1 1. PROLOG

Nama saya Gita Utari, saya hanya wanita biasa yang mungkin bisa anda lihat dimana saja, tidak cantik dan tidak menarik, pekerjaan saya hanya sebagai asisten rumah tangga. Hanya pekerjaan sebagai asisten rumah tangga yang saya dapatkan karena saya tidak cukup pintar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, keterbatasan pendidiklah yang membuat saya memilih pekerjaan semacam ini.

Ketika saya melakukan pekerjaan saya, banyak hal tidak berjalan dengan baik meskipun saya berusaha keras. Saya tidak menyerah karena masalah dalam pekerjaan saya, saya mengambil pelajaran dan belajar lebih banyak dari kesalahan yang saya buat atau yang tidak sengaja saya buat.

Ngomong-ngomong, saya lupa menyebutkan umur saya, saya berumur 21 tahun dan belum pernah punya pacar karena semua orang pasti sudah mengerti dari penjelasan awal saya.

Ahem, maaf kalau berbelit-belit, intinya saya sudah meninggal, hahaha ... Aneh kedengarannya awalnya saya orang Indonesia saya meninggal saat menghalangi pencuri melakukan aksinya di rumah majikan saya setelah itu saya terkena tusukan di perut saya.

Dan pasti kalian bingung kenapa saya masih bisa hidup? Ini adalah rahasia, saya akan memberitahumu sesuatu yang mustahil tetapi saya telah mengalaminya sendiri, kini saya hidup di dunia yang asing menggunakan tubuh orang lain, pertama saya bangun saya telah berada di penjara para budak untuk dijual sebagai pelayan bangsawan tetapi untungnya saya mendapatkan bangsawan yang baik, tidak seperti yang lain, saya sangat bersyukur tentang ini.

"Utari!!"

Aah, suara ini pasti Tuan Muda Alan? Saya pergi dulu menemuinya karena dia sangat marah ketika dia ingin makan donat, berbicara tentang Tuan Muda Alan adalah yang membeli saya dari toko budak.

"Utari, cepat! Aku ingin donat buatanmu!"

"I-ya, tunggu sebentar, Tuan Muda!"

Seorang remaja dengan rambut pirang dan mata biru langit, 15 tahun bernama Alan Vander Jamal (Duke) berdiri di depan pintu kamar pelayan. Alan sudah lama memanggil pelayan itu untuk keluar tapi pelayan itu hanya mejawab, 'tunggu sebentar Tuan muda,' yang diulang beberapa kali.

Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya pintu terbuka, Alan berkata, "Utari, kau lama sekali! Aku ini ningrat, bukan penjaga pintu kamarmu!"

"Maaf, Tuan muda, saya sedang pakai seragam."

"Huh, kau pasti kesiangan lagi! Cepat pergi ke dapur, aku ingin donat buatanmu."

"Baik!"

Pelayan sigap pelayan itu bergegas pergi meninggalkan Alan yang langsung melongo karena diabaikan, seolah-olah status Jamal (Duke) tidak membuat pelayan menunjukkan rasa hormat sedikit pun. "Hahaha, di pagi hari aku dibuat tertawa dengan tingkahnya." Kakak Alan, Alex Vander Jamal menyapa Alan yang langsung menoleh.

"Kau terlihat sangat senang jika Utari mengabaikanku, ya?"

"Kamu kurang ajar, adik kecil yang bodoh, jangan panggil kakakmu ini seperti itu," kata Alex.

"Aku harus cepat ke dapur! Utari jangan beri sedikit coklat di donatku!" Alan mengabaikan Alex, yang menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti darimana rasa tidak hormat adiknya berasal, ini sangat mempermalukan nama keluarga Jamal.

Elisa Vander Jamal hanya bisa menutup mulut dengan kipas merah yang ia bawa karena Alan, putra keduanya, berlari tanpa menyapa Elisa. "Aduh, anak itu benar-benar ..." Pelayan di sebelah Elisa menoleh untuk menyembunyikan sikapnya yang sedang menahan tawanya.

Elisa awalnya senang karena sikap putra keduanya lebih baik dan lebih terbuka dari sebelumnya setelah bertemu Gita Utari, namun sikap Alan terlalu banyak berubah. Alan dulu tipe orang yang dingin dan tidak peduli pada siapa pun setelah dia patah hati dengan Charlote. Charlote adalah seorang gadis biasa yang dekat dengan Alan ketika mereka di Akademi Furunta, hubungan mereka begitu dekat sehingga Alan mencintai Charlote tanpa Alan menceritakan apa yang dia rasakan dan pada akhirnya Charlote bertemu dengan Pangeran Kevin Delpan.

"Utari!! Tunggu sebentar, jangan lupakan coklat ekstra!!"

"Waa!"

Gita yang hendak meletakkan adonan yang bentuknya mirip donat itu terjatuh dari tangannya akibat dikagetkan oleh teriakan Alan.

Alan buru-buru menghampiri Gita yang kerap dipanggil Utari, Alan melarang Gita mengambil adonan yang sempat jatuh di lantai. Dari sepuluh adonan yang sebelumnya sebesar bola pinngpung, kini tersisa sembilan.

"Maaf mengejutkanmu, tidak perlu khawatir hanya satu adonan yang jatuh."

"Ya, Tuan Muda, tetapi Tuan Muda baik-baik saja karena hanya ada sisa sembilan?"

"Tidak apa-apa, hmm, jangan lupa lebih banyak coklat."

"Ya, Tuan Muda."

BERSAMBUNG

avataravatar
Next chapter