3 Bab 1

Asa melangkah memasuki apartemen nya setelah seharian berada di kantor. Lalu Menganti pakaiannya dan menjatuhkan tubuhnya di kasur king sizenya

Tiba-tiba handphone nya berdering

"Halo sayang" ucap wanita disebrang sana

"Hm" jawab Asa malas

"Kamu kok gak ke apart aku?" Tanyanya protes

"Aku capek Jane hari ini perusahaan sungguh sibuk sekali" ucap Asa pada kekasih wanitanya itu

"Tapi seharusnya kamu hubungin aku Sa! Aku itu pacar kamu! Kamu tuh kenapa si? Gak pernah peka!" Marah Jane

Asa memijat dahinya pusing

"Sorry Jane" Ucapnya tak mau berdebat

"Terserahlah Sa" Ucap Jane lalu menutup telepon nya

Asa melempar ponselnya agar jauh darinya. Asa butuh istirahat, persetan dengan Jane saat ini. Dia tidak peduli kalau pacarnya akan marah itu hal mudah bagi Asa. Intinya sekarang Asa butuh memejamkan matanya yang tidak tidur selama 48 Jam ini

.

.

.

"Sammel" Panggil Ibunya melihat kedalam kamar Sammel

"Ada apa Bu?" Tanya Sammel terlihat sedang mengenakan dasinya dan bersiap ke kantor

"Ayo sarapan" ucap Ibunya

"Tidak, aku sibuk hari ini. Ibu sarapan saja dengan yang lainnya" Ucap Sammel

"Tapi dibawah ada Pak Satria. Mau ya Sammel kita makan sebentar saja. Ibu tidak mau, setelah ibu dan pak Satria menikah tapi kamu belum dekat dengan Papa tiri kamu" Ucapnya mengusap puncak kepala Sammel

Sammel hanya tersenyum miring. Inilah keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai beberapa tahun lalu dan dirinya memilih untuk tidak mengikuti orang tuanya. Namun ibunya memohon kalau ia ingin tinggal bersama anak tunggalnya ini. Tapi sungguh Sammel tak mau melihat wajah kedua orang tuanya lagi. Ayahnya yang suka memukul ibunya dan sekarang ibunya yang gila harta hingga kehilangan akal untuk menikahi siapa saja pria yang mempunyai banyak uang. Terhitung setalah mereka bercerai 4 tahun lalu, ibunya sudah bercerai 6 kali hanya karena harta.

Sammel bukanlah orang miskin, ayahnya tentu pengusaha terpandang di Indonesia dan Sammel CEO dari perusahaan ayahnya. Namun ibunya begitu serakah dengan uang. Dia ingin uang dari Sammel dan uang dari prianya

"Sapa nak pak Satria" ucap Ibunya, Attika

"Selamat pagi Pak Satria" Ucap Sammel

"Selamat pagi Sammel. Ayo kita sarapan" ucap Satria

Sammel duduk di samping kursi ibunya sedangkan Ibunya segera memposisikan dirinya dekat dengan Pak Satria itu lalu bertingkah bahwa dirinya calon istri yang baik dan sangat perhatian dengan calon suaminya

Sammel? Diam saja fokus dengan makanannya. Dia tak peduli, Ibunya sudah biasa membawa calon-calonnya menemui Sammel untuk sarapan dan biasa bertingkah seperti ini.

Sammel hanya tersenyum miring ketika melihat kedua insan itu begitu mesra layaknya pasangan yang baru dimabuk cinta. Padahal ibunya hanya menginginkan harta pria didepannya ini. Sammel bukan orang bodoh, pria yang biasanya mendekati ibunya juga karena dirinya yang punya posisi kuat di perusahaan. Tapi sayangnya Sammel tak akan mau menjalin hubungan kerja sama kalaupun seseorang tsb adalah suami ibunya.

"Bu sepertinya aku sudah telat. Maaf Pak Satria mungkin kita akan bertemu dilain kesempatan" ucap Sammel sopan lalu mengancingkan Jasnya dan pergi dari hadapan mereka

Sammel mengendari mobilnya menuju kantor yang lumayan jauh

"Pagi Pak" sapa karyawannya melihat Sammel datang

"Pak Sammel, Pak Wirra memanggil anda ke ruangan" Ucap sekertaris Papahnya melihat Sammel melewati kantor Papanya menuju ruangannya

Sammel menggangukan kepalanya dan berjalan masuk ke kantor Papanya

"Kenapa pah?" Tanya Sammel melihat papahnya begitu sibuk dengan dokumen di tangannya

"Ibumu akan menikah lagi dengan Pak Satria pengusaha properti itu?" Tanya Papahnya

"Hm" ucap Sammel singkat

"Apa yang mereka katakan?" Tanya Papahnya

"Aku tidak mengerti"

"Kau tahu Satria adalah orang yang licik. Dia mendekati ibumu pasti ada sesuatu yang dia incar dan itu pastinya perusahaan ini" ucap Papahnya dengan nada serius dan mengancam melapaskan dokumennya dan menatap serius Sammel

Sammel tersenyum miris

"Aku bukan orang bodoh yang tidak melihat itu. Dan ini bukan pertama kalinya ibu menikah lagi dengan pria seperti itu. Papah khawatir dengan perusahaan atau dengan ibu? Aku jamin keduanya baik-baik saja. Perusahaan akan tetap dalam kendali mau siapapun suami ibu. Dan ibu akan tetep memeras harta pria itu tanpa terkecuali" ucap Sammel hendak meninggalkan ruangan

"Oh ya, jangan pernah bertanya tentang ibu lagi. Kalian tidak punya hubungan apapun. Bersikap layaknya orang bercerai dan jangan pernah.. melibatkan aku dalam permasalahan kalian" Tegas Sammel menatap mata Papahnya tajam dan pergi meninggalkan ruangan

.

