1 Prolog

Gerimis mengguyur jalanan ibu kota sore itu. Mendung memeluk langit hingga membuat mentari enggan bersinar. Namun demikian pemuda bertubuh jangkung itu seolah tak peduli, di bawah hujan gerimis ia tetap melangkahkan kakinya keluar dari rumah meninggalkan keluarga yang ia cintai. Beberapa kali suara-suara meneriakinya, memintanya kembali tapi tak sekali pun ia hiraukan. Kepalanya tetap tertunduk dengan kaki terus melangkah. Akan tetapi pada akhirnya ketika sebuah tangan kecil tiba-tiba mengenggam tangannya, ia pun menghentikan langkah. Pemuda itu berhenti dan menatap gadis kecil berambut pendek yang berdiri tepat disampingnya itu. Air mata menghiasi wajah mungilnya.

"Kakak jangan pergi" katanya sambil merengek dan hatinya benar-benar hancur mendengarnya. Namun kini ia tak berdaya mendengar suara itu yang selalu ingin ia dengar bahkan ketika dirinya tak mau mendengar suara apa pun. "Kakak jangan pergi" ulang gadis kecil itu.

"Kakak harus pergi"

"Kenapa?"

"Apa kau tidak dengar apa yang baru saja papa katakan, papa ingin…"

"Biarin aja papa maunya apa, kita semua gak ada yang mau kakak pergi, jadi kakak gak harus pergi"

"Cuby…."

"Kakak jangan pergi ya…." sekali lagi gadis kecil itu merenggek dan ia hanya bisa terdiam tak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana pun ia harus pergi karena itulah yang diinginkan ayahnya, melihatnya pergi dan menjauh dari keluarga ini. Kini ia tak punya pilihan lain selain pergi betapa pun hatinya pedih harus meninggalkan keluarga yang sangat ia cintai tapi juga akan sangat ia sakiti jika ia tetap berada di tengah-tengah mereka.

"Jaga diri baik-baik, jangan nakal dan jadilah anak baik, oke?"

"Kakak…"

"Kakak sayang cuby"

"Jangan pergi kak"

"Maaf cuby, kakak tetap harus pergi, semoga kita bisa bertemu lagi"

"Kakak!!! jangan pergi!!!"

avataravatar
Next chapter