1 Si Culun dan Si Muka Kotak

"Duuuuuhhh, si culun dan si muka kotak halang-halangin aja siiihhh!! Sana....sana....minggiiir!" teriak Mirna cukup keras sambil berdiri dari kursinya kepada Amira dan Sofie yang sedang berjalan bergandengn tangan menghalangi pandangan Mirna ke kekasihnya yang sedang melambaikan tangan kanannya ke Mirna setelah turun dari mobilnya. Sementara itu, sahabatnya Mirna yang bernama Amanda yang duduk di depannya hanya tertawa-tawa saja. Beberapa pasang mata pengunjung kantin kampus di sekitar Mirna dan Amanda segera mengarahkan pandangannya ke arah Mirna.

"Apa'an siihh??" tanya Sofie yang berpenampilan tomboi sambil berhenti di hadapan Mirna dan menoleh ke arahnya dengan muka sewot.

"Aduuuuuhhh, malah berhenti di situ lagi! Minggiiiiirr! Ayo, cepat minggiiirrr!!" teriak Mirna kepada Sofie dan Amira yang masih menghalangi pandangannya ke kekasihnya yang sedang berjalan mendekatinya.

"Kamu menghalangi pandanganku, begoo'!" kata Mirna sambil berjalan menghampiri Sofie dan Amira.

"Pandangan apa'an siihh??" tanya Amira kepada Mirna yang sudah berada di dekatnya.

"Yaaa ampuuuunnn, bego'nya nih anak!" kesal Mirna sambil menepuk jidatnya. Amanda masih terkekeh-kekeh saja di kursinya yang menyaksikan Mirna sedang memarahi Amira dan Sofie yang cukup jelas terdengar olehnya.

"Coba lihat siapa itu yang datang??" tanya Mirna sambil menunjuk ke Steven kekasihnya dengan kedua matanya melotot kepada dua teman sekelasnya itu yang ke mana-mana selalu berdua dan duduk berdekatan di dalam kelas. Sofie dan Amira pun segera menoleh ke Steven.

"Itu cowok gueeeee! Dan, elu berdua halang-halangin lambaian tangannya ke gue! Tahu?? Kata Mirna dengan suara keras dan marah-marah. 

"Sana minggir elu berdua! Cepetaaaaannnn!" kata Mirna sambil mendorong Sofie dan Amira dengan kedua tangannya menyingkir dari hadapannya.

"Iya...iya! Begitu aja kok marah-marah siihh??" kata Sofie dengan sewotnya.

"Pergi yang jauh sana! Hush...hush...hush!" kata Mirna mengusir Amira dan Sofie dengan kedua tangannya meniru seperti gerakan mengusir ayam.

"Ada apa, beib??" tanya Steven kepada kekasihnya itu sambil memandanginya yang masih melihat ke Sofie dan Amira dengan muka cemberut dan berkacak pinggang. Tampaknya Mirna sangat jengkel dengan Sofie dan Amira hingga membuatnya tak sadar bahwa kekasihnya yang keturunan bule Australia itu sudah berada di dekatnya. Semua pandangan cewek yang sedang berada di kantin kampus tersebut mengarah ke cowoknya Mirna yang kebule-bulean, tinggi, besar, ganteng, dan agak kekar tersebut. 

"Beib, ada apa sih?? Ditanya kok diem aja!" tanya Steven lagi sambil memeluk pinggang Mirna dan mengecup salah satu pipinya dari samping yang dekat dengan bibirnya. Kini, Mirna telah tersadar dari amarahnya kepada Sofie dan Amira setelah Steven mencium pipinya.

"Eh, kamu, beib!" jawab Mirna sambil memandang wajah kekasihnya tersebut dan juga memeluk pinggangnya. Sementara itu, Amanda sudah tidak memperhatikan sahabat karibnya itu yang selalu duduk berdekatan di dalam kelas ketika kuliah, karena Amanda sekarang sedang sibuk membalas komentar-komentar di status terbarunya di facebook. 

