanannya Andre yang dipukul Jimmy tadi dan mengamat-amatinya dengan seksama.

"Aduuuhhh, sakit, Roy! Pukulannya keras sekali! Sialan tuh anak!!" jawab Andre sambil mengaduh kesakitan.

"Ya ampuuunn! Pipimu lebam, Ndre! Biar nanti aku kasih pelajaran!" sambung Roy dengan geram.

"Tidak perlu, Roy! Biarkan saja dia!" jawab Andre kalem.

"Lebam ya Roy??" tanya Andre.

"Iya, lebam, Ndre!" jawab Roy sambil mengamat-amati pipi kanannya Andre yang biru lebam tersebut.

"Tidak! Aku harus membalas pukulannya!" kata Roy dengan marah.

"Kalau dia masih memarahi ceweknya, apa boleh buat!" jawab Andre yang juga ingin membalas pukulannya.

"Kita keroyok dia ya, Ndre! Setuju??" ajak Roy yang sudah tidak melihat pipi kanannya Andre yang biru lebam tersebut.

"OK! Aku kasihan sekali dengan ceweknya tadi, Roy!" jawab Andre sambil menarik nafas dalam-dalam dan segera menghembuskannya panjang, lalu mengingatnya.

"Iya, aku juga! Sepertinya tidak lama hubungannya dengan cowoknya akan berakhir menurutku, Ndre!" kata Roy sambil menoleh ke Andre.

"Sepertinya begitu, Roy! Kita doain saja semoga cepat putus dengan cowoknya ya Roy!" kata Andre sambil tersenyum kepada Roy.

"Hahahaha...bisa aja kamu, Ndre! Semoga putus Ya Allah! Aamiin!!" jawab Roy sambil tertawa dan kemudian diikuti gelak tawa Andre.

"Aamiin Ya Allah!" kata Roy, lalu keduanya tertawa terbahak-bahak bersama.

"Yuk kita masuk kelas! Dosennya sudah datang tuh!" ajak Andre. Roy, Andre, dan beberapa teman lelakinya pun masuk kelas bersama-sama untuk mengikuti perkuliahan Sosiologi yang berbobot dua SKS. Di dalam kelas, Andre masih mengenang Dea dan mengelus-elus pipinya yang biru lebam. Roy yang selalu duduk di sampingnya pun seringkali menertawainya, sedangkan teman-temannya yang lainnya masih belum tahu mengenai peristiwa yang dialami oleh Andre dan Roy barusan tersebut. Karena ada keperluan mendesak dengan keluarganya yang tidak bisa ditinggal, dosen Sosiologi tersebut hanya mengajar satu SKS saja. Karena masih sisa satu SKS lagi, dosen tersebut memberikan tugas kepada semua Mahasiswanya tersebut untuk dikumpulkan besok ke dalam lokernya. Karena tidak ada perkuliahan lagi, Andre dan Roy segera pulang ke rumah. Di malam harinya pada pukul 19:00 WIB, Roy ke rumah Andre untuk mengerjakan tugas Sosiologi tadi pagi.

avataravatar
Next chapter