webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
Not enough ratings
246 Chs

It's True 2

Nike memang sudah siap melepaskan Han Yiyue agar ia bebas dari He Xi Huan, tetapi bukan berarti hal itu seturut dengan keinginan rekannya.

"Apa kamu gila?! Lepaskan bocah itu, kita bisa mendapatkan yang lain." Nike menggeram kesal, mata memelotot, dan tangan siap untuk mencegah tindakan pihak lain.

Alih-alih mendengarkan, rekannya semakin mendekatkan pisau ke kulit leher Han Yiyue hingga menyentuh ujung. Jelas menimbulkan sensasi dingin karena ujung yang tumpul menekan kulit, meski begitu Han Yiyue terlihat sangat ketakutan. Tubuhnya membeku begitu saja, merasa tidak berdaya, juga tidak mengerti harus bertindak bagaimana.

"Jika kalian menginginkan bocah ini bayar sesuai harga yang akan kita sepakati, tapi jika tidak biarkan kami lewat."

Orang itu mungkin tidak begitu mengenal He Xi Huan dan kelompoknya, dia baru saja bergabung dalam dunia gelap seperti ini karena desakan kebutuhan, tetapi dia memiliki sedikit pemahaman mengenai tindakan He Xi Huan. Jika pemimpin kelompok bersedia merepotkan diri membebaskan seseorang, ada kemungkinan orang itu memiliki harga yang pantas. 

Tentu saja akan sangat disayangkan jika kesempatan besar dilewatkan begitu saja. 

Di bawah bujukan temannya, dia tidak sedikit pun merasa tersentuh. Kalimat tentang betapa mengerikan kelompok itu dan ragam kalimat lain tidak mempengaruhi. Bahkan semakin yakin untuk meraup keuntungan. Akan tetapi, dia tidak berani menyakiti Han Yiyue karena beberapa alasan, terutama nilainya.

"Jangan gegabah, lebih baik kita melepaskan bocah ini." Sekali lagi Nike berusaha membujuk. 

Namun, rekannya tidak lagi berdiam diri akan perkataan Nike. Dia balik membentak, "Nike, bukankah kamu juga membutuhkan uang?! Kita sepakat membagi dua hasilnya, jadi mengapa sekarang kamu mundur?"

"Aku memang membutuhkan uang, tapi …."

"Sudahlah, ini bukan saat untuk berdebat. Lebih baik hilangkan keraguanmu dan bergabung denganku."

Nike tampak bingung, satu sisi membenarkan perbuatan rekannya, sisi lain merasa takut kepada He Xi Huan. Terlepas dari minimnya pengetahuan tentang pihak lain, dari tatapan saja sudah dapat dirasakan jika itu tidaklah biasa. Nike mengembuskan napas panjang, demi mengobati ibunya, dia akan mengikuti perencanaan rekannya. Sebelum memutuskan bergerak, dia mendengar pertanyaan dari sisi lain.

"Apa kalian sudah selesai berdiskusi?" He Xi Huan melayangkan pertanyaan dengan suara malas.

Melihat tindakan keras kepala orang itu, He Xi Huan sama sekali tidak marah. Ekspresi wajahnya tidak memiliki perubahan, meski begitu tidak menyembunyikan manik hitam kebiruan yang semakin beriak. 

Jujur saja dia tidak peduli terhadap situasi pihak lain. Entah mereka saling mengkhianati atau bekerja sama, itu bukan urusannya. Yang penting adalah membawa kembali apa yang sejak awal miliknya.

Han Yiyue adalah tipikal orang Timur yang sangat disukai laki-laki Barat. Bukan hanya tubuhnya yang kecil, tetapi wajah dan kulit seperti wanita. Di wajah cantik itu memperlihatkan manik mata murni yang mengandung keliaran jika diperhatikan lebih serius. Ini adalah harta berharga yang ditemukan He Xi Huan dan akan menjadi senjata kuat di masa depan.

Dia tidak akan menggunakan Han Yiyue secara acak dan sembarangan, melainkan untuk satu tujuan tertentu. Jelas merupakan tujuan terbesar dalam hidupnya. Karena hal itu juga dia memiliki alasan mengambil kembali Han Yiyue dari tangan orang lain. Apalagi sosok seperti Pedro yang tidak mengerti tentang sebuah harta, tetapi menikmati kesenangan menghancurkannya tanpa harga. Seperti orang bodoh yang tidak tahu apa itu berlian, dia memperlakukan layaknya batu biasa.

Melirik ke arah Jamie, ia berkata, "Berikan apa yang seharusnya mereka dapat."

Jamie mengangguk ringan. Menatap ke depan, ada setitik cahaya berkilau jauh di belakang mobil Nike dan rekannya. Ia berseru tanpa kehilangan karisma, "Berikan satu!"