"Ada apa, sayang?? Kok kelihatannya kamu marah??" tanya Steven yang barusan melepaskan pelukannya ke Mirna.

"Dua teman sekelasku itu tadi yang bikin aku jengkel, sayang!" jawab Mirna sambil menghembuskan nafas panjang. Setelah menghembuskan nafas panjang, amarah Mirna sekarang sudah mereda.

"Loh?? Jengkel kenapa, sayang??" tanya Steven sangat ingin tahu.

"Mereka berdua tadi halangin aku melambaikan tanganku ke kamu, sayang!" jawab Mirna sambil tersenyum.

"Oh, begitu ya sayang!" kata Steven.

"Siapa namanya mereka berdua, sayang??" tanya Steven. Sementara itu, para cewek yang berada di kantin sekarang sedang kasak-kusuk melihat Steven yang baru pertama kali ini Mirna mengajaknya ke kantin kampus dekat dengan Fakultasnya.

"Mereka berdua itu mahkluk aneh!" jawab Mirna sambil tertawa kecil.

"Udah ah nggak penting kasih tahu ke kamu nama mereka berdua! Buang-buang waktu aja!" kata Mirna sedikit cemberut.

"Yuk, kita gabung ke Amanda di sana aja sekarang, sayang!" ajak Mirna kepada Steven sambil menggenggam telapak tangan kanannya bergabung dengan Amanda untuk makan-makan. Ketika Mirna berjalan sambil bergandengan tangan dengan Steven menuju ke Amanda, para Mahasiswi jomblo menjadi heboh. Ada yang panggil-panggil, ada yang siul-siul, dan ada yang memfoto-foto Steven sambil berteriak-teriak dan tertawa-tawa.

"Hmmmm...cewek-cewek jomblo pada heboh tuh!" gumam Mirna sambil tersenyum yang masih berjalan sambil bergandengan tangan dengan Steven menuju ke mejanya Amanda.

"Gue gitu loh!" jawab Steven dengan bangganya.

"Awas ya kalau sampai kecantol salah satu dari mereka! Tak jewer-jewer telingamu ampe putus entar!" ancam Mirna.

"Hehehehe....tenang aja! Aku setia kok sayang! Suer!" jawab Steven sambil bersumpah kepada Mirna.

"Gombaaalll!!" kata Mirna sambil mencubit pinggang Steven dan tersipu malu-malu.

"Nggak percaya??" tanya Steven.

"Nggak! Aku nggak percaya!" jawab Mirna setengah bercanda.

"Ya udah kalau nggak percaya! Aku pacarin mereka semua nanti!" canda Steven dengan memasang wajah serius yang hanya aktingnya saja.

"Eits...eits....mau aku jewer ampe putus telingamu??" tanya Mirna dengan marah setelah melepaskan gandengan tangannya Steven sambil berhenti sejenak dengan memegang salah satu telinganya Steven yang ada di dekatnya.

"Ampun, sayang! Ampun! Jangan diputusin telingaku ya sayang!" jawab Steven dengan muka serius yang tak ingin Mirna marah.

"Beneran nggak mau putus telingamu??" tanya Mirna dengan marah sekali lagi untuk memastikan Steven jera.

"Iya, beneran kok sayang! Telingaku jangan diputusin ya! Nanti aku jadi jelek dong!" jawab Steven mengalah agar amarahnya Mirna sirna.

"Ya udah kalau begitu!" kata Mirna yang sudah tidak marah lagi ke Steven. Perjalanan mereka berdua pun diteruskan menuju ke mejanya Amanda. Agar hati Mirna luluh kembali yang saat ini cemberut, Steven memegang tangannya lagi sambil menoleh ke arahnya dengan tersenyum-senyum dan mengangkat-angkat alisnya. Tiga puluh detik kemudian, jari-jemari Mirna kembali membalas genggaman jari-jemarinya Steven. Mirna pun tersenyum malu-malu ke Steven. 

