11 11. Now I am Homeless

Albert masih berada di balik meja kerjanya, Sementara staff lain sudah meninggalkan ruangan. Beberapa kali menghubungi Monika, tetapi tidak juga diangkat. Seharusnya dia tidak menghilang, jika benar dia masih menginginkan jabatannya kembali.

Mengakhiri panggilan, kemudian keluar untuk mengikuti rapat lanjutan yang hanya melibatkan staff produksi saja. Satu-satunya cara terakhir adalah dengan mengiriminya pesan yang sepuluh menit kemudian akhirnya Monika membacanya.

Rupanya saat itu Monika sedang melakukan pertemuan dengan pihak Art Cinema. Terkejut dengan isi pesan mengenai rapat lanjutan yang dimajukan dari jadual seharusnya. Saat itu juga Monika menelephon Albert untuk memastikan kebenaran informasi yang dia sampaikan. Juga mengenai rencana pelantikan Randy yang akan dilakukan secara terbuka didepan semua staff serta pihak pemegang saham. Seharusnya tak perlu berlebihan seperti itu.

Kesal karena merasa dirinya semakin diabaikan dan Randy semakin menunjukkan kuasanya.

"Jam berapa rapat dimulai?" tanya Monika serius.

"Secepatnya. Sekarang aku di depan ruang rapat!" jawab Albert.

"Aku segera kesana!" Monika.

Saat itu juga Monika meluncur ke kantor. Sementara Albert masuk untuk mengikuti rapat yang kali ini dipimpin oleh Randy. Tampaknya dia langsung mengerti dengan semua tugas serta rencana kerja yang harus dia lakukan.

Hingga rapat berakhir, Monika belum juga menampakan batang hidungnya. Keluar dengan Sengaja berlama-lama didepan ruangan untuk menunggu Monika datang.

Monika muncul sekitar lima belas menit setelah rapat berakhir. Saat sedang menuju ruang rapat, dia bertemu dengan Mila.

Menghampiri dengan menunjukan raut tegasnya.

"Bagaimana rasanya jadi istri dari seorang DIREKTUR UTAMA?" sarkas Monika.

Menatap dengan penuh kebencian.

"Aku tak mengira kalian begitu picik dan rendah!"

Dengan sangat sempurna menusuknya dari belakang dan melemparkan keluar begitu saja.

"Ini tak seperti yang kamu pikirkan. Sama sekali Randy tak bermaksud mencurangimu", bela Mila untuk suaminya.

"Kenyataannya, itulah yang terjadi."

"Aku bisa jelaskan semuanya",

"Apa yang bisa kamu jelaskan?"

Memberitahu jika dirinya akan berusaha membujuk suaminya untuk mengembalikan jabatan yang telah dia terima dan kembali pada kehidupan yang sebenarnya.

"Aku akan bicara dengan Randy agar mau mengembalikan jabatannya."

Tetapi sama sekali hal itu tak membuat Monika sedikit bergeser dari keinginannya untuk melawan mereka yang kini dia anggap musuhnya.

"Tidak perlu. Sepertinya ayah hanya memerlukan satu anak saja. Ketika satu anaknya kembali, maka anak yang lain harus rela tersingkir!"

Menegakkan kepala menatap kearahnya lalu mengulurkan telapak tangan padanya.

"Selamat, kalian telah terpilih, dan aku yang tersingkir!"

Kemudian Monika berlalu pergi meninggalkan Mila yang hanya menatapinya. Hingga Randy datang untuk memintanya tak terlalu memikirkan perkataan buruk yang mungkin Monika ucapkan kepadanya.

Albert yang sudah mencari Monika ke ruangannya tetapi tak menemukan dia disana. Menghubungi dan mengiriminya pesan, tetapi sengaja dia mematikan ponselnya.

*

Menemukan Monika tengah duduk sendirian di tepian kolam. Diam tanpa jelas apa yang tengah dia pandangi. Albert mendekat dan berdiri tak jauh darinya.

Merasa terusik karena kedatangannya.

"Ngapain kamu kesini?" Ketus Monika

"Apa ada larangan untuk aku datang kesini? Bukannya ini tempat umum?"

Mencoba tak peduli dengan kembali memandangi air kolam yang tenang. Tiga langkah kedepan kini membuat Albert semakin dekat dengannya.

