webnovel

#03 First time we meet

1 tahun Corona telah berlalu, kini aku dan keluarga ku akan berlibur ke Bali, mumpung 2 minggu ini adalah libur semester pertama. Aku dan adikku mempersiapkan semua baju dan perlengkapan lainnya. Finally, setelah 1 tahun lamanya kami bisa pergi kesana, biasanya setiap tahun kami selalu sempat pulang kampung, tapi karena virus Corona inilah yang menyebabkan kami harus menunda nya.

Keesokan paginya, kami sudah bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap berangkat. Kakek dan Nenekku pasti sudah tidak sabar menunggu kedatangan kami semua, terlebih lagi mereka pasti sangat merindukan adik kecilku. Menurut keluarga ku, adik kecilku adalah anak emas. Ya, aku pun menyadari nya, baru sehari saja aku menginap dirumah nenekku yang tak tinggal jauh dari rumahku, aku merasa sangat merindukan nya, bahkan saat dirumah pun, saat aku tidur malam, aku merasa sangat merindukan nya ntah kenapa.

Jam 5 pagi, kami sudah siap untuk berangkat. Sepanjang jalan, adik kecilku hanya tertidur, sesekali ia bangun untuk melihat pemandangan yang kami lewati. Hawa-hawa dipagi hari memang sangat menyejukkan, tapi jujur saja itu membuatku tidak senang. Ketika sudah mulai pagi, hawa dingin itu membuatku kesal, setiap kali aku merasakan dingin dipagi hari, alergiku langsung kumat seketika. Aku bersin tak henti-henti, sampai ku menutupi diriku dengan selimut tebal pun tetap tidak bisa, aku selalu bolak-balik kamar mandi, tapi tetap saja pilek nya tidak mau hilang.

Diriku ini memang sensitif, apalagi saat memasak, dulu aku paling rajin memasak dirumah, aku paling jago dalam hal memasak, tapi sekarang aku sudah tidak pernah memasak lagi, kulit di jari-jari ku mengelupas dan terasa kaku setiap selesai mengupas bawang. Rasanya sangat perih sekali, bagiku aku kira dalam beberapa hari lukaku itu akan membaik, tapi setelah membaik dan aku mulai memasak lagi, lukanya malah semakin parah hingga ketika aku menyentuh jariku sama sekali tidak terasa. Ibu ku pun menyuruh ku untuk tidak memasak sampai lukaku benar-benar sembuh total.

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, kami pun tiba di pelabuhan. Sudah lama sekali aku tak melihatnya, meskipun tidak ada yang berubah dari dulu. Kami pun membeli tiketnya, kemudian pergi menuju kapal. Tidak seperti di Bali, disini antriannya lebih sedikit, jika di Bali kami biasanya harus menunggu 2-3 jam lebih agar bisa naik kapal.

Setelah di buka, kami semua pun masuk ke kapal. Aku dan keluarga ku memilih tempat didekat jendela agar lebih mudah melihat pemandangan laut. Kira-kira butuh 1 jam sebelum kapalnya berangkat, untuk keluar pulau pun butuh waktu sekitar 20-30 menit, dan itu pun kami harus siap dengan gelombang yang besar, terlebih lagi saat bulan purnama.

Sesekali aku melihat keluar untuk menikmati indahnya pemandangan lautan. Anginnya begitu kencang, sampai-sampai membuat rambut ku berantakan, aku memandangi terus lautan itu, mana lah tahu mungkin aku bisa melihat lumba-lumba yang sedang berenang kesana kemari.

Aku melihat sekeliling, banyak sekali warga asing yang juga tak sabar ingin kembali menikmati indahnya pulau Dewata. Di sebelah kananku sejarak 1 meter, ada seorang gadis yang seumuran dengan ku duduk merenung disebuah bangku. Dari ekspesi wajahnya, aku bisa menebak bahwa dia sedang ada masalah. Gadis itu adalah salah satu murid yang ikut tour ke Bali. Aku menatap nya heran, dia duduk sendirian disana, sedangkan teman-teman nya yang lain sedang asyik berfoto dan menikmati pemandangan. Dari rupa wajahnya, aku berpikir kalau dia adalah warga dari Jepang. Aku pun memberanikan diri untuk mendekati nya.

"S-sumimasen.. " Ucapku malu-malu

"Eh?" Gadis itu sadar dari lamunan nya dan menatap kearah ku

"Anu..., Nihon karadesu ka?" Tanya ku

"H-haik! Ya... tapi aku bisa berbahasa Indonesia juga kok" Jawab nya

"Oo begitu ya"

"Anjir kok malu ya" Batinku

"Um.., boleh aku duduk disebelah mu?" Pinta ku

"Oh, tentu, silahkan duduk"

Aku pun duduk disebelah gadis Jepang itu. Menurut ku dia gadis yang cantik, rambutnya berwarna hitam tipis dan panjang sebahu, selain itu dia juga memiliki poni, bibirnya merah, dan kulitnya sangat putih.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Tanya ku

"Namaku Hikari Mizuko, teman-teman ku biasa memanggilku Hikari. Kau sendiri?"

"Aku Hanasita Aikko, biasa dipanggil Ai"

"Owh, yoroshiku nee!"

"Iya... Ngomong-ngomong kenapa kau disini sendirian? Kenapa tidak bergabung dengan teman-teman mu?" Tanya ku

Seketika raut wajah nya berubah menjadi sedih.

"E-eh, gomen!"

"Tak apa, aku memang selalu sendiri" Ucapnya

Ia memandang ke atas sambil melihat awan-awan dan langit biru yang cerah.

