1 ?BAB, 1?

Setelah Raja Matahari meredupkan sinarnya, Raja Bulan mulai muncul menampakkan wajah indahnya, ribuan bintang bersatu memberikan sinarnya pada Raja Bulan, mereka ingin agar kegelapan di dunia menjadi terang.

Begitulah kehidupan di berbagai kerajaan langit. Mereka bersatu padu menjalankan tugasnya agar kehidupan di dunia menjadi lebih aman.

Tapi diantara semua itu, ada satu kerajaan yang munculnya hanya sesekali dalam setahun, yaitu, kerajaan pelangi. Tapi meski begitu, mereka hidup sangat sejahtera. Ada tujuh putri yang terlahir di dalamnya. Yaitu, Putri Merah, Putri Kuning, Putri Hijau, Putri Ungu, Putri Putih, Putri Biru, dan yang terakhir adalah Putri Jingga.

Mereka semua sudah menikah dan hanya menyisakan Putri Jingga. Putri Jingga belum menikah karna dia sangat takut pada lelaki, entahlah, diantara semua kakak-kakaknya, dialah yang paling pemalu.

Drap

Β  Drap

Β Β  Β  Drap

"Jingga! Tunggu! Dengarkan ucapan, Ibu!" Teriak seorang wanita yang sejatinya adalah Ratu Warna, Ibu Jingga.

"Tidak, Ibu. Jingga tidak mau. Ibu pasti akan memaksa Jingga buat menikah dengan pangeran Gerhana, bukan?" Bantah Jingga, mengabaikan ucapan Ibunya.

"Bukan begitu, Nak. Kau sudah dewasa, semua kakak-kakakmu sudah berumah tangga, sampai kapan Kau akan terus menghindar dari hal yang namanya pernikahan," nasehat Ratu Warna sambil terus mengejar putrinya.

"Mereka semua sudah tua, Ibu. Tentu saja sudah menikah," elak Jingga, membuat kakak-kakaknya kesal dan tidak terima.

"Aish, dasar! Kami masih muda, bodoh! Enak aja dibilang tua," kesal Putri merah sambil terus menatapnya.

Semua kakak-kakak Jingga heran melihat kelakuan adik paling kecilnya. Betapa sangat tidak dewasanya Jingga dihadapan mereka.

"Jingga, berhenti! Kau menikah dengan pangeran Gerhana atau Ibu akan mengusirmu dari Istana!" Tajam Ratu warna tidak tahan melihat sifat kekanakan Putri paling kecilnya.

"Tapi, Bu. Jingga takut jika harus menikah dengan Pangeran Gerhana. Pria itu selain gelap juga sangat menakutkan, tatapan matanya sangat tajam, bahkan bisa di bilang jarang berkedip. Sikapnya seolah-olah siap melahap siapapun yang berani mengusik hidupnya." Gerutu Jingga, mulai kelelahan menghindari kejaran Ibunya.

"Kau belum melihat orangnya kenapa sudah berani mengambil kesimpulan, Jingga. Pangeran Gerhana tidak seperti itu, meski tubuhnya hitam, dia sangat tampan. Andai saja Kau tahu, ribuan Putri berebut ingin jadi permaisurinya, untung saja Raja Matahari menginginkan Kau menjadi menantunya, jadi semua Tuan Putri sungkan buat mendekati Pangeran Gerhana. Kau dengar, Ibu?"

"Tidak."

"Apa?!" Bentak Ratu Warna tidak terima.

"Eh! Maksudku ..., Aku dengar, Ibu."

"Hem ..., Bagus, semua putra Raja Matahari memang sangat baik. Beliau mengajarkan Putra mereka dengan berbagai hal kebaikan. Termasuk menjaga istri." Ucap Ratu Warna sambil memberi isyarat pada semua pelayan di istananya buat menangkap Putri Jingga.

Karna terus berlari, Putri Jingga kelelahan, para pelayan sukses menangkapnya dan membawa Jingga kehadapan Ratu Warna.

"Eh! Apa-apaan ini?! Lepaskan!" Seru Jingga, kesal melihat senyum puas Ibunya.

"Bawa Putri Jingga kekamar dan kunci. Dia harus dikurung. Sebentar lagi keluarga Pangeran Gerhana akan tiba buat menikahkan mereka." Ucap Ratu Warna dan langsung disetujui oleh para pelayannya.

"Ibuuu ...! Jingga tidak mau. Astaga! Ayah ...!" Teriak Jingga dan langsung dimasukkan kedalam kamarnya. Raja Awan hanya geleng-geleng kepala melihat sikap anak dan istrinya.

πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜

Lima kereta kencana yang terbuat dari emas, berhenti di depan Kerajaan Pelangi. Mereka adalah Anggota keluarga dari pangeran Gerhana.

Raja Awan yang sejatinya adalah Ayah kandung Jingga, tersenyum menyambutnya.

"Selamat datang di kerajaan kecilku, Raja Matahari," ucap Raja Awan, ramah.

"Terima kasih yang mulia Raja, meski kerajaan sederhana, istana Anda ini penuh dengan warna, putri-putri Anda memperindahnya." Puji Raja Matahari, ramah tamah pula.

"Terima kasih, Yang Mulia, Anda terlalu berlebihan, silahkan masuk," pinta Raja Awan sambil menatap seorang pria tinggi besar, kulitnya hitam, tapi wajahnya sangat tampan dan menawan, bahkan jauh lebih tampan di bandingkan dengan semua Pria di istananya, termasuk para suami putri-putrinya.

"Oh, ya! Ini adalah pangeran Gerhana, Putraku yang kedua, meski pendiam, hatinya sangat baik, dia hanya akan jahat pada kesalahan. Dia sangat adil dan bisa menggelapkan dunia jika sedang marah." Ucap Raja Matahari membuat Pangeran Gerhana tersenyum ramah ke arahnya.

"Kau sangat tampan, Nak."

"Terima kasih, Yang Mulia. Salam hormatku buat Anda, Anda adalah Raja yang penuh dengan keindahan." Tunduk pangeran Gerhana membuat kakak-kakak Jingga terpesona oleh sikapnya. Terutama Putri merah, dia iri pada adiknya, bagaimana bisa suaminya paling jelek diantara semua suami kakak-kakaknya, sementara calon suami adik paling kecilnya sangat tampan.

Dengan niat yang buruk, Putri merah menghampiri kamar Putri Jingga dan membuka kunci kamarnya. Putri Jingga terkejut melihatnya.

"Kakak?! Kenapa wajah Kakak pucat?" Tanya Jingga, heran melihat sikap kakaknya.

"Pangeran Gerhana, Jingga!" Seru Putri Merah, pura-pura tegang di hadapan adiknya. Jingga jadi semakin gemetar melihat sikap kakaknya.

"Pangeran Gerhana? Ada apa, Kak?" Gelisahnya, ketakutan.

"Wajahnya sangat buruk, Jingga. Matanya merah menyala, kulitnya hitam pekat dan giginya bertaring. Rupanya ...," Jelas Putri merah, ragu-ragu.

"Rupanya apa, Kak?! Katankanlah!" Seru Jingga tidak sabar menunggu penjelasan kakaknya.

"Rupanya ..., Ayah dan Ibu diancam oleh Raja Matahari, Jingga. Dia ingin Kau-lah yang jadi istri anaknya. Kalau menolak! Cahaya di kerajaan Kita akan dipadamkan. Karna selain Kau cantik, Putri dari kerajaan manapun sudah menolak cinta pangeran Gerhana." Bohong Putri Merah membuat Jingga pucat dan lemas seketika.

"Lalu ..., apa yang harus Jingga lakukan, Kak?"

"Kabur-lah,Β  Adikku sayang. Aku akan membantumu." Jawab Putri Merah dan langsung menarik tangan Jingga keluar dari Istana.

πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜

Semua tamu tidak sabar menunggu kedatangan Jingga. Raja awan menatap istrinya dan Ratu Warna menyuruh salah satu kakak Jingga memanggil adiknya.

"Ayah ...! Ibu ...! Jingga kabur dari istana!" Seru Putri Merah membuat keluarga Pangeran Gerhana terkejut melihat sikapnya.

Ratu Warna murka melihat kenakalan Jingga, sementara Raja Awan mengepalkan kedua tangannya tidak terima. Bagaimana bisa Jingga membuatnya malu di hadapan Raja yang selama ini menerangi bumi, Raja Matahari, Raja Awan tidak akan memaafkan Anaknya.

"Maaf, Yang mulia, sepertinya perjodohan ini ...," gugup Raja Awan, tidak sanggup menanggung malu gara-gara sikap Jingga.

"Lupakan, Raja Awan. Kita sekeluarga mohon pamit." Sela Raja Matahari dan mengajak semua keluarganya kembali ke istana.

Ratu Warna gelisah memikirkan Jingga, Raja Awan bisa melakukan apa saja jika Putrinya mengusik kehormatannya. Dengan tangan gemetar, Ratu Warna menghentikan Pangeran Gerhana. Dia menatap Pangeran Gerhana penuh arti.

