22 Berhati-hatilah dengan ucapan

"Jatuh cinta, kadang-kadang tak ada logika."

^_^

"Karena aku ingin lebih mengenal cinta itu... Bersama dengan mu ..."

Nadia terdiam membeku. Pandangannya kosong, dan pikirannya menerawang jauh. Hingga beberapa detik kemudian, Nadia tersadar dari lamunannya. Gadis itu menggeleng ribut.

"Maaf. Aku tidak bisa," ucapnya pada Rafa.

"Kenapa?" tanya Rafa yang kebingungan itu.

"Aku ragu," sahut Nadia lirih.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti, kita baru mengenal beberapa hari. Rasanya sangat aneh tiba-tiba aku menyatakan perasaan padamu. Iya, kan?" Rafa tersenyum kecut melihat Nadia.

Nadia mengangguk pelan.

"Boleh ku minta sesuatu...?" tanya Nadia ragu.

"Tentu saja. Katakan," jawab Rafa antusias.

"Yakin kan diri ku dengan semua perkataan mu," ucap Nadia mantap.

Rafa meraih kedua tangan Nadia. Dan memegangnya lembut. Kini keduanya saling bertatapan dalam dengan tatapan yang sudah bisa dipastikan bahwa sebenarnya mereka ingin saling memiliki.

"Jangan khawatir. Akan ku pastikan, kamu benar-benar percaya bahwa aku serius padamu..."

Nadia menyunggingkan senyumnya. Sebenarnya ada rasa senang tersendiri di dalam benaknya ketika ia mendengar Rafandra mengatakan itu dengan tegas dan jelas terdengar di telinganya. Namun ia harus bisa mengontrol dirinya untuk tidak jatuh pada remaja laki-laki itu.

Ucapannya pada sang adik benar-benar harus ia tepati bagaimanapun juga.

"Ahh... Sangat tidak aestethic jika aku meminta mu menjadi kekasih ku di tempat seperti ini," ucap Rafa tiba-tiba.

Kemudian, Rafa tersenyum lebar. "Aku akan menyiapkan sesuatu jika aku ingin meminta mu menjadi kekasih ku nanti," sambung nya semangat.

"Memang nya aku bilang jika ingin menjadi kekasih mu?" sahut Nadia tiba-tiba berubah menjadi ketus.

"Kamu kan meminta ku untuk meyakinkan mu? Kalau kamu sudah yakin, akan ku pastikan kita akan berkencan. Bukan begitu?" Rafa menaik-turunkan alisnya.

Nadia menepis tangan Rafa. Kemudian gadis itu berbalik memunggungi Rafa yang masih melihatnya itu. Entah apa alasannya, tetapi yang jelas saat ini Nadia sudah tidak tau harus bagaimana lagi sebab jantungnya berpacu lebih cepat berkali-kali lipat.

"Terserah kamu saja. Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mu, Rafandra.." gerutu Nadia.

"Ck, kamu benar-benar membuat ku berusaha lebih keras.." cebik Rafa.

"Jika tidak mau, menyerah lah!" sahut Nadia ketus lagi.

"Tidak akan. Aku sudah terlanjur terkena gerimis, akan lebih baik jika aku sekalian berhujan-hujanan," Rafa terkekeh sendiri dengan perkataan nya.

Sementara Nadia menggeleng tak paham, dan beberapa saat gadis cantik itu menyunggingkan senyum manisnya. Sepertinya ia benar-benar tersentuh dengan perkataan random dari oknum bernama Rafandra Mahardika ini.

"Kamu benar-benar aneh..." gumam gadis itu.

****

Di sisi lain, Lucas dan Yeri berada di sebuah restoran. Lucas menuruti keinginan Yeri untuk mentraktir nya Pasta rose.

"Ck, kenapa kamu sama sekali tidak khawatir dengan berat badan mu?" ucap Lucas pada Yeri. Namun gadis berpipi chubby itu terlihat tidak perduli sama sekali. "Apa kamu tidak ingin terlihat cantik seperti Nadia? Emm, atau Bianca mungkin?" sambungnya lagi.

