12 GERALD:EUWY|| Hurt

Hati Gina benar-benar hancur, ia telah mengetahui semua alasan mengapa ayahnya selalu memperlakukan mama Rita dengan kasar.

Gadis itu pergi dari rumah setelah Rita membenarkan hal itu.

Kini gadis itu berdiri di pembatas jembatan. Matanya lembab, dan wajahnya kusut. Hanya satu yang ia pikirkan saat ini, 'bagaimana aku bisa pergi sejauh tanpa memikirkan mereka?'

Sekuat apapun Gina untuk selalu terlihat bahagia, ia tidak pernah akan merasakan hal itu, memakai berbagai topeng membuatnya lelah. Ia ingin bebas, bebas dan bahagia bersama keluarganya dan orang yang ia sayangi.

Tangan gadis itu membentuk sebuah kepalan, ia tidak bisa lama-lama seperti ini. Ia sakit, bukan hanya sakit fisik melainkan mentalnya juga. Gina selalu menjambak rambutnya ketika tidak dapat mengendalikannya. Dan bahkan menghancurkan semua barang yang ada didekatnya.

Gina menunduk melihat air sungai yang deras, pikirannya sudah tidak waras, ia menengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya.

Ia naik di pembatas jalan, angin sore menerpa wajah dan rambutnya. Gina ingin kebebasan, ia ingin bahagia dan lepas.

"Segitu aja perjuangan Lo?" Suara seseorang menginterupsi dari belakang.

Gina yang hendak lompat dari jembatan langsung menegang, ia kenal suara itu. Suara yang sangat ingin ia dengar saat berbicara. Orang yang ia perjuangkan untuk mendapatkan cintanya.

"Lo kalo mau mati jangan disini, noh di monas," sindirnya.

Suara langkah mendekat, orang tersebut langsung meraih pinggang Gina dan menurunkannya dari pembatas jembatan.

Gina berbalik badan menatap manik mata hanzel milik seorang cowok jangkung yang ada dihadapannya.

"Gerald?" lirih gadis itu.

Gerald, ya cowok itu adalah Gerald. Ia awalnya tidak sengaja melewati jalan ini untuk ke basecamp. Tapi ia kaget ketika melihat seorang gadis yang sudah berdiri di atas pembatas jembatan, dengan cepat ia menghentikan motornya dan menghampiri gadis nekad itu.

Cowok itu menjauhkan tubuhnya dari Gina, ia menatap Gina lekat.

"Lo tahu kesalahan Lo apa?" tanya cowok itu.

Gina mengangguk takut, ia bahkan tidak berani lagi menatap mata Gerald.

"Kalo orang lagi ngomong liat matanya!" bentak Gerald.

Gadis mungil yang dihadapannya itu tidak juga mau mendongak, ia benar-benar dibuat geram oleh Gina.

"Gina!" panggilnya.

Dengan pelan gadis itu mendongak, ia menatap mata Gerald takut-takut.

"Lo tahu kesalahan Lo apa?!" tanya Gerald ulang

Gina mengangguk pelan.

"Apa?!"

"Mau bunuh diri," jawabnya lalu menunduk lagi

Gerald menghela nafas kasar, ia masih tidak percaya akan pengakuan Gina. Gadis itu sudah benar-benar tidak waras, dan juga nekat.

"Hiks hiks hiks," suara tangis terdengar dari bibir mungil Gina. "Maaf hiks," ujarnya.

Gerald mendekat lalu mendekap tubuh mungil nan rapuh ini. Tanpa Gina cerita masalahnya pun Gerald tau, gadis itu hanya punya masalah di keluarganya, dan Gerald sangat yakin.

"Jika perjuangan Lo untuk keluarga Lo sia-sia setidaknya Lo berjuang untuk bahagia dengan cara lain. Dengan cara Lo kayak gini bukannya masalah akan selesai, tapi semakin rumit. Bisa aja bokap Lo malah makin menyalahkan nyokap Lo atau bahkan lebih parah," kata Gerald semakin mengeratkan dekapannya, meskipun gadis ini sering membuatnya kesal, setidaknya ia hanya membantu sedikit untuk menyadarkan Gina bahwa apa yang ia lakukan itu salah.

Gina menangis sejadi-jadinya, ia merasa bersalah pada dirinya dan semua orang yang ia sayang. Kenapa ia tidak berfikir panjang untuk mengakhiri hidupnya. Ia benar-benar bodoh!

