9 Bagian 8

"Ada apa? kenapa lama sekali?" tanya Daniel setibanya Tiara di dalam.

"Tidak ada apa-apa"

"Kak Raka kemana? kok ke toilet lama banget?" tanya Rani menatap Tiara yang baru saja duduk dan mulai menyantap makan malamnya sementara yang lain sedang mengobrol sembari menikmati minuman dingin di hadapan mereka tapi kakaknya belum juga kembali.

"Tenang saja, sebentar lagi juga kembali" jawab Tiara dengan sikap tenang tapi masih dengan senyum mengembang dibibirnya. Melihatnya Daniel dan Yudha terlihat heran, selama mereka mengenal atasannya itu tak sering mereka melihatnya tersenyum seceria itu seolah baru saja ada hal menyenangkan hatinya yang baru saja terjadi. Bahkan Adit yang jauh lebih dekat dengan Tiara juga dibuatnya heran.

"Kakak lama sekali, kakak kenapa?sakit?" tanya Rani saat melihat kakaknya kembali dengan ekpresi wajah yang aneh dan wajah basah kuyup dengan kemeja yang bernoda biru. "Kakak kenapa? kok baju kotor gitu?" tanya Rani lagi bingung dan panik melihat kakaknya kembali tapi dengan penampilan yang tampak agak kacau.

"Tidak apa-apa, tadi kakak tidak sengaja menabrak pelayan dan membuat minuman yang dibawa pelayan tumpah ke baju"

"Kok bisa sih…"

"Minumlah, mungkin minuman dingin akan membuatmu lebih baik" kata Tiara sembari menyodorkan gelasnya ke arah Raka yang di tolaknya dengan halus tapi tak sekali pun menatap Tiara. Melihat sikap aneh Raka dan sikap ramah Tiara yang berlebih sontak saja membuat orang-orang di sekitar mereka heran. Raka bukan pemuda sedingin itu hingga sampai hati menolak sikap baik orang lain apalagi Tiara terkait hubungan kerja dengannya tapi ia terlihat seperti pria dingin yang sampai menolak sikap baik orang lain dan itu Tiara. Sementara itu Tiara entah terinspirasi darimana hingga ia tiba-tiba memberikan minumannya pada Raka, partner kerjanya dan bukan teman kencannya. Dia bahkan tak pernah melakukan itu pada beberapa pria yang dikencaninya dan Adit tahu persis akan kebiasaan sepupunya itu. Entah apa sebabnya sekarang Tiara mendadak berubah dan terlihat seperti seorang istri yang sedang berusaha menghibur hati suaminya yang tengah gundah.

Apa yang terjadi padanya? apa dia salah minum obat? batin Adit menatap Tiara yang masih memandangi Raka yang hanya terdiam.

"Oh ya ada yang ingin kuceritakan pada kalian" kata Tiara berusaha menyudahi suasana tegang akibat sikap aneh Raka.

"Apa itu?" tanya Daniel semangat.

"Tadi aku bertemu seseorang"

"Siapa?" tanya Yudha penasaran.

"Seseorang, pria dan entah apa yang dipikirkannya saat melihatku, dia tiba-tiba kalap dan menabrak seorang pelayan tepat saat aku melihat ke arahnya, sepertinya itu karena dia melihatku berpelukan dengan Adit" cerita Tiara dan sontak mendengarnya Raka yang sedang memegang gelas nyaris menjatuhkan gelas di tangannya sebelum akhirnya Rani menangkap gelas itu.

"Nyaris saja, kakak sedang memikirkan apa sampai nyaris menjatuhkan gelas?" kata Rani menatap Raka yang hanya tersenyum melihat tatapan heran adik perempuannya.

"Tidak ada"

"Tiara, kau lagi-lagi membuat pria salah tingkah"

"Eh kenapa aku? memangnya aku berbuat apa?"

"Sepertinya kau lupa, sudah berapa banyak pria kehilangan kesadaran karenamu" kata Daniel yang sudah tahu betul seperti Tiara, sang penakluk pria dan tentu saja mendengar cerita laki-laki kehilangan kewarasan di hadapannya bukan hal baru.

"Karena semua sudah selesai makan, bagaimana kalau kita karaoke saja" usul Yudha mencoba menyela pembicaraan Daniel dan Tiara sebelum suasana semakin tidak nyaman dengan obrolan yang belum apa-apa sudah membuat Raka terlihat gelisah.

"Bisa tolong bersihkan meja kami?" kata Tiara sembari menekan intercom di dinding samping tempat duduknya.