"Kamu sama Amanda?!" tanya Steven yang mencoba mencairkan suasana hatinya Mirna.

"Ya iyalah, sayang! Sahabat karibku gitu loh!" jawab Mirna. Steven merasa lega ketika Mirna kembali memanggilnya sayang. Sekarang, Mirna sudah tidak marah lagi kepadanya.

"Hehehehe.....yuuuukkk!" kata Steven, lalu dia mengecup pelipis kekasihnya tersebut yang masih sebulan berpacaran. Mirna hanya tersenyum saja ketika Steven mengecupnya.

"Nda, ini aku sekarang sama Steven!" kata Mirna sambil mencolek bahu Amanda yang sedang asyik dengan gadgetnya.

"Eh, iya, Mir!" jawab Amanda sambil menoleh ke Mirna dan Steven yang sekarang sedang berdiri di sampingnya yang masih bergandengan tangan.

"Hai, Steven! Apa kabar??" sapa Amanda sambil meletakkan gadgetnya ke atas meja, lalu dia berdiri dari kursi plastik tanpa sandaran yang sejak tadi didudukinya sambil mengulurkan tangan kanannya ke Steven untuk mengajaknya bersalaman, tapi tangan kanan Steven masih digenggam erat Mirna dengan tangan kirinya.

"Oooohhhh....masih ingin bergandengan tangan ya?? Hmmm...dasar pasangan baru!" gumam Amanda. Steven hanya tersenyum-senyum saja sambil menoleh ke Mirna yang tersenyum ke Amanda sambil menghela rambutnya yang sempat menutupi mata kirinya, karena tiupan angin yang cukup kencang barusan. 

"OK, dech! Silakan dilanjutin bermesra-mesraannya!" kata Amanda sambil menarik kembali uluran tangan kanannya, lalu dia duduk kembali di kursinya. Setelah Amanda duduk, Mirna dan Steven saling berpandangan dan tertawa-tawa bersama menertawai Amanda. 

"Kamu nggak boleh sedikit pun menyentuh yayangku ini ya! Ingat itu!" canda Mirna kepada Amanda.

"Halaaahh, Steven jelek gitu aja nggak boleh disentuh!" jawab Amanda sambil tersenyum dan mengambil kembali gadgetnya yang tadi ditaruhnya di atas meja.

"Emangnya kenapa kalau aku sentuh Stevenmu, Mir?" tanya Amanda sambil senyum-senyum dan menoleh ke Mirna yang masih berdiri di samping Amanda dan bergandengan tangan dengan Steven.

"Kamu tidak aku bayarin kalau aku ajak ke kantin!" jawab Mirna. Steven hanya tertawa-tawa saja.

"Hahhh?? Takuuuutttt!" kata Amanda sambil tertawa-tawa.

"Aku serius, Amandaaaaa! Jangan coba-coba ya!" kata Mirna dengan memasang wajah serius dengan berkacak pinggang hanya dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya masih bergenggaman dengan tangan kanannya Steven. 

"Siap, bu!" jawab Amanda dengan memberi hormat kepada sahabat karibnya tersebut.

"Aku kira tadi cuma becanda, bu!" kata Amanda sambil tersenyum-senyum dan menggaruk-garuk kepalanya sendiri dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya memegang gadget.

"Nggak! Aku nggak becanda tadi, Nda! Aku serius!" jawab Mirna dengan muka serius.

"OK, dech, nona cantik! Silakan duduk dong non!" jawab Amanda mempersilakan Mirna duduk.

"Apa nggak capek berdiri terus gitu??" tanya Amanda kepada Mirna dan Steven, tapi keduanya diam saja. 

"Aku tadi belum menjawab pertanyaanmu, Amanda! Kabarku baik-baik saja!" kata Steven sambil tersenyum kepada Amanda.

"Bagaimana kabarmu, Amanda?? Apa baik-baik saja??" tanya Steven dengan bahasa Indonesia yang lancar tanpa terbata-bata seperti kebanyakan bule lainnya.

