5 Bagian 4

Menjelang malam, acara pertemuan dengan para model dan pemotretan akhirnya usai. Raka benar-benar lega akhirnya ia bisa pulang sebelum hari benar-benar gelap. Sejak sore ia sudah khawatir memikirkan adiknya yang sendiri di rumah sementara sang ayah beberapa hari ini lembur.

"Kau sudah mau pulang?" tanya Adit sekeluarnya ia dari ruang ganti.

"Iya, adikku sendirian di rumah"

"Mau pulang bersamaku? kebetulan aku harus mengantar Tiara pulang dan kita searah" kata Adit menawarkan.

"Searah?"

"Iya, rumah Tiara di Kuningan, perumahannya ada di belakang perumahanmu"

"Boleh kalau dia tidak keberatan"

"Tidak akan" kata Adit sembari berjalan keluar dan diikuti Raka yang berjalan di belakangnya. Namun langkah Raka terhentik seketika tatkala ia melihat seorang pria jangkung dengan wajah bule yang sering muncul mewakili Akira Mode. Daniel pria bertubuh gagah itu, Raka jelas tahu siapa dia dan tak lain adalah wakil presdir perusahaan ini. Tapi sikapnya begitu dingin bahkan meski Raka berusaha bersikap ramah padanya membuat Raka segan untuk menyapanya. Namun demikian Daniel justru menegurnya meski dengan sikap yang masih tetap dingin.

"Besok kau datanglah ke ruanganku, kita perlu bicarakan soal kontrak" kata Daniel yang bicaranya langsung ke inti pembicaraan tanpa basa-basi.

"Besok? jam berapa?"

"Jam sepuluh"

"Iya, saya akan datang"

"Hubungi aku saat kau sudah di kantor" kata Daniel menyerahkan selembar kartu nama dan Raka menerimanya sembari memandangi kartu nama bertuliskan Daniel Makkawaru yang tampak anek untuk seorang pria berwajah bule, nama belakangnya tidak mencermikan sisi kebarat-baratan seperti wajahnya. "Oh ya satu lagi, soal manager kalau kau belum ada manager aku sudah siapkan orang untuk menjadi managermu"

"Saya percayalah soal manager pada kalian, jujur saja saya tidak tahu bagaimana mencari orang yang tepat untuk menjadi manager saya" kata Raka tak ambil pusing soal siapa managernya karena ia juga tak punya pandangan siapa yang bisa ia andalkan untuk menjadi managernya terlebih lagi Adit juga sibuk, ia tak mungkin merepotkannya hanya sekedar membantunya mencarikan manager.

"Oke, sampai ketemu besok" kata Daniel berlalu pergi setelah apa yang ingin ia bicarakan tersampaikan.

"Orang itu tidak pernah berubah, selalu seperti itu" kata Adit saat tiba di sampingnya.

"Maksudmu?"

"Daniel, yang kalau sudah moodnya jelek pasti bicaranya langsung to the point" kata Adit yang sudah cukup lama mengenal sosok Daniel dan di matanya pria itu memang tipikal menyebalkan kalau sudah moodnya jelek apalagi ketika tidak menyukai lawan bicaranya, mendadak jadi kaku.

"Sepertinya dia tidak menyukaiku" kata Raka yang tanpa perlu dijelaskan pun ia paham Daniel tak menyukainya tapi mau bagaimana lagi, ia butuh pekerjaan dan satu-satunya kesempatan bagus untuknya adalah bekerja sebagai model di perusahaan ini sekali pun ia tahu banyak orang tak menyukainya karena skandal sang ibunda. Kadang ia merasa tak adil harus menanggung pandangan buruk bahkan sikap buruk terhadapnya hanya karena perbuatan sang ibunda.

"Tenang saja, dia tak akan melakukan apapun padamu, dia sangat setia pada Tiara dan apapun keputusan Tiara suka atau tidak suka dia akan melaksanakannya, kau hanya perlu mengabaikan segala sikapnya, ok?"

"Ok"

***

"Tenang saja, aku sudah atur semuanya, beres deh pokoknya, aku jamin" Yudha salah satu assitand Tiara berkata dengan gayanya yang centil dan gemulai. Melihatnya Tiara hanya tersenyum dengan tingkah assitandnya itu tapi tak ada yang bisa dilakukannya, sejak dulu Yudha memang seperti itu sampai-sampai banyak yang mengatainya bencis alias bencong. Tapi mau bagaimana lagi seburuk apa pun Yudha dia adalah assitandnya yang selalu membantu Tiara seperti para assitandnya yang lain. Apalagi Yudha salah satu rekannya saat masih di Paris dan dulu pernah menjadi juru rias sebuah agensi model di kota mode itu.

Yudha bukan seperti juru rias lainnya yang bisa dikontrak tahunan untuk pekerjaanya, dia hanya bisa dikontrak beberapa bulan untuk setiap event tapi setelah itu para agensi harus menunggu untuk mengtri dibelakangnya. Hingga saat Tiara membutuhkan assitand dalam urusan tata rias ia pun memilih Yudha dan benar saja Yudha kini menjadi salah satu assitand desainer yang tak pernah terbayangkan akan membawa perubahan hidupnya. Dari kehidupan yang biasa saja menjadi begitu luar biasa. Tiara benar-benar sangat beruntung memiliki Adit dan Yudha untuk membantunya selain Daniel.

