webnovel

The Flyer

Setahun pun berlalu dan Nana akhirnya menyerah. Ia tidak mengharapkan lagi kepulangan keluargnya, dan berkonsentrasi untuk menjalani hidupnya di sekolah baru yang ternyata lebih berat dari dugaannya. Ulangan-ulangan yang diadakan menjelang ujian kenaikan kelas membuatnya keteteran.

"Mungkin aku harus berhenti dari klub Basket. Pelajaranku mulai kacau, Koji.." kata Nana pada suatu hari.

"Dulu kamu selalu bisa membagi waktu dengan baik..!" tukas Koji keheranan. "Minggu ini pemilihan anggota tim inti, lho…"

"Aku dukung kamu aja, deh…" Nana mengangkat bahu. "Aku nggak yakin bisa main Basket seperti dulu…kalau Koji pasti bisa."

"Kamu jangan menyerah sebelum mencoba. Pokoknya kamu ikut tesnya, ya…" Koji menggerutu sambil mengeluarkan kotak dari dalam tas ranselnya yang besar itu. "Soalnya aku beliin kamu bola Basket yang baru sebagai hadiah ulang tahun…"

Nana terkejut. "Haah…? Aku ulang tahun, ya..?! Memang sekarang tanggal berapa?"

"26 Mei, Pikun! Sudahlah jangan pura-pura lupa ulangtahunmu sendiri karena kamu melupakan ulangtahunku tepat sebulan yang lalu.." omel Kojiro.

"Maafkan aku.." Nana tertunduk malu. "Aku memang selalu lupa…Aku janji, deh, yang berikutnya tidak akan lupa lagi…"

"Janji, ya?"

"Heeh…"

"Terserah, deh…yang jelas aku ngasih kamu bola baru…Jangan sampai keluar dari klub Basket…"

Nana mengangguk.

Ia menyimpan bola itu di kamarnya bersama hadiah-hadiah lain yang telah diterimanya dari Kojiro selama ini.

Keluarga Kurosawa adalah keluarga yang sangat teliti mengingat hari penting dan terbiasa dengan perayaan dan hadiah. Sejak berumur lima tahun, mama Kojiro telah menyuruhnya memberi hadiah pada temannya yang berulang tahun, dan kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang.

Nana ingat hadiah pertama yang diberikan Koji padanya adalah buku puzzle yang sekarang sudah hilang entah kemana. Ia cuma ingat gambar yang ada di dalamnya adalah istana besar dengan empat menara. Hadiah-hadiah yang lain masih disimpannya hingga sekarang, seperti tas, topi, komik…

Tapi yang paling istimewa adalah kerang besar yang diterimanya saat ia berusia 12 tahun. Kojiro menemukannya di pantai dan memberikannya pada Nana supaya ia bisa mendengarkan suara laut.

Nana sangat menyukai laut.

***

Siang itu anak-anak klub Basket berkumpul di aula. Pak Eddy hendak mengadakan tes untuk menentukan anggota baru tim inti karena kelas tiga sudah akan keluar.

Kojiro sangat bersemangat melakukan pemanasan dengan teman-temannya. Nana sendiri tampak tidak terlalu antusias, ia merasa kepalanya berat sekali karena semalaman ia belajar untuk ulangan tadi pagi.

"Hei…kamu baik-baik saja..?" tanya Koji sambil mendekatinya. "Mukamu pucat, lho… Kalau sakit nggak usah memaksakan diri."

"Nggak, kok…ini cuma karena kebanyakan belajar." sahut Nana ceria. "Aku mau berjuang dulu, tidak mau berhenti Basket begitu saja…Kamu kan yang nyuruh begitu?"

Kojiro mengangguk.

Nana masuk regu A kelas satu yang akan menghadapi seniornya untuk menunjukkan kemampuannya. Sebenarnya tubuhnya terasa lemah sekali tetapi ia berusaha menguatkan diri dan bermain sungguh-sungguh… Tubuhnya yang ramping lincah membawa bola kesana-kemari dan memasukkan angka.

"Go! Nana, go..!!" teriak teman-temannya memberi semangat. Nana tersenyum dan melambai. Ia melihat Kojiro memandanginya dengan kening berkerut. Nana melambai padanya dan tersenyum lebih lebar.

"Nana! Tangkap..!" teriak Ina sambil mengoper bola pada Nana, cepat-cepat gadis itu berbalik dan menerima operannya, dengan manis berlari melewati dua pemain senior dan memasukkan bola kekeranjang.

BRUK!! Ia bertabrakan dengan anak kelas dua yang berusaha merebound bola itu. Keduanya jatuh ke lantai dengan keras sekali.

Kojiro yang kaget segera menyerbu Nana dan melihat keadaanya. "Hei, Na…kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa…Koji..." jawab Nana tapi pandangannya tampak tidak fokus. "Er..Koji kok jadi tiga…?"

Kojiro mengangkatnya dan dibawa ke pinggir lapangan. "Sudah kubilang jangan memaksakan diri… Kamu masih pusing?"

Nana mengangguk pelan. "Sakit banget…aku nggak tahan…"

"Kenapa, sih, badan kamu jadi lemah begini? Apa kamu sakit? Sudah periksa ke dokter? Mau kutemani sekarang?"

"Udah, kok… Sebenarnya dulu waktu pemeriksaan kesehatan di SMP dokter udah bilang aku sakit dan tubuhku akan jadi lemah… Aku nggak boleh banyak beraktivitas…" kata Nana pelan. Keningnya berkerut berusaha memfokuskan pandangan.