Setelah kalimat perintah dilayangkan, sebuah tembakan meluncur dan tepat mengenai salah satu kaki orang yang menahan Han Yiyue. Hal iru menyebabkan ketidakstabilan, membuat tubuhnya runtuh dalam sekejap diikuti ketakutan. 

Han Yiyue juga tidak kalah terkejut mendengar suara tembakan membuat tubuhnya seakan membeku. Sekalipun telah bebas, dia tidak bergerak. Tangan gemetar dengan mata membelalak. Di usianya yang masih belasan, ia telah mengalami banyak hal buruk, tetapi mendengar suara tembakan tepat di sisi telinga dan pisau menyentuh kulit leher, jelas lebih buruk lagi.

Pikirannya benar-benar kosong, ia tidak kunjung pulih bahkan ketika lengannya ditarik oleh seseorang dan dibawa ke dalam sebuah mobil.

Sebelum pergi, He Xi Huan menyempatkan diri berbicara kepada Jamie. "Selesaikan dua orang itu, tapi jangan membunuhnya. Kirim kepada Pedro dalam keadaan paling buruk dan katakan beberapa berita baik."

Berita baik yang dimaksud He Xi Huan jelas merupakan ancaman kepada Pedro agar tidak menghalangi jalan Fenghuang yang dapat merusak rencananya. Jika tidak, bukan hal sulit untuk menghancurkan kelompok kecil seperti milik Pedro. Bahkan jika terdapat orang besar di belakangnya, bukan berarti He Xi Huan takut.

Sekalipun He Xi Huan masih sangat muda, juga tergolong baru di negara ini, tetapi bukan berarti bisa dianggap remeh. Beberapa hari ke belakang, hari-hari sibuknya dihabiskan untuk meyakinkan pemimpin-pemimpin kelompok di sekitar. Ia bahkan dapat mengambil hati seorang tetua kelompok mafia terbesar Rusia.

Di dalam mobil, He Xi Huan membiarkan Han Yiyue tetap bergeming karena terkejut. Dia bukan tipikal orang yang pandai membujuk, apalagi seorang remaja. Akan lebih baik untuk membiarkannya ditenangkan oleh Xiao Bao atau Feng Ruo.

Sayangnya, hampir pukul tiga dini hari, dua orang yang diharapkan jelas tengah terlelap dengan nyenak. Tentu saja tidak akan peduli dengan kejadian buruk yang terjadi.

Dengan enggan He Xi Huan harus mengurus Han Yiyue, membawa memasuki kamarnya sendiri. "Bersihkan dirimu dan segera tidur."

Alih-alih menuruti perintah itu, Han Yiyue memasang wajah bingung. Dia belum benar-benar pulih dari kejadian buruk beberapa saat lalu. Itu membekas dalam benaknya, membuat hilang fokus. 

He Xi Huan tidak peduli, tubuhnya lelah setelah seharian melakukan pekerjaan. Dipastikan kesibukan saat ini tidak akan berhenti sampai sebulan ke depan. Ada banyak hal yang perlu ditangani karena pemindahan kepemimpinan menyebabkan sedikit guncangan internal. Dia harus menenangkan beberapa tokoh penting dan mengamankan posisi Fenghuang.

Memilih mengabaikan Han Yiyue dan akan menuju kamarnya. Di jarak beberapa langkah menjauh dari kamar Han Yiyue, ujung baju belakangnya ditarik ringan. Memang tidak menimbulkan banyak tarikan, tetapi cukup mengganggu karena perasaan lelah yang melanda.

Mengerutkan kening dan menahan amarah, dia berbalik. Mendapati mata berkaca-kaca Han Yiyue dan bibir mengerut ringan. 

"Apa yang kamu lakukan? Kembali ke kamarmu dan tidur." He Xi Huan kehilangan keinginan untuk meremukkan bocah itu setelah melihat ekspresinya.

Tidak menurut, Han Yiyue semakin mengencangkan genggaman di baju He Xi Huan. Ini adalah ketakutan pertamanya setelah bertahun-tahun menahan diri dari tindakan yang dirasa pengecut. Lebih buruk dari dia tidak bertemu ibunya adalah dia tidak akan pernah bisa bertemu ibunya lagi.

Sedikit menundukkan kepala ketika berkata, "Aku takut. Aku … ingin tidur denganmu." 

Kejadian tadi masih membayangi benaknya. Di awal ia merasa bingung dan berusaha mencerna setiap adegan, bertanya-tanya tentang 'apakah itu benar?' Namun, setelah yang terburuk dialami, perasaan takut secara bertahap mengisi rongga-rongga hatinya seakan tembakan itu diarahkan padanya, sensasi dingin di kulit leher juga terasa mengiris dan menyisakan kengerian.