"Suamiku sangat marah pada Jingga. Lakukan sesuatu. Kalau tidak, anak itu bisa di buang dari istana dan tidak akan dianggap keluarga. Pelangi yang bersinar sangat indah, bisa memudar gara-gara kehilangan dirinya." Lirih Ratu Warna, memucat wajahnya.

"Tunggu semua!" Seru Pangeran Gerhana membuat semua keluarganya berhenti. Semua keluarga Jingga juga menatapnya.

"Putri Jingga sudah membuat malu semua keluarganya! Sebagai calon suaminya! Aku menghukumnya! Kakinya yang indah akan lumpuh dan tidak bisa berjalan!" Seru Pangeran Gerhana membuat Ratu Warna tersenyum lega.

"Itu terlalu ringan, Pangeran. Dia akan di buang ke alam kegelapan!" Desis Raja Awan, menggeretakkan giginya.

"Tidak, Yang Mulia! Aku adalah calon Suaminya. Aku akan menebus semua kesalahannya. Sampai kapanpun, Jingga hanyalah milik Pangeran Gerhana. Dia akan di asingkan keΒ  Bumi dan hidup layaknya manusia." Bantah Pangeran Gerhana, sambil menundukkan kepalanya.

"Aku rasa ..., Dia benar Yang Mulia. Biarkan Jingga di hukum oleh Pangeran Gerhana. Bagaimanapun juga, Pelangi tidak akan indah tanpa sinarnya." Bela Raja Matahari membuat Raja Awan pasrah dan menyetujui ucapannya.

"Baiklah. Maafkan Kami, Yang Mulia Raja. Putra Anda berhak atas Jingga." Ucap Raja Awan membuat Ratu Awan bahagia. Dengan begitu Jingga bisa kembali kapan saja.

πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜

Angin bergemuruh sangat kencang, Alam yang tadinya terang karna cahaya Bulan, tiba-tiba menggelap dengan sendirinya. Kaki Jingga melemas, dia terjatuh, entah kenapa tiba-tiba kakinya mati rasa dan tidak bisa di gerakkan. Mahkota di kepalanya terlepas dan terbang entah kemana, ketakutan mulai melanda seluruh hidupnya.

"Kau telah membuat kesalahan, calon istriku! Kalau Kau tidak mau menikah denganku, setidaknya jangan membuat malu keluargamu!" Seru seseorang dengan suara berat yang khas. Bayangan tubuhnya tinggi besar, tapi sayang, kegelapan menyelimuti dirinya. Jingga tidak bisa melihat wajahnya.

"Kaki-ku ..., Mahkotaku ..., maafkan Aku ..., kembalikan Aku pada keluargaku. Aku tidak bermaksud membuat malu ayahku!" Sesal Jingga sambil memengangi kakinya.

"Terlambat, Tuan Putri. Pergilah ke Bumi. Perbaiki sikapmu dan jangan sekali-kali membuat malu keluargamu. Aku akan menjagamu ...," Ucap Pria itu dan tak lama kemudian, alam berguncang, Jingga melayang dan memasuki sebuah lorong hitam yang sangat panjang dan entah sampai kapan tiba di tempat tujuan. Dia putus asa. Yang ada hanyalah rasa penyesalan.

πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜

Brak!!

Β Β 

Β Β  Brak!!

Brak!!

"Jingga!! Bangun!! Sudah jam berapa ini!! Dasar lumpuh!! Cepat buka pintu atau Aku akan mendobrak kamarmu!!" Ancam seorang wanita membuat Jingga kebingungan.

Dia bangun dengan kesusahan sambil berpegangan pada sisi ranjang. Pintunya tidak di kunci. Mungkin saat wanita itu menggedornya penghalang di pintunya terlepas.

"Masuklah," ucap Jingga dan wanita itu langsung membuka pintunya.

"Dasar cacat!! Katakan! Mau berapa lama lagi Kau menunda bayar kontrakan?! Hah!" Bentak wanita itu sambil melotot tajam ke arahnya.

"Anda, siapa?" Tanya Jingga, tidak ingat apa-apa.

"Anda siapa?! Haduh!! Otakmu ini sudah geser ya?! Aku pemilik rumah kontrakan ini. Cepat bayar uang sewamu atau pergi tinggalkan rumah kecilku! Paham?!" Ingatnya dan lama kemudian keluar sambil membanting pintu kamar.

Brakk!!

πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ’πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜πŸŒ˜

Bersambung ....

avataravatar