"Terkadang aku berpikir, kenapa aku harus hidup didunia ini? Selama ini aku selalu hidup dalam kegelapan"

"Hey, jangan berbicara seperti itu, itu tidak baik" Ucapku

"Tapi begitu lah kenyataannya, hidupku serasa tidak sesempurna orang-orang. Aku adalah anak satu-satunya dikeluarga ku, orang tuaku sudah meninggal sejak aku berumur 5 tahun, semenjak itu aku pun tinggal dengan nenekku. Tapi, baru beberapa hari sebelum aku ikut tour, beliau sudah meninggal, jadi aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."

Aku pun menjadi sedih mendengar cerita nya, aku mengerti bagaimana rasanya hidup sendirian, itu pasti tidak menyenangkan. Tidak memiliki siapapun yang bisa memberikan kasih sayang.

"Aku berusaha tegar untuk menjalani setiap cobaan dalam hidupku, tapi ntah kenapa rasanya sangat mustahil untuk dilakukan. Semenjak aku tidak memiliki siapapun, teman-teman ku selalu mengejekku, menghinaku, aku selalu dikucilkan. Aku berusaha untuk tidak memperdulikan nya, walaupun pada akhirnya aku pun menangis"

"Namaku Hikari" Ia melanjutkan cerita nya

"Hikari yang berarti cahaya, cahaya yang selalu menerangi segala kegelapan, tapi aku sendiri berada dalam kegelapan itu, tidak bisa memberikan cahaya untuk diriku sendiri, untuk kehidupan ku ataupun masa depanku nanti"

Hatiku merasa seperti ikut merasakan apa yang dia rasakan, aku mulai merasakan nyeri di dadaku, dalam hati aku berpikir, apakah seperti itu rasanya? Ataukah lebih sakit daripada yang aku rasakan? Aku memegang tangan Hikari erat-erat.

"Kau tidak sendiri, aku ada bersamamu"

"Eh, kau...? Kau mau berteman dengan ku???" Reaksinya seperti terkejut

"Tentu, mengapa tidak" Aku tersenyum kepada nya

Hikari pun mulai tersenyum lebar dan sedikit demi sedikit mengeluarkan air mata bahagia nya.

"Arigatou arigatou arigatou gozaimasu!!!" Ia memelukku erat sekali, aku pun membalas pelukannya sambil meneteskan air mata

Setelah melepaskan pelukan, aku mengusap air mata Hikari dengan lembut.

"Kau terlihat seperti Hikari yang bersinar ketika kau tersenyum" Ucapku

Senyumannya semakin melebar kepada ku.

Kami mengobrol tentang banyak hal, ketika aku bertanya apakah dia menyukai anime ternyata ia sangat menyukai nya, bahkan itu adalah kegemarannya sejak dulu. Ia tahu segalanya tentang anime, dari yang terkenal sampai yang jarang ditonton orang-orang.

"Nee, Hikari-chan" Panggilku

"Apakah kau tau anime Sword Art Online?" Tanyaku

"Oh, tentu saja aku tahu! Itu adalah anime yang paling aku benci seumur hidup ku, tidak kusangka anime seperti itu memiliki unsur harem di season ke-3 nya. Aku sempat saja mengira hubungan Kirito dan Asuna akan selalu baik-baik saja, tapi yahh..."

"Iya kau benar, para gadis-gadis itu tidak mau kalah demi memperebutkan Kirito, apalagi Sinon dan Alice. Huuhhh! Aku sangat kesal dengan mereka"

"Hm, aku setuju! Jika saja aku bertemu dengan mereka didalam mimpi ku, pasti sudah kubunuh mereka"

"Wahhh, bagus bagus! Aku juga ikut bersamamu. Ingin sekali ku memberi mereka pelajaran yang sangat menyakitkan"

"Ya benar, mereka tidak tahu bagaimana perasaan Asuna yang tersakiti seperti itu"

Kami mengobrol lama sekali, tak terasa sudah 1 jam lebih kami berbincang tentang anime kesukaan kami. Lalu tiba-tiba aku. merasa lapar, kami pun pergi ke kantin yang ada dikapal itu, rata-rata menyediakan pop-mie dan minum-minuman saja. Kami pun memutuskan untuk membeli 2 pop-mie dan 2 susu Ultra Milk. Aku memilih pop-mie geledek, sementara Hikari memilih yang rasa soto ayam. Setelah itu kami pun kembali ke tempat duduk tadi.

"Nee, Ai-chan. Aku dengar-dengar mie geledek itu pedas ya, bolehkah aku mencobanya?" Ucap Hikari

"Oh tentu saja!" Aku memberikan pop-mie ku kepada nya

Hikari pun memakannya, baru suapan pertama saja pedasnya sudah luar biasa.

"Hahhh.. pedassss!" Ia mengipas-ngipasi mulutnya yang serasa kebakar

Aku lalu memberikan nya susu ultra milk miliknya, setelah meminum itu pedasnya langsung hilang.

"Wah, Ai-chan, itu sangat pedas" Ucapnya ngos-ngosan

"Hihihi, tapi bagiku ini biasa saja"

"Huh, apa kau tidak takut kena usus buntu?"

"Hm, tentu saja iya, maka dari itu aku memakan ini sekali dalam sebulan. Yah... dulu sih memang pernah aku memakannya satu minggu berturut-turut hehe"

"Sungguh, itu sangat menyeramkan, Ai-chan"

Kami pun melanjutkan topik kami yang tadi terhenti karena lapar. Tak disangka kami ternyata sudah tiba di Bali, sebelum berpisah, aku dan Hikari saling bertukar nomor Whatsapp agar bisa tetap saling terhubung. Aku sebenarnya ingin sekali terus bersamanya, meskipun bukan sekarang.

Next chapter