"Oh ya besok malam kalau kalian ada waktu kita makan malam bersama, ajak sekalian Daniel, kita sudah lamakan tidak makan malam bersama" ajak Tiara tiba-tiba saat teringat sudah berlama ia tak pernah makan malam bersama dengan para assitannya yang hanya sibuk bekerja, padahal saat di Paris sesibuk apa pun ia selalu menyempatkan diri untuk sekedar makan malam dengan para assitandnya bahkan tak jarang ia juga mengundang stafnya. Sepertinya kesibukan di Jakarta benar-benar merubah gaya hidupnya menjadi gila kerja dan nyaris melupakan hal-hal menyenangkan yang dulu sering dilakukannya di Paris.

"Lusa kita akan sangat sibuk sekali" kata Yudha.

"Iya, karena itu sebelum kita benar-benar sibuk kita akan bersenang-senang sejenak"

"Bagaimana kalau sekalian karaoke?" tanya Yudha mengusulkan, sudah lama ia tak berkaraoke ria dengan Tiara padahal saat di Paris mereka sering melakukannya.

"Boleh, kau yang pilih tempatnya ya"

"Kalian mau pergi kemana?" tegur Adit menyela pembicaraan Tiara dan Yudha.

"Bukan hari ini tapi besok, kita bakal senang-senang"

"Bukannya besok kau sibuk?"

"Besok tidak terlalu sibuk, lusa kita benar-benar sibuk dan setelahnya entah kapan ada waktu untuk bersenang-senang, jadi mumpung bisa aku mau pergi karaoke dan makan malam" jelas Tiara dan meski mengatakannya pada Adit tapi mata Tiara memperhatikan Raka yang berdiri di samping sepupunya itu.

"Aku gak yakin dia bisa ikut, masalahnya kalau malam adiknya gak ada yang jaga, ayahnya sering lembur" kata Adit yang langsung bisa menangkap arti dari tatapan mata sepupunya itu.

"Adik?" tanya Tiara.

"Iya, aku punya adik dan dia sendiri di rumah" kata Raka membenarkan ucapan Adit.

"Bagaimana kalau kau ajak sekalian?"

"Hei Tiara jangan gila!!! dia itu masih SMP!!" protes Adit.

"Memang kenapa? kita hanya makan malam dan karaoke, apa masalahnya?"

"Tapi…"

"Tenang saja, aku tidak akan bercumbu di hadapannya" kata Tiara kesal.

"Ah sudah-sudah aku tidak mau mendengarnya!!" kata Adit kesal dan ia benar-benar sudah mulai ngeri mendengar ucapan Tiara yang kadang sering tanpa filter. Raka yang tak banyak tahu soal Tiara cukup dibuat kaget mendengarnya tapi tak bisa berkomentar.

"Aku akan mengajaknya, mungkin sesekali bagus juga mengajaknya pergi makan malam" kata Raka mencoba meredakan emosi Adit yang agak kesal mendengar ucapan Tiara dan tak dipungkiri memang agak keterlaluan. Tapi Raka sama sekali tak khawatir, Tiara tidak terlihat seperti seseorang yang bisa memberi dampak buruk pada adiknya, ia tak merasa harus khawatir membawa adiknya makam malam yang akan diadakan Tiara bersama para assitandnya.

"Kau serius?" tanya Adit kaget.

"Hanya makan malam dan karaoke, tidak jadi masalah"

"Terserah kau sajalah" kata Adit tak tahu harus berkata apa pada sahabatnya yang sama sekali tak khawatir mengajak Rani sementara ia sendiri jika punya adik sebaya Rani tak akan pernah ia bawa ke tempat di mana Tiara bersenang-senang. Tapi apa mau dikata Rani itu adiknya Raka bukan adiknya.

"Aku tahu bagaimana harus menjaganya" kata Raka dengan sikap tenang.

"Oke, besok malam kita ketemu di tempat karaoke, oh ya Dit aku gak jadi pulang sama kamu, aku bareng Daniel soalnya masih ada yang harus kubicarakan dengan Daniel" kata Tiara pamit sambil berlalu pergi menghampiri Daniel yang sudah menunggunya di pintu keluar aula.

"Kau kenapa?" tanya Adit yang heran melihat Raka yang terus memandangi Tiara.

"Tidak apa-apa"

"Dia menarikkan? tapi serius, jangan mengharapkannya, kau hanya akan patah hati" kata Adit mencoba memperingatkan Raka karena ia tahu seperti apa sepupunya yang sering kali dengan laki-laki hanya main.

"Karena dia punya banyak skandal?"

"Salah satunya tapi alasan lainnya dia tak pernah memberikan hatinya pada pria manapun, pria hanya permainan baginya tidak lebih"

"Tapi aku tidak berencana memiliki hubungan lebih dari sekedar ikatan kerja"

"Puluhan model bicara seperti itu saat pertama kali mengenalnya setelahnya siapa yang tahu"

avataravatar
Next chapter