10 10. Rapat Pe-Nonaktifan Monika

Dihadiri semua petinggi perusahaan, rapat berlangsung dengan dipimpin Pak Mikail selaku Direktur perusahaan. Area deretan kursi kiri adalah bagian dari pihak office sedangkan deretan  kursi kanan adalah bagian dari pihak produksi. Monika selaku Manager perusahaan duduk bersebelahan dengan Albert yang bertanggung jawab atas bagian produksi karena dia satu-satunya Senior produser di Miracle.

Untuk pertama kalinya rapat melibatkan Randy sebagai salah satu karyawan dengan status yang tak jelas. Duduk terpisah diantara mereka semua, Monika yang memandang miring kepadanya sejak dia masuk kedalam ruangan.

Agenda utama adalah mengenai antisipasi atas ketidakstabilan perekonomian global yang secara langsung berpengaruh pada kepercayaan client pada pasar. Persaingan bisnis semakin ketat ditandai dengan bermunculannya perusahaan sejenis yang menawarkan harga lebih rendah dengan kualitas sebanding.

Pak Mikail berdiri dengan segenap wibawanya.

"Aku sudah mempelajari kondisi perusahaan dan keadaan Ekonomi sekarang. Jika tetap bertahan pada kondisi seperti ini, Miracle tidak akan mampu bersaing dan akan runtuh dengan sendirinya!" tegasnya pada semua peserta rapat.

Monika selaku pembicara dari kedua belah pihak.

"Kita semua sudah bekerja dengan maksimal dan bukahkah target tercapai? Bahkan berhasil melampauinya!"

Pak Mikail tersenyum menanggapinya.

"Kamu benar!" namun tidak untuk membenarkan pembelaannya. "Kalian memang berhasil mencapai target dan kesalahan bukan sepenuhnya pada kalian", klarifikasinya atas pembelaan Monika.

"Kalau kita tetap bertahan dalam kondisi seperti ini, bagaimana perusahaan akan bertahan? Bagaimana perusahaan mampu membayar kalian?" pernyataan yang lebih dari sekadar hanya menakuti saja.

Memperlihatkan grafik mengenai kondisi keuangan perusahaan. Total pemasukan yang hampir sejajar dengan total biaya produksi.

"Aku yakin kalian paham dan dapat membaca kondisi ini!" memang benar, kondisi yang mengkhawatirkan.

"Lalu apa yang harus kami lakukan agar perusahaan tetap berjalan dan semua karyawan bisa tetap kerja?" Tanya Monika menjadikannya terlihat seperti seorang yang tak mampu berpikir pintar. Seharusnya dia tidak bertanya melainkan memberi alternatif pemecahan masalah.

"Sulit dipercaya", reaksi Pak Mikail dalam hatinya.

"Easy. Kita naikan target sebesar 50% dari target sebelumnya. Tekan biaya produksi!" seolah itu sesuatu yang mudah dilakukan.

"Bukan aku pesimis dan tak mampu. Tapi untuk kondisi perekonomian saat ini, mengejar target kenaikan 50% tidak akan mudah. Menekan biaya produksi juga mustahil. Semua harga naik, termasuk fee untuk talent voice. Terlebih aku sedang mempertimbangkan usulan kenaikan upah lembur karyawan!"

Menatap miring Putrinya yang sama sekali tak memberi solusi, malahan hanya menambah persoalan bagi perusahaan. Bersikap bijaksana dengan tetap menanggapi usulannya.

"Itu benar. Karena itulah aku sudah mempersiapkan alternatif terbaik untuk meringankan beban kalian", slide gambar berpindah pada layar putih dengan logo nama Miracle bersebelahan dengan logo Brainstorm Indonesia.

"Peluang pasar kita perluas. Aku sudah menemui dan bicara dengan pihak Brainstorm Indonesia. Mereka bersedia memberi uji coba pada Miracle, untuk mengerjakan tiga film mereka. Karena itulah, aku minta pada semua tim untuk bekerja lebih maksimal dan terus meningkatkan kualitas kerja kalian. Tiga film ini akan sangat berpengaruh pada kelanjutan kerja sama Miracle dengan Brainstorm Indonesia!"

Albert yang terpancing untuk berkomentar.

"Untuk SDM, saya rasa tak ada masalah. Tapi sebagian peralatan di Miracle sudah tidak mendukung lagi", Dalam artian sudah harus di update.