Tidak lama kemudian dua orang pelayan datang dan membawa sisa makanan di atas meja sementara seorang pelayan mulai menyalakan cd player serta TV di ujung ruangan.

"Minumannya biarkan di meja" kata Tiara pada pelayan di hadapannya.

"Jika butuh bantuan silahkan panggil kami"

"Terima kasih"

"Ayo mulai" seru Yudha penuh semangat saat dua pelayan itu meninggalkan ruang karaoke.

Lantunan lagu pun mulai terdengar diiringi video klip yang tampak di layar TV layar datar. Satu persatu orang dalam ruang karaoke bergantian menyanyikan lagu kesukaan mereka termasuk Tiara. Mendengar suara merdu Tiara bernyanyi Raka seketika terkesimak. Sekali pun ia sudah banyak mendengar cerita hebat tentang Tiara tapi ia sama sekali tak tahu kalau wanita muda yang menjadi atasannya itu juga berbakat dalam musik. Dia memiliki suara merdu bahkan lebih merdu dari penyanyi asli lagu yang dinyanyikannya.

"Serius deh kalau penyanyi aslinya denger suaramu yakin, dia akan minder" puji Daniel yang memang sudah sejak lama mengagumi suara indah Tiara. Daniel hanya satu dari beberapa orang yang mengatahui suara merdu Tiara tapi Raka satu-satunya orang yang baru mendengar suara merdu Tiara. Ia memang sering mendengar cerita-cerita mengagumkan soal Tiara tapi tidak pernah ia tahu bahwa sang desainer muda itu punya suara begitu indah.

"Dih apaan sih" kata Tiara tertawa lepas mendengar ucapan Daniel meski ia tak menampik beberapa temannya di industri musik sering kali menawarinya bergabung dengan mereka untuk menjadi salah satu penyanyi di perusahaan mereka tapi Tiara tidak tertarik, ia lebih menyukai dunia fashion daripada dunia musik sekali pun ia sangat menyukai musik.

"Kakak, kakak, ajari Rina nyanyi donk" kata Rina kemudian dan mendengarnya Tiara terkejut. Bagaimana mungkin dia bisa mengajarinya bernyanyi ia saja bahkan tak pernah benar-benar mempelajari teknik bernyanyi.

"Kakak gak bisa, ini aja juga cuma asal nyanyi"

"Tapi suara kakak bagus"

"Lain kali ya kakak kenalin sama temen kakak yang jago nyanyi, tar Rina belajar sama dia"

"Rina kau itu apa-apaan" tegur Raka yang merasa tak enak dengan permintaan aneh adiknya. "Maaf, dia kadang memang suka seenaknya"

"Gak apa-apa, namanya juga anak remaja, tapi bolehlah tar dia biar belajar nyanyi sama Arka, katanya dia mau buka kursus nyanyi gitu" kata Tiara membicarakan salah satu teman lamanya yang sempat tinggal bertetangga dengannya ketika tinggal di Paris.

"Maksudmu kau mau meminta Arka jauh-jauh ke Indonesia buat ngajarin Rina nyanyi"

"Ya nggaklah kalau cuma itu tujuannya, dia tuh lagi ada projek sama aku dan Rays Production, kayaknya bakal makan waktu sampai dua tahunan gitu, jadi sekalian aja dia ngajarin Rina, toh dia juga punya rencana buka kelas kursus di Jakarta, kan lumayan tuh buat uji coba"

"Tapi…"

"Tenang aja, kalau aku yang minta dia gak bakal nagih bayaran"

Raka sungguh merasa tak enak karena adiknya atasannya itu harus direpotkan padahal ia bahkan belum lama bekerja di perusahaannya. Meski begitu Raka senang karena akhirnya keinginan sang adik untuk belajar bernyanyi akan terwujud. Sudah lama sekali adiknya itu meminta untuk dikursuskan bernyanyi dan Raka belum bisa menyanggupinya karena kondisi perekonomian keluarga yang masih berantakan. Padahal Raka jelas tahu kalau adiknya berbakat sebagai penyanyi dan mungkin dia bisa meneruskan bakat ibundanya yang mantan seorang penyanyi yang seandainya tidak membuat skandal mungkin sampai sekarang karier ibundanya masih bagus.

"Eh udah malem nih, kayaknya aku harus balik deh" kata Yudha saat menyadari jam sudah menujukkan pukul dua belas malam padahal besok pagi dia ada janji dengan klien.

"Ya udah deh, kita balik, udah lama juga kita karaokean" kata Tiara beranjak dan keseruan malam itu pun berakhir.