"Aku tahu ini sulit, tapi aku yakin kamu pasti bisa bangkit kembali!"

"Tak usah menghiburku!"

Mengambil sebuah batu sebesar kepalannya lalu melemparkan kedalam kolam. Kemudian menatap dengan penuh percaya diri seolah tak sedang merasakan cemas atau kekecewaan dalam dirinya.

Berdiri dengan tegap dengan masih menatapinya.

"Aku Monika. Tidak akan pernah menyerah pada siapapun!"

Kemudian beranjak dan berjalan menjauh darinya.

Hanya menatapi, kemudian Albert mengikuti kemana dia pergi.

"Kenapa kau terus mengikutiku?"

"Aku hanya memastikan kamu baik-baik saja."

"Kau pikir aku baik-baik saja? Lalu kau pikir aku akan bunuh diri karena tidak baik-baik saja?"

Berbalik dan menatap tajam kewajahnya. Melepas sepatu yang dia kenakan. Beberapa kali memukuli Albert yang hanya diam tanpa membalas sekalipun. Memeluk dan membiarkannya menangis dalam dekapannya.

"Albert, aku lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan kehidupanku", memberitahu beban-beban yang selama ini menyiksa hidupnya. "Bawa aku pergi dari sini. Aku mohon bawa aku pergi dari sini!" pintanya.

Disisi lain Albert hanya terus mendekap Monika tanpa berkata sepatah katapun.

*

Berada pada satu meja, tanpa ada perbincangan.

Mengamati Monika yang masih tampak murung dan tak terlalu bersemangat. Sudah pasti rentetan peristiwa sehari lalu sangatlah membuat jiwanya tertekan. Beruntung dia tidak menjadi gila atau tidak ingat lagi siapa dirinya.

Suasana pagi yang berbeda dari biasanya. Terasa lebih ramai dengan kedatangan dua teman, sekaligus seorang tamu yang sedang berduka.

Duduk bersama menikmati sarapan di ruang yang menyatu langsung dengan dapur. Reza yang lebih sibuk dengan racikan menu sarapannya sendiri. Menghaluskan tiga butir kuning telur yang dicampur dengan daun seledri dan susu cokelat.

Sarapan sehat yang bagi Juno lebih mirip seperti onggoran atau kudapan untuk kuda yang pernah dia tahu. Menuang kedalam gelas besar lalu meminumnya saat itu juga. Bersandar santai pada wastafel sambil memperhatikan tiga tamunya yang saling diam bak patung hidup.

Tersenyum saat melihat Albert mengambil sepotong ayam goreng, dan menaruh diatas piring yang sejak awal Monika hanya memainkan sendoknya saja. Sepertinya mereka sudah mulai bermain dengan perasaan masing-masing, dan mereka memang terlihat serasi.

"Makanlah. Kamu belum makan dari kemarin", bujuk Albert.

"Aku tak lapar", tolak Monika.

"Aku tahu. Tapi fisik kamu perlu asupan gizi!"

Kata-kata yang lebih terdengar seperti kutipan kalimat pada poster Posyandu.

"Asupan gizi. Kamu pikir aku balita?"

Albert yang seketika mengerutkan kedua alisnya.

Tapi setidaknya, itu berhasil membuatnya mau berbicara. Juno yang sejak awal tak mau terlibat dalam urusan mereka hanya mendengarkan saja obrolan mereka.

"Ayam gorengnya enak banget!" Kata Juno dengan keras membuat Monika dan Albert menoleh kearahnya.

"Bukannya itu lo yang masak?"

Memotong dari arah posisinya bersandar.

"O haha, benar sekali. Maaf, aku lupa!" usaha mendapat pujian yang kekanakan.

Namun berhasil membuat Monika tertarik untuk mencobanya. Memakan sepotong ayam goreng yang sudah ada dipiring yang Albert letakkan. Tak ingin kehilangan moment, saat itu juga Albert mengambilkan sayur untuk Monika dengan muka yang diramahkan.

"Ck..ck..ck, Aku bisa ambil sendiri!"

Dalam keadaan apapun, entah mengapa dirinya selalu merasa sebal dengannya.

"Tempat ini sering kosong. Aku jarang pulang karena selalu saja ada orang yang butuh kesenangan dan hiburan diluar sana. Kalau mau, kamu boleh tinggal disini sampai merasa baikan!" Reza menawarkan pada Monika.

