1 Prolog

Lady Aletheia Eirene Styx, salah satu pelayan kehormatan di Kerajaan Cassiopeia yang melayani Queen Dyvette III. Ia bersama 7 maid lainnya telah bekerja dibawah perintah sang ratu selama hampir satu dekade. Sejak Aletheia berumur 11 tahun, ia telah ditunjuk oleh keluarga kerajaan untuk menjadi salah satu maid Queen Dyvette—karena keluarga Styx adalah salah satu keluarga yang terpandang.

Aletheia adalah putri tunggal Duke Styx dari Kerajaan Auriga yang merupakan sekutu Cassiopeia sejak sebelum masa kejayaannya. Dahulu, Duke Styx adalah salah satu bangsawan yang sangat berpengaruh di Auriga. Semua orang pasti mengenalnya, karena ia adalah orang yang berlimpah harta namun sangat dermawan dan rendah hati.

Di Cassiopeia, gadis cantik ini sering dilirik oleh para ksatria hingga pangeran. Namun gadis berambut pirang keemasan itu sama sekali tak tertarik dengan mereka, ia hanya ingin mengabdikan hidupnya untuk Sang Ratu dan kerajaannya tercinta.

Kesetiaan gadis ini sangat dikagumi oleh orang-orang yang pernah bertukar kisah dengannya—yang mengenal Aletheia. Queen Dyvette juga sangat mempercayai Aletheia. Ketika perempuan yang paling berpengaruh di Cassiopeia itu menghadiri acara-acara penting kerajaan, ia hanya akan membawa Aletheia bersamanya.

Namun, suatu ketika, saat gadis berkulit putih pucat itu ditugaskan oleh Sang Ratu untuk pergi ke Kastil Timur, ia tak sengaja menemukan sebuah ruang rahasia yang tak pernah tertangkap oleh kedua manik coklatnya sebelumnya. Ia pun menjadi sangat penasaran karena sebuah suara menariknya untuk terus melangkah kedepan. Ia mencoba menelusuri lorong panjang dan gelap itu hanya dengan sebuah lentera.

Setelah menyusuri lorong yang seolah-olah tak berujung itu, akhirnya ia melihat sebuah cahaya dari ujung lorong. Tubuhnya bergetar hebat setelah kedua netranya bertatapan langsung dengan mata merah keemasan yang ada ditengah kegelapan sunyi.

Aletheia bertanya-tanya, 'sejak kapan Cassiopeia memiliki serigala dengan ukuran sebesar itu?'

Seorang penjaga menemukan Aletheia yang duduk terpaku dengan wajah ketakutan lalu menyeretnya ke hadapan Sang Raja detik itu juga. Raja yang marah dengan kelancangan Aletheia pun tanpa pikir panjang menjatuhkan hukuman mati untuknya. Sang ratu tak bisa berbuat banyak untuk membantu maid kesayangannya, tapi ia tak ingin Aletheia di hukum mati begitu saja. Ia bahkan berdebat dengan sang suami tercinta dihadapan banyak petinggi kerajaan.

Setelah perdebatan panjang dengan sang istri, King Aether pun memberi sedikit mengubah keputusannya dan meminta Aletheia untuk pergi dari Cassiopeia besok malam—ia diasingkan. Ia juga meminta Aletheia bersumpah untuk tidak mengatakan apapun yang ia lihat di Kastil Timur.

Aletheia akhirnya dikurung selama seharian hingga malam berikutnya menyambangi Bumi Cassiopeia. Aletheia akan diasingkan ke perbatasan Crater, yaitu perbatasan Kerajaan Cassiopeia dan Kerajaan Auriga.

•••

Aletheia mulai memasuki jalan setapak di dalam hutan setelah istirahat singkatnya. Takdir baik sedang tak berpihak pada gadis itu, ia bertemu dengan para bandit yang berusaha mencuri barang-barang yang dibawanya. 

Kelima bandit itu tenyata juga terpesona dengan kecantikan Aletheia walau wajahnya pucat pasih. Mereka mulai melucuti kain yang menempel ditubuh Aletheia satu-persatu dengan paksa. Tak pernah terpikir olehnya jika kehidupannya yang tenang akan berubah menjadi neraka hanya dalam sekejap saja.

Tapi ia tidak tahu jika perjuangannya baru saja akan dimulai.

Ketika kain terakhir yang melekat ditubuhnya hampir menghilang, tiba-tiba hujan turun dan petir menghiasi langit gelap kemerahan dengan sempurna.

Seorang laki-laki muncul dengan jubah hitam legam dan mulai membunuh seluruh bandit yang mencoba mengambil kesucian Aletheia.

Laki-laki misterius itu mencabik-cabik mereka bagai hewan buas yang kelaparan. Jika Aletheia tidak salah lihat, ia bahkan mengoyak tubuh mereka hanya dengan menatap mata mereka.

Pandangannya menjadi sangat kabur dan tak tahu apa yang ada dipikirannya saat itu. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat para bandit itu mati dihadapannya. Bau darah bahkan memasuki indera penciuman Aletheia dengan begitu mudahnya.

Gadis itu tumbang ditengah hujan yang masih menyapa bumi. Aletheia pikir ia akan segera menemui kedua orangtuanya.

Laki-laki tinggi dengan sepatu hitam itu mendekati Aletheia dan memeluknya. Ia membisikan sesuatu di telinga Aletheia dengan suara beratnya yang memabukkan. Tepat sebelum gadis yang ada didekapannya hilang kesadarannya.

"My Wife."

avataravatar
Next chapter