16 SETENGAH TANGGUNG JAWAB

Diuji dengan jarak yang memisahkan. Akhirnya, hari yang ditunggu tiba. Hari di mana hajat Barra akan terkabul dengan meminang sang pujaan hati.

Waktu telah membuktikan, perasaan dan kasih sayang mereka tulus satu sama lain. Tidak tergoda dera dan masa. Hingga akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian lama merindu.

Terlihat kesibukan di kediaman Pak Hasan sudah hampir selesai. Bu Lela nampak tengah sibuk memastikan ada tidaknya kekurangan dalam hidangan untuk menjamu tamu mereka.

Surya tengah mengecek dekorasi di ruang tamu mereka. Ruang tamu berukuran empat kali enam meter itu, dihiasi kain putih dan merah muda sebagai latar belakang dinding ruangan tersebut.

Dihiasi dengan lampu tumbler putih yang berkelap kelip pada setiap jengkal kain dan hamparan bunga di salah satu tembok dengan simbol hati yang bertuliskan Barra & Gita di tengahnya. Sungguh indah.

Sementara Pak Hasan dan Fajar di depan rumah bersiap-siap menerima tamu. Lalu di mana Gita?

Di kamarnya, Gita sedang berdandan bersama Anti yang meriasnya. Anti sangat mahir berdandan walau usianya juga belia.

Ditorehkannya makeup simple natural yang membuat wajah Gita semakin cantik namun tetap segar sesuai usianya.

Gita mengenakan kebaya merah muda berenda senada dengan jilbab yang menutupi seluruh tubuh bagian atasnya. Dan bagian bawah mengenakan rok songket yang memang sudah satu set dengan kebayanya. Cantiikkk sekali.

Terdengar ramai suara orang di depan rumah menandakan rombongan Barra telah tiba. Pak Hasan dan Surya menyalami tamu yang hadir diikuti dengan Fajar dan Bu Lela yang baru bergabung juga ikut menyalami tamu para tamu.

Terakhir, si pangeran hari ini, Barra. Dengan memakai kemeja batik coklat yang bercorak berbaur dengan warna merah muda senada dengan corak kain songket yang dikenakan Gita.

Para tamu dipersilahkan masuk ke dalam ruang keluarga yang sudah disihir menjadi berbeda pada siang itu. Dan tidak lama keluarlah Gita yang dijemput sang ibu untuk menyalami setiap anggota keluarga Barra sebagai perkenalan.

'Masha Allah, calon bidadari surgaku, sangat cantik,' takjub Barra dalam hati melihat penampilan gadis yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya itu.

Sampailah tangan Gita meraih tangan Barra yang sedari tadi memperhatikannya. Namun Gita tidak menyadari kalau itu tangan Barra.

Dia tidak begitu memperhatikan orang yang disalami karena merasa malu dan tidak sopan jika memandang wajah orang yang lebih tua. Sampai ia tidak tahu siapa yang disalaminya itu.

Ketika tangannya disalami Gita, Barra membungkuk dan membisikkan sesuatu pada Gita, "Assalamualaikum, Cantik!" yang membuat Gita refleks mendongakkan kepala melihat sang pemilik suara.

Ketika terlihat wajah Barra, senyum Gita merekah sambil menjawab salam tadi, "Waalaikumsalam, Mas,"

Ehem!

Pak Dani berdehem melihat tingkah anak laki-lakinya yang menjadi berbeda ketika bersama gadis yang disukai.

"Gita, kenalin Ayah Mas!" ucap Barra mengarahkan Gita untuk memberi salam pada Pak Dani.

Setelah semua keluarga disalami Gita, iapun duduk di depan dinding yang dihiasi agak mencolok nan indah tadi bersama deretan buah tangan yang dibawa keluarga Barra tadi.

Dimulailah acara pertunangan yang diawali pembacaan ayat suci Al Qur'an yang Barra bacakan.

Acara yang hanya dihadiri keluarga kedua belah pihak dan beberapa jiran tetangga itu, terasa hikmat mendengar lantunan merdu Barra.

Setelah Barra selesai, kata sambutan diucapkan Paman Gita sebagai perwakilan keluarga yang sangat menyambut niat baik mereka. Sampai ketika obrolan menjadi serius ketika Paman Barra mengeluarkan pendapatnya.

"Sebenarnya saya dan keluarga keberatan dengan usulan ini. Kami belum yakin gadis pilihan Barra bisa berfikir jernih dan mengerti situasi saat ini," ucapan yang langsung menyentak hati Barra lagi.