"Saya selaku perwakilan dari bagian produksi mengusulkan untuk dilakukan peremajaan pada sebagian peralatan produksi!" 

Berpikir dan menimbang.

"Oke, aku akan mempertimbangkannya."

Melihat pihak office yang ada Monika menjadi salah satunya.

"Kamu bisa mengajukan anggaran pada bagian keuangan. Aku tunggu proposal pengajuannya." Ucapnya, lalu beralih pada bagian produksi.

"Apa masih ada kendala lain?" bertanya pada Albert.

"Saya rasa tidak. Kecuali bila kerja sama dengan Brainstorm Indonesia benar terjadi, sepertinya kita harus menambah operator, teknisi serta editor visual."

"Tak masalah. Kalau harus manambah karyawan atau mengharuskan menyewa operator freelance bukan hal susah asal bisa menaikan kualitas serta kepercayaan BI!-" menyingkat nama Brainstorm Indonesia dengan istilah BI. "Tugas utama kalian adalah bekerja semaksimal mungkin. Buat mereka merasa nyaman dan jadikan mereka ketergantungan sehingga lebih banyak mempercayakan pekerjaannya pada Miracle!

Terakhir mengenai masalah pelanggaran kode etik oleh Monika. Pertemuan tertutup dengan Gilang, wakil Direktur dari MGC Adv. Pembicaraan mengenai kerja sama atas proyek dari Art Cinema yang seharusnya dilakukan secara terbuka dan melalui izinnya terlebih dahulu.

"Randy, kemarilah!" memanggil dan meminta Randy untuk berdiri disampingnya. __"Tentu kalian sudah mengenal siapa Randy. seperti Monika, dia berdiri disini bukan sebagai putraku, tetapi sebagai salah satu dari kalian!" ucapnya menegaskan.

Tepuk tangan peserta rapat menyambut baik kemunculannya kembali. Kecuali Monika yang tak terlalu senang dengan membuang pandang.

"Aku sudah pertimbangkan dengan matang. Untuk sementara ini, Randy akan menjabat sebagai Direktur Miracle yang baru!" ucapnya tegas, membuat semua peserta rapat terkejut dengan keputusannya. Khususnya Monika yang seperti baru saja mendapat tamparan.

"Aku tidak setuju!" Monika beranjak dari duduknya sambil mengangkat satu tangannya.

"Apa ayah sedang bercanda?" ucapnya bertanya.

"Hei, anak kecil. Kamu lupa baru saja aku menegaskan kalau kau disini bukan sebagai putriku!"

Membuat semua peserta rapat hampir menertawainya, tapi dengan cepat mereka menelan kembali tawa masing-masing. Kecuali Albert yang berusaha menenangkan Monika dengan mengusap lengannya.

"Atas dasar apa kau tidak setuju dengan keputusanku?"

"Ini perusahaan dan kami bekerja secara team work. Tak seharusnya Anda menunjuk langsung orang yang belum tentu semua karyawan senang dibawah kepemimpinannya!"

"Lalu apa maumu sekarang? Kamu punya usulan yang lebih baik?"

"Voting. Aku ingin dilakukannya voting!"

"Voting? Voting untuk apa? Saat ini aku tak memiliki kandidat lain, atau kamu pikir dirimu pantas menjadi salah satu kandidat untuk menggantikanku?"

Mengambil napas sambil menegakan dadanya.

"Oke, untuk mewujudkan keadilan aku akan melakukan voting dengan caraku sendiri!"

Meminta pada semua peserta rapat untuk mengangkat satu tangannya bila setuju Randy menjadi Direktur, menggantikan posisinya.

"Jika lebih dari setengah dari semua orang disini mengangkat tangan, aku anggap pengangkatan ini sah. Tapi bila kurang dari setengah dari kalian yang mengangkat tangan. Aku akan mencari kandidat lain untuk kita melakukan voting. Kalian setuju?"

Hampir dari mereka semua setuju saat dilakukan voting pengangkatan tangan. Hampir seluruh dari mereka mengangkat tangan kecuali beberapa orang saja, diantaranya Albert dan Monika.

Kini tak ada alasan untuk Monika tidak menyetujui keputusannya. Pak Mikail merangkul Randy dengan wajah sumringahnya.

Berkisah mengenai keadaannya yang sudah semakin tua dan mudah lelah.

"Aku tak ingin perusahaan mengalami kemunduran karena keterbatasanku", dimaksudkan untuk usia serta kesehatannya.

