1 Asal Mula

Disini banyak kos-kosan yang disewakan. Bahkan hampir semua bangunan yang ada disini adalah kos-kosan atau rumah kontrak, tapi ada juga sih yang memang rumah tinggal pribadi. Sama seperti rumah dengan dua lantai ini. Lantai bawah memang merupakan rumah tinggal pribadi, tapi di lantai dua adalah rumah kos yang disewakan.

Ada enam kamar yang bisa disewa. Dan semua orang bebas untuk menyewakan. Entah itu mahasiswa, anak sekolah, pekerja. Juga entah itu laki-laki maupun perempuan. Memang kos campuran itu beresiko, tetapi sang pemilik tetap menyewakan kamar kosnya dengan kriteria tersebut. Dengan catatan, mereka harus menandatangani pernjanjian sewa yang mencakup banyak hal. Dan harga yang ditawarkan pun cukup murah bila dibandingkan dengan kamar kos yang ada disekitarnya.

Dari enam kamar yang disewakan, sudah ada lima yang terisi. Pagi itu sang pemilik kos sudah memberitahukan kepada penghuni lainnya bahwa nanti akan datang penghuni kos yang ke enam.

Hari Minggu yang panas ini, kelima penghuni kos sedang menikmati siang dengan khidmad. Selain berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, mereka juga tengah menantikan penghuni kamar nomor enam yang akan datang.

Setelah jam makan siang, mereka berlima mendengar langkah kaki yang menaiki tangga ke atas. Ada dua langkah kaki. Bisa ditebak kalau itu adalah penghuni baru, mungkin dengan sang pemilik kos atau yang biasa dipanggil Papap. Benar saja, dua kepala muncul dari tangga. Kepala Papap yang khas karena botak segera mereka kenali. Dibelakangnya, tampak gadis muda yang mengikuti Papap sambil menenteng koper.

Langsung saja kelimanya bangun dan menyambut penghuni baru. Terakhir kali ada penghuni baru adalah dua bulan lalu. Memang sempat ada yang datang, tetapi mereka cepat pergi meninggalkan kos karena gossip mengerikan yang tersebar. Tentu saja oknum penyebar berita hoax itu adalah penghuni lain yang tidak nyaman dengan penghuni baru.

"Ini temen kos kalian yang baru. Papap harap kalian akur dan betah ya." Papap memperkenalkan gadis itu.

"Aku Lisa." Hanya itu yang dia ucapkan.

"Gue Desi." Salah satu penghuni mengulurkan tangan. "Ini Rani." Kata Desi menunjuk ke arah Rani disampingnya.

"Mike."

"Daswan."

"Phil."

"Lisa, kamar kamu ada di ujung sana, berhadapan sama kamar Mike." Tangan Papap menunjukkan kamar yang ada diujung bangunan. "Oke, kalo gitu Papap tinggal. Dan semoga kalian makin akrab."

Perlahan Papap menuruni tangga dan menghilang. Meninggalkan keenam anak sewanya yang saling berdiam karena canggung.

"Ayo gue anter ke kamar lo." Desi segera memecah keheningan. Lisa hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Diujung lorong itu terdapat dua kamar yang saling berhadapan. Begitu pintu dibuka, bau lembab kamar segera menyeruak. Bisa dipahami karena kamar itu sudah lama tidak ditinggali. Bahkan mungkin pintunya jarang dibuka.

"Semoga betah di kamar ini. Kalo ada apa-apa, kita di depan." Ucap Desi sebelum meninggalkan kamar Lisa.

"Terima kasih."

"Panggil gue Desi, pake mbak juga nggak papa sih, soalnya gue jelas lebih tua dari lo."

Lisa menganggukkan kepalanya, "Makasih Mbak Desi." Untuk pertama kalinya Lisa tersenyum.

Setelah Desi pergi meninggalkan Lisa sendirian di kamar, Lisa segera membersihkan kamar barunya itu. Begitu gordyn kamar dibuka, sedikit cahaya masuk dan membuat kamar itu sedikit terang. Terlihat beberapa buku yang berserakan di lantai yang mungkin adalah buku dari penyewa kamar sebelumnya.

Dari dalam kamarnya, Lisa bisa mendengar suara para penghuni lama yang sedang mengobrol. Kedengarannya mereka sudah akrab satu sama lain dan sudah lama kenal. Disela mereka mengobrol, sesekali terdengar canda tawa yang membuat iri Lisa. Betapa menyenangkannya bisa ikut mengobrol dan bercanda tawa bersama.