"Usaha tidak akan berhasil dalam semalam, Lo harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan apa yang Lo mau, jika semua orang menolak keberadaan Lo,  setidaknya Lo berjuang untuk diri Lo sendiri," ucap Gerald lagi.

"Love yourself, because loving yourself is more difficult than loving others."

Sore itu, sore yang mendung, dijalan sepi dan sunyi. Dua orang insan sedang berpelukan dan saling memberikan luka dan kekuatan.

Cinta, siapa yang tahu itu? Bahkan orang yang sudah terjalin hubungan belum tentu mengerti arti cinta. Ada yang tak terungkap bukan berarti tak terucapkan, dan ada yang tertindak namun tidak dipedulikan.

Cinta tidak akan mengerti kamu tapi kamu yang akan mengerti cinta. Cinta bukan hanya untuk orang yang berpasangan, tapi cinta memiliki arti yang luas, tidak perlu dijelaskan sebab semua orang tahu jawabannya.

***

"Makasih," Gina menyodorkan helm pada Gerald.

Cowok jangkung yang duduk dimotor itu hanya berdehem. Sejak kejadian tadi, dimana ia banyak mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat Gina sadar, Gerald menjadi dingin lagi.

"Gue kira Lo gak punya hati karena sifat Lo yang dingin, tapi gue baru sadar kalo Lo punya kepedulian yang sangat tinggi. Emang Lo gak nunjukin kepedulian itu, tapi orang yang peka bakal bisa ngerasain nya." ujar Gina tersenyum tulus.

"Udah?"acuh Gerald.

Gina berdecak kesal, baru tadi cowok itu bersikap baik dan tentunya banyak omong. Sekarang kembali ke Gerald yang jutek, cuek dan seperti bebek.

"Iya udah, sana Lo balik!" usir Gina kesal.

"Lo ngusir gue?" tanya Gerald.

"Iya gue ngusir Lo!" cetus gadis mungil itu.

Cowok itu ber decih, "gak berterimakasih!" cibirnya.

"Kok Lo makin lama makin nyebelin sih?! Tadi kan gue udah berterimakasih kasih! Lo nya aja jawabnya cuma 'hm, hm, hm.' gitu!" Gadis itu menye-menye menirukan gaya bicara Gerald.

Gerald tersenyum, Gina yang melihat senyum cowok itu langsung diam, ia terpesona untuk beberapa saat.

"Lo senyum?" tanya Gina tak percaya.

Menyadari apa yang di Gina tanya, ia langsung mengubah ekspresinya lagi. "Enggak!"

"Dih! Pake ngeles lagi kek bajaj!" sindir Gina.

"Gue balik!" kata Gerald langsung memakai kembali helmnya dan menghidupkan motornya lalu melesat pergi.

Gina melihat punggung Gerald yang menjauh, ia tersenyum tipis. Ia sangat berterimakasih pada Gerald yang mampu menyadarkan betapa berharganya diri sendiri. Gerald juga mengingatkannya untuk bisa mencintai diri sendiri.

Gadis itu menghela nafas, sejauh apapun dia pergi. Masalahnya tidak akan pernah selesai jika tidak diselesaikan. Ia akan berbicara pelan-pelan kepada ayahnya dan mama Rita. Ya meskipun sekarang Gina tahu jika Rita bukan ibu kandungnya, tapi tetap saja wanita itu telah mengurusnya dari kecil.

Awalnya memang Gina tidak terima, tapi karena Gerald, ia sudah bisa menerima semuanya, walaupun dengan pelan-pelan. Ia akan memperbaiki semuanya dan mengubahnya menjadi lebih indah.

Seburuk apapun dan se gelap apapun jalannya nanti, Gina yakin akan ada cahaya terang yang menerangi jalannya untuk sampai ke tujuannya.

'Usaha tidak akan berhasil dalam semalam, Lo harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan apa yang Lo mau, jika semua orang menolak keberadaan Lo,  setidaknya Lo berjuang untuk diri Lo sendiri.'

Gina tersenyum mengingat perkataan Gerald padanya. Jika semuanya akan sia-sia nantinya, Gina akan tetap berjuang walaupun untuk dirinya sendiri.

And for the ending, everything will change according to destiny.

avataravatar
Next chapter