Kojiro tampak khawatir sekali…

"Kamu sakit apa, Na..? Kenapa nggak bilang..?"

Nana tersenyum melihat tampang Koji yang panik. "Cuma kurang darah, kok…ha ha..kamu nggak usah khawatir gitu, dong…"

"Kurang darah? Maksudnya anemia, ya?" Koji menggeleng-geleng. "Kamu harus banyak makan vitamin kalo gitu…dan nggak usah maksain diri lagi…"

"Tapi kalau aku lulus masuk dalam tim inti?"

"Peduli amat! Kesehatanmu nomor satu, mengerti!?"

"Iya, Tuan besar.."

Nana lulus masuk sebagai anggota tim inti Basket putri SMA Nusantara, tetapi Koji melarangnya beraktivitas terlalu berat. Nana kemudian mengundurkan diri tetapi ia tetap bergabung di klub Basket sebagai pengurus manajemen karena ia terlanjur menyukai klub itu. Lagipula ia bisa selalu bersama-sama Kojiro.

Pada waktu mereka naik ke kelas dua, Kojiro diangkat sebagai ketua klub dan kapten tim Basket. Jabatan yang dilaksanakannya dengan penuh tanggungjawab. Nana sendiri terpilih sebagai sekretaris yang bertugas mengurus segala kegiatan latihan dan pertandingan klub.

***

"Koji…nanti pulang latihan temani aku, ya…" pinta Nana pada suatu hari. "Besok Lucia ngadain pesta ulang tahun…masa aku datang nggak ngasih kado..?"

"Pesta ulang tahunnya besok dan kamu baru nyari kadonya sekarang?" Kojiro menggeleng-geleng.. "Kamu ini niat ngasih hadiah nggak, sih..?"

"Memangnya kamu udah nyiapin?"

"Udah.."

"Kamu ngasih apa?"

"Ngasih sesuatu."

"Idihh... Koji…kasih tahu, dong…aku bingung, nih…nyari kado yang murah tapi bagus… Uangku tinggal sedikit, nih…" keluh Nana. "Kamu ada ide, nggak?"

"Hmm…kalo ngasih hadiah itu bukan dinilai dari harga tapi dari ketulusannya. Menurutku sih, bikinin aja saputangan yang murah…yang penting, kan, ketulusannya…ha ha.!!"

Kojiro cepat-cepat menghindari pulpen yang ditimpukkan Nana sambil tertawa terbahak-bahak.

"Dasar!" gerutu Nana.

Sepulang latihan Kojiro menemani Nana ke mal. Nana segera masuk ke toko buku mencari hadiah yang gampang. Ia tahu Lucia mengoleksi komik Asterix dan ada satu judul miliknya yang hilang, Nana bermaksud menggantinya agar menjadi lengkap kembali.

Ah..itu dia 'Obelix dan Kawan-Kawan' yang ia cari. Nana mengambil buku itu lalu membawanya ke kasir.

Tiba-tiba pandangannya terbentur pada sebuah buku yang terpajang di salah satu rak. Buku bergambar pesawat gantole di sampulnya dengan judul besar The Flyer. Ia mengambil buku itu dan membuka-buka halamannya.

How to Create Your Own Balloon

Flying History

Hang gliders and Parasailing

Navigating Trough the Stars

Flying Suit

Bab-bab yang ditawarkan membuat Nana terpaku. Ia tahu Kojiro sangat menyukai aeronautika dan dari dulu bermimpi untuk terbang sendiri.

Dilihatnya buku itu tinggal satu-satunya dan tahun cetakannya sudah cukup lama… Kalau tidak beli sekarang mungkin lain kali tak akan ada lagi… Tapi uangnya tidak cukup, ia juga harus memberi hadiah untuk Lucia… Duh, ia ingin sekali membeli buku itu untuk Kojiro.

Nana bingung sekali.

Akhirnya ia keluar menemui Kojiro yang baru dari sport station.

"Sudah beli kadonya?" tanya Kojiro.

Nana mengangguk.

"Kamu kasih apa?"

"Aku kasih sesuatu." jawab Nana cuek.

***

Keesokan harinya mereka berdua pergi ke rumah Lucia untuk menghadiri pesta ulang tahunnya. Untung hari itu Minggu hingga semua temannya bisa datang.

Acara yang diadakan sangat meriah tetapi Nana hampir ketiduran beberapa kali karena ia merasa sangat mengantuk.

"Kamu kenapa, sih, tidur melulu..?" omel Kojiro. "Kasihan MC-nya tuh.. Dia pikir acaranya membosankan…"

"Sorry…tadi malam aku nggak tidur…"

"Kenapa?"

Nana tidak menjawab. Ia sudah menguap dan tertidur. Kojiro geleng-geleng melihat ujung-ujung jemari Nana ditempeli plester.

"Wah..Nana, terima kasih, ya…hadiah sapu tangannya bagus banget…!" seru Lucia dari seberang ruangan. Ia baru membuka kado-kado yang diterimanya. "Lho…kok tidur?"

Kojiro mengangkat bahu.

Ya, Nana tidak tidur semalaman sebab ia memutuskan menjahit sapu tangan sebagai hadiah ulang tahun Lucia dan beberapa tusukan jarum pada jarinya membuatnya harus mengenakan plester.