Yeri yang sibuk menyantap hidangan di depannya itu tampak semakin tidak perduli sama sekali. Hingga beberapa detik kemudian gadis itu mulai angkat bicara.

"Awalnya aku berpikir untuk diet, tapi Nadia bilang yang terpenting adalah badanku sehat," sahutnya santai.

"Hingga kamu akan terlihat sepeti seekor babi?" celetuk Lucas tak berdosa.

"Yaa!! Kamu baru saja meminta maaf padaku, kenapa kamu mengumpati ku lagi?" geram Yeri sangat kesal.

Yeri menghentikan aktivitas makannya. Manik Yeri  memicing tajam menatap Lucas yang duduk di depannya itu. Siapa yang tidak marah jika di lontari perkataan menyakitkan seperti itu? Yeri sungguh kesal bukan main sebab ini bukan kali pertama Lucas berkata kasar seperti itu padanya.

"Aish... Kamu mau ku habisi di sini sekarang juga?!" teriak Yeri.

Pelanggan lain mengalihkan perhatian mereka pada Lucas dan Yeri. Tentu saja hal ini seketika membuat Lucas panik dan merasa sangat malu karena mereka benar-benar menjadi pusat perhatian oleh banyak pelanggan yang ada.

"Pelankan suara mu gadis gembul. Kamu benar-benar membuat ku malu," decak Lucas.

"Kamu bilang aku gembul? Wuah... Kamu benar-benar membuat ku kesal,"

Yeri mendengus sebal.

"Ck, aku tidak segemuk itu. Kamu saja yang terlalu cungkring seperti kacang buncis!" ketus Yeri sambil memutar kedua bola matanya malas.

"A-apa katamu? Kacang buncis? Lalu kamu apa? Ikan buntal?!" sahut Lucas tak mau kalah.

Yeri berdiri dari duduknya. "Kemari kamu. Akan ku habisi kamu sekarang juga!!"

Yeri menghampiri Lucas yang ada di depannya untuk menghajar pemuda itu dengan kedua tangannya sendiri tanpa rasa takut sedikitpun.

"A-apa? Kamu akan kena pasal penganiayaan secara di sengaja," ucap Lucas sedikit menjauh dari Yeri yang hampir menjambak rambutnya.

"Aku tidak perduli. Aku akan menghajar mu sekali lagi," sahut Yeri tak takut dan terus berusaha menjambak rambut Lucas.

Lucas langsung berdiri dari duduknya dan berlari menghindari Yeri. Sementara Yeri yang sudah tersulut emosi itu pun berusaha mengejar-ngejar Lucas agar bisa menghajar nya hingga puas.

Tak menunggu lama, keributan antara Lucas dan Yeri semakin menjadi-jadi. Semua pengunjung restoran itu di buat tak nyaman dengan pertengkaran mereka yang seperti anak kecil.

Mereka pun di usir dari restoran itu.

"Kamu lihat saja, aku tidak akan melepaskan mu begitu saja jika aku melihat mu lagi!" Ucap Yeri sambil menunjuk wajah Lucas dengan jari telunjuknya.

"Aku tidak akan mau bertemu dengan gadis gila seperti mu lagi" sahut Lucas sambil menepis jari telunjuk Yeri dengan kasar dan berlalu meninggalkan Yeri di depan restoran itu.

"Dasar laki-laki brengsek! Aku akan mengutuk mu agar mendapatkan jodoh yang gembul seperti ku?!" teriak Yeri yang kemungkinan besar masih terdengar oleh Lucas.

Sedetik kemudian, Yeri sadar dengan ucapannya.

"A-apa? Aku bilang aku gembul?! Yaa!! Yeri, kamu gila?!! Argghhh..... Aku benar-benar gila... Ughh... Body ku yang seksi... Kenapa aku menyebut diriku sendiri gembul?!"

Yeri memukul-mukul kepalanya sendiri. Gadis itu tampak seperti orang stress, dan banyak orang yang berlalu lalang melihat tingkah gadis itu.

"Aishh .. ini semua karena laki-laki brengsek itu. Kita lihat saja, apa yang bisa kulakukan padamu... Argghhh!!!" decak Yeri dan berlalu juga dari depan restoran tersebut.

avataravatar
Next chapter