"Tidak, tidak!" Langsung saja Albert memotong dengan keberatannya.

Mana boleh seorang wanita tinggal di tempat laki-laki yang baru sebentar dikenalnya.

"Dasar otak cabul!"

Albert melempar potongan mentimun pada Reza yang hanya sedikit menghindar.

"Aku hanya di non-aktifkan dari pekerjaan, bukan dilarang pulang ke rumah!" Jelas Monika dengan diiringi tawa kecilnya.

Membuat Albert merasa lega dengan keputusan yang menurutnya sangat bijaksana. Dari arah kamar terdengar suara ponselnya berbunyi. Menaruh gelas yang telah kosong untuk mengangkat panggilannya.

Seorang wanita yang terlebih dahulu memastikan jika dirinya sedang tidak sibuk. Mana mungkin dirinya akan membiarkan seorang wanita dan uangnya berlalu begitu saja.

Saat itu Monika menyadari jika Reza memiliki alis mata yang bagus dan tatap mata yang tajam.

Melemparkan kunci apartementnya pada Juno yang dengan reflex menangkapnya. Berpesan untuk mereka tak perlu canggung berada ditempatnya.

"Mau kemana dia? Rapi sekali"

Bertanya Monika pada Albert dan Juno.

"Apa kamu tidak dengar kata-katanya tadi?"

Mempertegas pertanyaannya dengan menyempitkan pandanganya. Albert yang sepertinya sudah sangat mengetahui mengenai pekerjaannya itu.

"Benarkah? Aku pikir dia hanya bercanda."

"So, masih minat dengan tawaranya?"

"Jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun, dia teman kalian!"

Dan Albert hanya menanggapinya dengan tertawa kecil. "Aku harus ke kantor, kamu mau tetap disini atau ada rencana lain?"

Menggeleng dengan pelan.

"Boleh aku di sini sampai sore?" bertanya Monika pada siapa saja yang bersedia menjawab.

Monika melihat kearah Juno yang lebih berkuasa karena dia lah yang memegang kunci apartement milik Reza.

Sepertinya, dia pun belum ada rencana untuk hari ini.

"Tentu saja!"

Setelah Albert berangkat kerja, kini tinggal Monika dan Juno dalam apartement. Tak banyak yang bisa mereka kerjakan. Juno yang memang belum ada panggilan untuk hari ini.

"Benar kamu bisa masak?" tanya Monika.

Tertawa dan menjadi malu sendiri.

"Sebenarnya, khusus masakan yang mudah saja."

"Bagaimana kalau kita buat makan malam untuk mereka?"

"Eemm, boleh. Apa Mba Monika bisa masak?"

Menunjukkan tablet yang tengah memutar tutorial tentang cara memasak.

"Di bawah ada supermarket. Mau belanja sekarang?"

"Kenapa tidak di pasar tradisional saja. Lebih murah, dan lebih banyak pilihan!"

"Pasar tradisional? Boleh!"

***

berada di kursi kerjanya, Sementara staff lainnya sudah meninggalkan ruangan. Beberapa kali

menghubungi Monika, tetapi tidak juga diangkatnya.

Seharusnya dia tak menghilang, jika benar dia masih menginginkan jabatannya kembali. Mengakhiri

panggilan, kemudian keluar untuk mengikuti rapat lanjutan yang hanya akan melibatkan staff produksi.

Satu cara terakhir adalah dengan mengiriminya pesan yang sepuluh menit kemudian Monika membacanya.

Monika yang sedang melakukan pertemuan dengan pihak dari Art Cinema. Terkejut dengan isi pesan

mengenai rapat lanjutan yang dimajukan dari waktu seharusnya. Saat itu juga Monika menghubungi

Albert untuk memastikan kebenaran informasi yang dia sampaikan. Juga mengenai rencana pelantikan

Randy yang akan dilakukan secara terbuka didepan semua staff serta pihak pemegang saham. Seharusnya

tak perlu berlebihan seperti itu. Merasa dirinya semakin diabaikan, dan Randy semakin menunjukkan kuasanya.

"Jam berapa rapat dimulai?" tanya Monika serius.

"Several. Sekarang aku di depan ruang rapat!" jawab Albert.

"Aku segera kesana!"