"Dit, aku tidur di apartementmu ya, aku males pulang ke rumah" kata Tiara saat sudah berada di halaman parkir dan mendengarnya Raka sontak menoleh. Sepertinya dugaannya tentang hubungan special sahabatnya dengan Tiara memang benar. Tapi entah kenapa Adit tak pernah menceritakan hal itu padahal dia selalu mengatakan padanya segala hal termasuk dengan wanita mana dia sedang dekat. Jujur saja Raka agak terkejut mengetahui sahabatnya itu dekat dengan Tiara sementara ia bahkan tak pernah mendengar kalau Adit sedang dekat dengan wanita manapun.

"Kenapa? Kangen sama selimut buluku?" tanya Adit sembari tertawa.

"Iih apaan sih, tapi serius deh aku naksir sama selimut itu, kamu beli di mana, aku mau juga"

"Sudah kubilang bukan aku yang beli, Bela tuh yang pesan, dia juga manamau barangnya ditiru makanya sampek kiamat juga gak bakal dikasih tahu dia beli di mana"

"Serius deh Bela tuh nyebelin tahu gak"

Adit tertawa lebar mendengar ucapan Tiara sambil melingkarkan tangannya dipundak Tiara tanpa memperdulikan apapun dan lucunya hanya Raka seorang yang heran melihat sikap Adit. Sepertinya para crew, assistan bahkan Daniel sekalipun seolah tak peduli seperti apa sikap Adit pada Tiara hingga mereka terlihat biasa-biasa saja.

"Kamu bareng aku aja ya, biar Raka bareng Yudha, apartementkukan gak searah sama Yudha, kayaknya malah Raka yang searah sama Yudha" kata Adit pada Tiara.

"Yudha gak keberatankan kalau kamu balik sama Raka, aku balik bareng Adit aja"

"Aku sih oke aja, tapi Raka?"

"Santai aja, asal bisa sampai rumah tidak jadi soal"

"Ya udah kami balik dulu ya, kalian hati-hati di jalan, sampai ketemu besok" kata Tiara pamit sembari berjalan ke mobil hitam metallik yang ada di dekatnya dan bersama Adit dia pun pergi meninggalkan Raka yang hanya tinggal bertiga bersama Rina dan Yudha.

"Kita buruan balik juga, dah ngantuk aku" kata Yudha membuka pintu mobil dan lima belas menit kemudian mobil merah terang itu sudah melaju di jalanan kota Bandung menuju Jakarta. Jalanan sangat sepi dan Raka menikmati suasana perjalanan malam itu sementara adiknya sudah terlelap di kursi belakang.

"Tidak perlu heran, mereka emang suka begitu, gak liat sikon"

"Mereka?"

"Iya, Tiara dan Adit"

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Soal"

"Aku pernah dengar kalau mereka punya hubungan…"

"Astaga, kau percaya kabar itu?" kata Yudha tertawa mendengar pertanyaan Raka.

"Aku hanya mendengarnya"

"Aku kasih tahu, sekilas mereka memang terlihat sepasang kekasih tapi serius gak seperti itu, Adit hanya sepupu Tiara tidak lebih, lagi pula masak iya dia mau pacaran sama sepupu sendiri, sama sekali bukan gayanya"

"Oh gitu"

"Kau tanya seperti ini bukan karena naksir sama Tiarakan?"

"Apaam, nggaklah"

"Bagus, karena kalau sampai kau naksir sama dia endingnya kau akan jadi pria kedua puluh yang patah hati, Tiara itu cuma di luarnya saja hangat tapi hatinya lebih dingin dari benua antartika"

Raka mendengar ucapan Yudha yang nampaknya dia tahu seperti apa Tiara meski dia tak banyak mengatakan sebab wanita itu menjadi dingin. Sejujurnya Raka memang merasa sering kali antara senyum dan sorot mata Tiara tidak selaras. Tatapan matanya kadang terlihat dingin tidak sehangat senyumannya hingga Raka tahu mana perasaan Tiara yang asli, apakah pada senyumnya atau sorot matanya.

"Ini rumahku" kata Raka saat mobil yang dikendarai Yudha tiba di depan rumah sederhana yang telah ia tinggali selama beberapa tahun bersama ayah dan adik perempuannya.

"Kau tinggal di sini?"

"Iya, terima kasih sudah mengantarku" kata Raka sambil berjalan keluar dari mobil dan mengangkat tubuh adiknya yang sudah tertidur pulas hingga tak sadar mereka sudah tiba di depan rumah.

"Oke, sampai ketemu besok"

"Iya"

"Jangan terlambat ya, pemotretannya pagi"

"Siap, selamat malam"

avataravatar
Next chapter