Butuh waktu hampir tiga jam untuk membersihkan kamar. Setelah beberapa bagian layak untuk di tempati, Lisa langsung merebahkan tubuhnya. Hampir saja dia melupakan satu hal yang sedari tadi ingin dia lakukan, memberi kabar kepada ibunya yang ada di Surabaya sana bawah dia sudah sampai di kos dengan selamat.

'Ibu, Lisa udah sampe di kos. Doain Lisa betah disini ya sampe lulus SMA.'

Dan suara tawa itu terdengar lagi, membuat Lisa tidak bisa memejamkan matanya lagi. Bukan karena merasa terganggu, melaikan karena merasa kesepian. Orang-orang disekitarnya merasa bahagia dan menikmati hidupnya meski jauh dari keluarganya, tetapi berbeda dengan dirinya. Dia selalu sendiri dan dijauhi oleh orang-orang karena statusnya.

Tok tok tok.

Suara ketukan pada pintu kamarnya membangunkan Lisa. Tak terasa dia sudah tertidur, dan begitu dia membuka matanya, keadaan di luar sudah gelap. Ternyata sudah pukul tujuh malam.

"Iya, ada apa mbak Desi?" tanya Lisa begitu dia melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Lo nggak laper? Kita udah masak, ayo makan bareng."

Lisa diam sejenak, tampak ragu untuk menerima ajakan Desi.

"Tenang aja, kita spesial masak sebagai ucapan selamat datang." Lalu Desi menarik tangan Lisa, membimbingnya ke kumpulan orang-orang dengan wajah kelaparan.

Ada empat orang yang sudah duduk mengelilingi meja. Semakin Lisa mendekat, semakin jelas dia melihat wajah-wajah yang sudah kelaparan dan siap untuk menyantap hidangan yang ada di depan mereka. Tampaknya menu yang mereka masak merupakan menu yang mewah.

"Ayo sini, kita udah laper." Phil tidak sabar begitu melihat Lisa dan Desi mendekat.

Daswan dan Mike lalu secara bersamaan menarik kursi disamping mereka, mempersilahkan Desi dan Lisa untuk duduk. Keenam orang itu duduk mengelilingi makan malam yang terlihat lezat.

"Oke, kita berdoa dulu sebelum makan. Berdoa sesuai keyakinan masing-masing."

Mereka mulai berdoa denga khusyuk. Hanya Lisa yang merasa asing dan tidak paham dengan tradisi yang sedang dipertontonkan oleh para penghuni lama. Meski begitu, Lisa ikut berdoa dalam hati dan menanti mereka selesai berdoa dalam diam.

Dilihat dari letak duduk, bisa ditarik kesimpulan bahwa orang yang bernama Phil ini adalah ketua kos. Dia yang punya kedudukan paling tinggi disini. Begitulah pemikiran Lisa sekilas mengamati.

"Makan dulu, abis itu kita ngobrol."

Meski sedikit canggung, Lisa berusaha untuk bisa membaur dengan keluarga barunya itu. Bila dia merasa betah tinggal di kos ini, minimal dia akan menghabiskan waktu selama tiga tahun bersama dengan kelima orang asing ini mulai hari ini.

Sebelum kedatangan penghuni baru, kelima penghuni lama ini berkumpul. Mereka mendiskusikan berbagai hal yang akan mereka hadapi tentang penghuni baru.

"Semoga aja orangnya nggakkek yang kemarin, jorok banget." Keluh Rani.

"Iya, amit-amit deh kalo kek gitu." Tambah Desi.

"Gue denger perempuan yang bakal ngisi kamar ujung." Itu suara Mike. Dia sedang mencoba membidik gambar yang ada di depannya.

Tercium aroma daging yang dipanggang, mengalihkan perhatian mereka semua dari pembicaraan. Daswan selalu tahu cara untuk mengalihkan pembicaraan. Keahlian memasaknya merupakan jurus ampuh itu.

"Semoga penghuni baru itu nggak rewel." Phil mengakhiri pembicaraan.

Segera mereka mendekati Daswan untuk melihat progress memasak. Terlihat wajah-wajah yang penuh dengan rasa lapar tingkat tinggi. Maklum saja, mereka adalah anak kos yang jauh dari keluarga dan jauhpula dari keahlian memasak. Untunglah ada penyelamat mereka yang bisa memasak, Chef Daswan.

avataravatar
Next chapter