"Kalian lihat? Duduk sebentar dikursi panas ini saja hampir membuatku keringat dingin!" diikuti tawa kecil atas candaanya walau tidak membuat semua peserta rapat tertawa atau sekadar tersenyum.

Menekankan pada seluruh peserta rapat jika keputusan Randy adalah keputusannya juga.

"Aku minta pada kalian untuk memahami kondisi perusahaan dan kondisiku saat ini!"

Monika mengira Randy hanya akan mendapat kedudukan biasa yang tak lebih tinggi dari posisinya.

Sebagian peserta saling berbisik mengenai keputusan sepihaknya. Namun sebagian peserta yang telah mengenal Randy dan prestasi kerjanya tampak senang dengannya.

"Aku harus istirahat. Aku rasa Randy bisa melanjutkan rapat ini dan kalian bisa bekerja sama dengannya!"

Kemudian Pak Mikail keluar dengan dibantu Ajudan-nya. Sementara Randy mengambil alih jalannya rapat dengan berada diposisinya. Melanjutkan pembahasan mengenai pelanggaran yang telah dilakukan oleh Monika.

"Disini aku akan membacakan keputusan yang telah diambil Bapak Mikail yang terhormat, selaku Direktur utama", berhenti dengan terlebih dahulu melihat kearah Monika yang tampak membuang pandang, berbeda dengan peserta rapat lainnya yang tampak antusian mendengar bacaan atas keputusan Direktur utama. __"Dengan mempertimbangkan nama baik perusahaan serta tindakan kurang terpuji yang membahayakan kelangsungan perusahaan. Telah diputuskan untuk memberi sanksi pada Ibu Monika, selaku Manager perusahaan berupa penonaktifan atas jabatannya. Penarikan aset serta kewajibannya untuk mengembalikan semua inventaris yang telah perusahaan berikan!"

Berdiri dari tempat duduknya.

"Cukup!" memotong dengan amarahnya. "Apa ini benar keputusannya atau ini hanya keinginanmu semata, Bapak Randy yang terhormat!" membuat semua peserta rapat melihat kearahnya.

Berganti melihat Randy yang masih bediri didepan ruang rapat.

"Monika, dengar. Disini aku hanya bertugas untuk membacakan keputusannya dan kamu boleh memastikan kebenarannya!'

Setengah percaya Monika dengan hukuman yang harus dia terima. Terlebih keputusan itu dibacakan oleh seorang yang belum sehari menduduki jabatan barunya sebagai Direktur.

"Untuk hari ini, saya cukupkan rapat sampai disini. Kita akan bahas mengenai rencana kerja sama dengan Brainstorm Indonesia, dan mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi", sambil melihat kearah Monika yang masih menatapinya. __"Kita akan meninjau lagi, untuk siapa-siapa yang ikut terlibat didalamnya!" pungkasnya membuat

sebagian peserta rapat lainnya merasa cemas karena keterlibatannya dan akan segera mendapat sanksi seperti yang sudah Monika dapatkan.

Hingga rapat berakhir dan semua peserta rapat meninggalkan ruangan dengan tidak terlalu puas dengan hasil rapat.

Tersisa Monika yang masih tetap pada posisinya. Menatapi Randy yang masih berdiri di belakang meja dengan wajah bersalahnya. Tetapi sama sekali itu tak membuat Monika memakluminya.

Beranjak menghampiri Randy yang juga mendekat padanya. Berdiri saling pandang dengan raut muka yang berbeda.

"Bagus sekali. Kau kembali dengan langsung menunjukkan kekuatanmu!"

"Monika, ini tak seburuk yang kamu kira. Aku hanya menjalankan perintah ayah!"

Menunjukkan raut muka tak senangnya. Sementara Randy lebih bersikap lembut, menunjukkan jika dirinya tidak sedang ingin berperang dengannya.

"Kamu tak usah khawatir. Aku akan meninjau kasus ini kembali."

"Tak usah berpura-pura baik seperti itu!"

"Aku tidak sedang berpura-pura bersikap baik. Aku hanya menjalankan tugas sesuai prosedur!"

Tampaknya apapun yang Randy katakan selalu salah dimata Monika. Monika yang mengencangkan pegangan pada berkas-berkas ditangannya, kemudian berlalu pergi, meninggalkan Randy yang merasa bersalah atas keputusan yang telah dia sampaikan.

***

avataravatar
Next chapter