"Hahahaha.....ternyata lancar juga bahasa Indonesianya nih bule!" jawab Amanda setelah tertawa.

"Alhamdulillaahh, kabarku juga baik-baik aja!" sambung Amanda.

"Aku udah tinggal di Jakarta ini mulai umur 4 tahun, Amanda! Jangan menghina bahasa Indonesiaku ya!" jawab Steven sambil tersenyum.

"Siap, bos!" kata Amanda dengan memberi hormat kepada Steven.

"Eh, apa kalian berdua nggak duduk??" tanya Amanda kepada Mirna dan Steven.

"Duduk dong!" jawab Steven.

"Yuk, kita duduk, sayang!" ajak Steven kepada Mirna untuk duduk. Mirna hanya menganggukkan kepalanya saja. Setelah itu, Steven dan Mirna duduk berdekatan di hadapan Amanda.

"Kamu dari tadi belum pesan apa-apa, Nda??" tanya Mirna kepada Amanda yang mulai sibuk dengan gadgetnya.

"Belum, Mir! Kan aku dari tadi menunggumu mengomel-ngomel si culun ama si muka kotak!" jawab Amanda sambil tertawa terbahak-bahak yang kemudian diikuti gelak tawanya Mirna dan Steven.

"Tadi kamu kenapa, beib?" tanya Steven.

"Si culun dan si muka kotak itu siapa, beib?" tanya Steven lagi.

"Nanti aja ya sayang aku jawab! Sekarang kita makan-makan dulu!" jawab Mirna.

"Hmmmm....ok dech!" jawab Steven.

"Sekarang kamu pesen apa, sayang??" tanya Mirna kepada Steven.

"Eheeeemmm.....sayang-sayangan terus nih yeee!" goda Amanda sambil memainkan gadgetnya tanpa melihat ke Mirna dan Steven.

"Ssssssstttt....berisik dech kamu, Nda!" jawab Mirna sambil tertawa kecil.

"Emang napa, Nda?? Iri yaaa?" tanya Mirna, lalu tertawa lagi.

"Cari cowok dooongg kalau mau seperti kita berdua!" kata Mirna.

"Iya nggak, sayang??" tanya Mirna kepada Steven.

"Betul!" jawab Steven sambil tersenyum.

"Aku pesen segelas teh hangat manis!" kata Steven kepada Mirna.

"Kalau makanannya apa beib?" tanya Mirna sambil mencatat pesanannya pacarnya tersebut di HPnya.

"Lalapan paha ayam sama tempe dan tahu goreng!" jawab Steven.

"Banyak amat sayang??" tanya Mirna.

"Lagi laper nih, sayang!" jawab Steven sambil menegakkan badannya dan memukul-mukul perutnya, lalu dia tersenyum.

"Kalau kamu, Nda??" tanya Mirna kepada Amanda yang masih sibuk dengan gadgetnya.

"Sama dengan Steven, Mir!" jawab Amanda tanpa melihat ke Mirna, tapi melihat ke HPnya. Setelah itu, Mirna segera menuju ke kantin di dekatnya untuk memesan makanan-makanan dan minuman-minuman untuknya sendiri dan pesanan Amanda dan Steven. Lima belas menit kemudian, Mirna kembali ke tempat duduknya dengan membawa beberapa gorengan, cabe, dan saosnya yang sudah ditaruhnya di sebuah piring yang diambilnya dari kantin tersebut sambil menunggu pesanan makanan-makanan dan minuman-minumannya datang, seperti tahu goreng, tempe goreng, dan sosis goreng, lalu dia mulai bercerita tentang si culun dan si muka kotak tadi setelah menaruh sebuah piring yang berisi penuh gorengan-gorengan dan dua saosnya ke tengah meja.

"Di kelas, aku paling suebell ama si culun dan si muka kotak, Nda!" kata Mirna sambil mengambil satu sosis goreng dan satu saos, lalu Mirna membuka saos tersebut dengan menggigit salah satu ujungnya dan memberi sosis yang diambilnya tersebut dengan saos yang sudah dibukanya barusan. Kemudian, Mirna menikmatinya perlahan-lahan.