"Paman, bukanya pembahasan kita sudah selesai sejak lama?" nampak Barra mengepal tangannya karena malu bercampur marah.

Mendengar argumen antara mereka tersebut, keluarga Gita cukup kaget, namun masih bisa memaklumi situasi. Mereka sadar Gita memang sangat belia saat ini, namun mereka percaya Gita sudah memikirkan keputusannya dengan matang.

Pak Hasan selaku orangtua pihak perempuan mengambil suara.

"Saya akui Gita anak kami memang masih sangat muda, namun dengan banyak pertimbangan, saya percaya dengan keputusan anak saya dan menerima pinangan Barra dengan syarat yang harus diterimanya,"

"Dan Barra juga menyetujui pernikahan akan terjadi setelah Gita anak kami, meluluskan SMA lebih dulu. Setelah itu keputusan untuk kapan ingin menikah, saya serahkan pada mereka berdua yang mudah-mudahan saat itu mereka sudah lebih dewasa dalam mengambil keputusan,"

"Dan untuk masa setelah pertunangan hari ini, tanggung jawab kami masih penuh mengarahkan anak kami dengan sebaik mungkin agar tidak membuat malu keluarga Barra dengan statusnya sebagai tunangan Barra,"

"Mudah-mudahan Allah menjaga tali silaturahmi ini agar baik-baik saja. Mari sama berdoa agar kedua anak kita ini bisa saling menjaga dan mengingatkan untuk tidak mempermalukan nama baik keluarga kita,"

Sekian panjang kalimat Pak Hasan dengan nada tenang yang membuat semua orang yang hadir di sana mengangguk setuju dengan perkataannya.

Bahkan paman Barra juga ikut mengangguk pertanda menerima ucapan ayah si gadis pilihan keponakannya itu.

Paman Gita lantas mempersilahkan Barra dan Gitaa untuk bertukar cincin pertanda mereka sudah terikat perjanjian yang penting.

"Bismillahirrahmanirrahim" sebut Barra saat memulai memasangkan cincin yang terukir namanya pada jari manis Gita.

Dan kemudian, dengan lafaz yang sama, Gita juga memasangkan cincin perak berukir namanya di jari manis Barra.

Setelah selesai Gita mencium tangan bercincin itu yang artinya, Gita telah menerima Barra sebagai calon imamnya.

Prosesi pertukaran cincin tadi telah diabadikan Fazar dan kedua sahabat Gita menggunakan kamera ponsel mereka.

Nampak senyum Fajar, Dian, dan Anti mengembang, melihat Gita bahagia dengan pilihannya.

Setelah bertukar cincin, pria paruh baya yang ditunjuk keluarga Barra sebagai pembicara mulai memberikan nasihat kepada Barra dan Gita setelah mendapatkan tanggung jawab yang baru.

"Barra Dwikarya Sanjaya, sekarang tanggung jawabmu sudah bertambah. Kamu adalah seorang calon imam keluarga yang bertanggung jawab menjaga perilaku calon istrimu untuk nama baik keluarganya dan juga nama baik keluargamu. Sekarang, separuh tanggung jawab yang dimiliki orang tuanya telah berpindah kepadamu, jadi apapun yang dikerjakannya, apapun yang dilakukannya juga harus meminta izinmu, karena apapun kesalahan yang dibuat pasanganmu, separuhnya telah menjadi dosa untukmu juga. Jadi Bapak harap kamu bisa membimbing Gita yang masih sangat muda ini untuk selalu menjaga nama baik keluarga, dan selalu mengajarinya untuk mempersiapkan dirinya menjadi seorang istri yang baik untuk rumah tangga kalian kelak,"

"Dan untuk Nak Gita Prameswari. Sekarang walaupun usia kamu masih sangat muda, namun kamu sudah menjadi calon istri seseorang. Kamu sudah harus mengerti dan bertanggung jawab menjaga kehormatan kedua keluarga. Menerima keluarga Barra sebagai keluargamu juga. Dan lebih memilah pergaulan yang lebih baik dan sopan. Menjaga sikap dan adab karena status kamu yang sudah terikat dengan Barra. Jangan mudah mengambil keputusan ceroboh untuk memutuskan ikatan. Karena pertunangan ini jembatan menyambung dua keluarga menjadi satu,"

Perwakilan keluarga telah menyampaikan ceramahnya masing-masing. Semua anggota keluarga dengan tenang mendengarkan ceramah yang ditunjukkan untuk menasihati Barra dan Gita. Lalu ditutup dengan doa, kemudian makan bersama setelah hidangan di hidangkan.

avataravatar
Next chapter