Saat itu juga Monika meluncur ke kantor. Sementara Albert masuk untuk mengikuti rapat yang kali ini

dipimpin oleh Randy. Tampaknya dia langsung mengerti dengan semua tugas serta rencana kerja

yang harus dia lakukan.

Hingga rapat berakhir, belum juga Monika menampakan batang hidungnya. Keluar dengan

berlama-lama berada didepan ruangan hanya untuk menunggu Monika datang. Muncul sekitar lima belas

menit setelah rapat berakhir, dengan setengah berlari dia menuju kearahnya.

"Selamat, kalian telah terpilih, dan aku yang tersingkir!"

Kemudian Monika berlalu pergi meninggalkan Mila yang hanya menatapinya. Hingga Randy datang

untuk memintanya tak terlalu memikirkan perkataan buruk yang mungkin Monika ucapkan kepadanya.

Albert yang sudah mencari Monika ke ruangannya tetapi tak menemukan dia disana.

Menghubungi dan mengiriminya pesan, tetapi sengaja dia mematikan

ponselnya.

*

Menemukan Monika tengah duduk sendirian di tepian kolam. Diam tanpa jelas apa yang tengah dia lihati. Mendekat, berdiri tak jauh darinya.

Merasa terusik karen kedatangannya.

"Ngapain kamu kesini?"

"Apa ada larangan untuk aku datang kesini? Bukannya ini tempat umum!"

Mencoba tak peduli dengan kembali memandangi air kolam yang tenang. Tiga langkah kedepan kini membuat Albert semakin dekat dengannya.

"Aku tahu ini sulit, tapi aku yakin kamu pasti bisa bangkit kembali!"

"Tak usah menghiburku!"

Mengambil sebuah batu sebesar kepalannya lalu melemparkan kedalam kolam. Kemudian menatap dengan penuh percaya diri seolah tak sedang merasakan cemas atau kekecewaan dalam dirinya. Berdiri dengan tegap, dengan masih menatapinya.

"Aku Monika. Tidak akan pernah menyerah pada siapapun!"

Kemudian beranjak dan berjalan menjauh darinya. Hanya menatapi, kemudian Albert mengikuti kemana

dia pergi.

"Kenapa kau terus mengikutiku?"

"Aku hanya memastikan kamu baik-baik saja."

"Kau pikir aku baik-baik saja? Lalu kau pikir aku akan bunuh diri karena tidak baik-baik saja?"

Berbalik dan menatap tajam kewajahnya. Melepas sepatu yang dia kenakan. Beberapa kali memukuli

Albert yang hanya diam tanpa membalas sekalipun. Memeluk dan membiarkannya menangis dalam

dekapannya.

"Albert, aku lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan kehidupanku", memberitahu beban-beban yang selama ini menyiksa hidupnya.

"Bawa aku pergi dari sini. Aku mohon bawa aku pergi dari sini!" pintanya.

Dan Albert hanya terus mendekap Monika tanpa berkata sepatah katapun.

*

Berada pada satu meja, tanpa ada perbincangan. Mengamati Monika yang masih tampak murung dan tak terlalu bersemangat. Sudah pasti rentetan peristiwa sehari lalu sangatlah membuat jiwanya tertekan.

Beruntung dia tidak menjadi gila atau tidak ingat lagi siapa dirinya.

Suasana pagi yang berbeda dari biasanya. Terasa lebih ramai dengan kedatangan dua teman, sekaligus

seorang tamu yang sedang berduka.

Duduk bersama menikmati sarapan di ruang yang menyatu langsung

dengan dapur.

Reza yang lebih sibuk dengan racikan

menu sarapannya sendiri. Menghaluskan tiga butir kuning telur yang dicampur dengan daun seledri dan susu cokelat.

Sarapan sehat yang bagi Juno lebih

mirip seperti onggoran atau kudapan untuk kuda yang pernah dia tahu.

Menuang kedalam gelas besar lalu

meminumnya saat itu juga. Bersandar santai pada wastafel sambil memperhatikan tiga tamunya yang

saling diam bak patung hidup.

Tersenyum saat melihat Albert mengambil sepotong ayam goreng,

dan menaruh diatas piring yang sejak awal Monika hanya memainkan sendoknya saja. Sepertinya mereka sudah mulai bermain dengan perasaan masing-masing, dan mereka memang terlihat serasi.

"Makanlah. Kamu belum makan dari kemarin", bujuk Albert.