.

.

"Bu sepertinya Mr. Kehil meminta anda untuk datang ke Indonesia" ucap Tamara, Sekertaris nya

"Shit! Aku tidak mau bilang itu padanya" ucap Asa

"Tapi bu Mr. Kehil mengancam akan menutup cabang Seattle ini jika ibu tidak pergi kesana dan membicarakan masalah pada perusahaan pusat" ucap Tamara

Asa meringis mendengarnya. Dia sungguh tak mau pulang ke negaranya itu. Dari awal ada permasalahan di cabang yang dipegangnya itu, Asa tak pernah mau cerita atau menerima bantuan dari pusat karena jika ayahnya tahu, Asa harus kembali ke Indonesia dan mengurus perusahaan pusat di bawah kendali ayahnya. Ayahnya adalah orang yang sangat pintar dalam hal perusahaan ini dan menjadi real model bagi Asa, namun banyak hal yang membuat Asa enggan pulang ke negaranya

"Kita meeting secara online dengan perusahaan pusat hari ini Tamara. Siapkan semuanya" ucap Asa tegas lalu pergi menuju ruangan nya

.

.

.

Asa memasuki ruangan meeting dan melihat layar menampilkan wajah ayahnya yang tidak pernah ia lihat sejak 3 tahun lalu.

"Langsung saja kita mulai meetingnya" ucap Asa tanpa menatap Ayahnya yang sedang menatap Asa tajam

"Kalian semua tahu bahwa saat ini cabang perusahan Seattle yang saya pegang sedang mengalami kendala. Ada banyak masalah pada saat ini namun yang paling penting yaitu kerugian pada saat ini begitu besar dan jika tidak ditangani dengan cepat perusahaan bisa ditutup" ucap Asa

"Dari awal Ayah tidak pernah benar-benar menyerahkan perusahaan padamu Asa" ucap Ayahnya tajam dihadapan semua hadirin

"Jangan membawa masalah pribadi. Aku menghubungi kantor pusat bukan untuk di ceramahi oleh Ayah. Aku ingin jalan keluar dalam masalah ini" ucap Asa

"Jalan keluar hanya satu, kamu kembali ke Indonesia dan Jerix akan menangani masalah cabang perusahan Seattle" ucap Ayahnya

"Aku tidak mau." Tekan Asa

"Kau mau mengorbankan 3600 karyawan dan menjadikan mereka pengaguran?" Tanya ayahnya

"Kenapa tidak aku yang menanginya-"

"Karena kamu tidak mampu Asa!" Bentak ayahnya

"Bukan karena aku tidak mampu. Ayah yang tidak pernah bisa percaya padaku. Tak ada hasilnya aku mendiskusikan ini dengan kalian. Membuang waktu" Sindir Asa lalu pergi meninggalkan ruang meeting

"Asa!!!" Teriak Ayahnya marah melihat Asa pergi begitu saja

.

.

.

Asa mengusap air matanya mengingat semua perkataan ayahnya di ruang meeting

Setidak percaya itukah ayahnya? Asa tidak sebodoh itu.

"Minum ini" ucap Tamara melihat bosnya menangis

"Terima kasih Tamara" ucap Asa

"Bagaiman kau tahu, aku disini?" Tanya Asa saat Tamara tahu dirinya berada di atap gedung, tempat kesukaannya ketika moodnya kurang bagus

"Saya menjadi asisten anda 2 tahun Ms. Kehil" ucap Tamara

Asa setelah itu diam pikirannya masih campur aduk

"Saya pikir anda harus pulang Ms. Kehil" ucap Tamara

Asa menatapnya tak percaya

"Kau mengusir ku Tamara?" Tanyanya kesal

"Bukan, bukan begitu maksud ku. Ini pilihan terakhir Ms. Kehil. Perusahaan tak bisa dipertahankan jika tak dibantu kantor pusat dan kau syaratnya untuk perusahaan ini selamat. Karyawan disini banyak Ms.Kehil, aku dan yang lain tak mau mata pencaharian kami menghilang. Ku mohon pulanglah Ms. Kehil" Mohon Tamara

Asa menatapnya binggung memilih antara keegoisan dirinya atau kelangsungan hidup karyawannya

.

.

.

.

.

Sorry kalo banyak typo. Story' akan berakhir di part 20-an dan alur akan berjalan cepat.

Vote for next?

avataravatar