"Aku tak lapar", tolak Monika.

"Aku tahu. Tapi fisik kamu perlu asupan gizi!"Kata-kata yang lebih terdengar seperti kutipan

kalimat pada poster Posyandu.

"Asupan gizi. Kamu pikir aku balita!"

Albert yang seketika mengerutkan kedua alisnya. Tapi setidaknya, itu berhasil membuatnya mau

berbicara.

Juno yang sejak awal tak mau terlibat

dalam urusan mereka hanya mendengarkan saja obrolan mereka.

"Ayam gorengnya enak banget!"

Berkata dengan keras membuat Monika dan Albert menoleh kearahnya.

"Bukannya itu lo yang masak?"

Memotong dari arah posisinya bersandar.

"Ahaha, benar sekali!" usaha mendapat pujian yang kekanakan. Namun berhasil membuat Monika tertarik untuk mencobanya.

Memakan sepotong ayam goreng yang

sudah ada dipiring yang Albert letakkan. Tak ingin kehilangan moment, saat itu juga Albert

mengambilkan sayur untuk Monika dengan muka yang diramahkan.

"Ck..ck..ck, Aku bisa ambil sendiri!"

Dalam keadaan apapun, entah mengapa dirinya selalu merasa sebal dengannya.

"Kalau mau, kamu boleh tinggal disini sampai merasa baikan!" Reza menawarkan pada Monika.

"Tidak, tidak!" Langsung saja Albert memotong dengan keberatannya.

Mana boleh seorang wanita tinggal di tempat laki-laki yang baru sebentar dikenalnya.

"Dasar otak cabul!"

Melempar potongan mentimun pada Reza yang hanya sedikit menghindar.

"Aku hanya di non-aktifkan dari pekerjaan, bukan dilarang pulang ke rumah!" Jelas Monika dengan diiringi tawa kecilnya.

Membuat Albert merasa lega dengan keputusan yang menurutnya sangat bijaksana. Dari arah kamar

terdengar suara ponselnya berbunyi.

Menaruh gelas yang telah kosong untuk mengangkat panggilannya.

Seorang wanita yang terlebih dahulu memastikan jika dirinya sedang tidak sibuk. Mana mungkin dirinya

akan membiarkan seorang wanita dan uangnya berlalu begitu saja.

Saat itu Monika menyadari jika Reza memiliki alis mata yang bagus dan tatap mata yang tajam.

Melemparkan kunci apartementnya pada Juno yang dengan reflex menangkapnya. Berpesan untuk

mereka tak perlu canggung berada ditempatnya.

"Mau kemana dia, rapi sekali?" Bertanya Monika pada Albert dan Juno.

"Apa kamu tidak dengar obrolannya tadi?"

Mempertegas pertanyaannya dengan menyempitkan pandanganya. Albert yang sepertinya sudah sangat

mengetahui mengenai pekerjaannya itu.

"Benarkah? Aku pikir dia hanya bercanda."

"So, masih minat dengan tawaranya?"

"Jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun, dia teman

kalian!"

Dan Albert hanya menanggapinya dengan tertawa

kecil.

"Aku harus ke kantor, kamu mau tetap disini atau ada rencana lain?"

Meggeleng dengan pelan.

"Boleh aku di sini sampai sore?"

Melihat kearah Juno yang lebih berkuasa karena dia lah yang memegang kunci apartement milik Reza. Sepertinya, dia pun belum ada rencana untuk hari ini.

"Tentu saja!"

Setelah Albert berangkat kerja, kini tinggal Monika dan Juno dalam apartement. Tak banyak yang bisa

mereka kerjakan. Juno yang memang belum ada panggilan untuk hari ini.

"Benar kamu bisa masak?" tanya Monika. Tertawa dan menjadi malu sendiri.

"Sebenarnya, khusus masakan yang mudah saja."

"Bagaimana kalau kita buat makan malam untuk

mereka?"

"Eemm, boleh. ApaMba Monika bisa masak?"

Menunjukkan tablet yang tengah memutar tutorial tentang cara memasak.

"Di bawah ada supermarket. Mau belanja sekarang?"

"Kenapa tidak di pasar tradisional saja. Lebih murah, dan lebih banyak pilihan!"

"Pasar tradisional? Boleh!"

***

avataravatar
Next chapter