"Memangnya kenapa, Mir??" tanya Amanda sambil memainkan gadgetnya tanpa melihat Mirna.

"Nggak tau, Nda! Kedua mukanya itu loh bikin aku sebell! Aneh banget penampilan mereka berdua!" jawab Mirna sambil tertawa-tawa.

"Eh, udahan dulu dong main HPnya! Nggak mau gorengan-gorengan ini, Nda?" ingat Mirna kepada Amanda sambil menawarkan gorengan-gorengan yang masih hangat di atas sebuah piring di tengah meja.

"Aku habisin nih ama Steven!" kata Mirna sambil mengambil satu tempe goreng di atas sebuah piring tersebut, lalu Mirna tak lupa memberinya saos yang sudah dibukanya tadi.

"Mau doooonggg!" jawab Amanda sambil meletakkan gadgetnya di samping sebuah piring yang berisi penuh dengan gorengan tersebut, lalu dia mengambil sebuah tahu goreng yang tak lupa diberinya saos yang tadi sudah dibuka Mirna.

"Jangan diem aja dong, Mir! Aku kelaperan nih nungguin pesenan! Kok nggak dateng-dateng siiihh??" kata Amanda sambil memakan satu tahu goreng yang barusan diambilnya dari atas piring dengan lahapnya.

"Mungkin sebentar lagi dateng! Masih rame tuh! Aku juga kelaperan nih!" sahut Steven sambil mengambil satu sosis goreng dari atas piring. Satu sosis goreng tersebut adalah gorengan keempat yang diambil Steven dari piring tersebut. Karena Steven tidak suka saos, dia memakan gorengan-gorengan hanya dengan cabe.

"Ngomong-ngomong, aku pengin tahu si culun dan si muka kotak, beib!" celetuk Steven sambil mengunyah-ngunyah sosis goreng bersama dua cabe.

"Mau tahu banget apa mau tahu aja??" tanya Mirna kepada Steven.

"Aku mau tahu goreng ama cabenyaaa!" seloroh Steven sambil mengambil satu tahu goreng lagi di piring itu.

"Idiiihhhh, ditanya serius malah jawabnya nggak bener!" kata Mirna setelah memukul tangan kanannya Steven saat mengambil tahu goreng tersebut. Kontan, tahu goreng yang dipegangnya pun jatuh ke piring itu lagi.

"Apa'an sih kamu, beib??" tanya Steven dengan muka cemberut sambil menoleh ke Mirna. Tangan kanan Steven masih terdiam di atas piring.

"Kalau nggak mau tahu tentang si culun dan si muka kotak, yaudah!" jawab Mirna yang berpura-pura memasang muka serius sambil memalingkan mukanya dari Steven.

"Hehehehe....iya...iya, beib! Aku mau tahu hangat soal si culun dan si muka kotak!" jawab Steven setengah becanda sambil mengambil kembali satu tahu goreng yang tadi terjatuh di piringnya dengan tangan kanannya.

"Hahahaha.....lucu juga kamu, sayang! Ambil yang banyak tahunya nggak apa-apa kok!" sahut Amanda sambil tertawa ngakak melihat kelucuan Steven.

"Apa kamu bilang tadi kepada yayangku, Nda?? Sayang??" tanya Mirna dengan wajah sewot dan kedua matanya melototi Amanda sambil berdiri dari kursinya dan berkacak pinggang.

"Haahh?? Emang aku tadi bilang gitu ke Steven ya Mir??" tanya Amanda sangat terkejut kepada Mirna yang memang Amanda terpengaruh dengan panggilan sayangnya Mirna kepada Steven sejak tadi.

"Iya, Amanda! Aku masih inget! Terusin aja nggak apa-apa kok!" canda Steven sambil memakan tahu gorengnya dengan dua cabe hijau.

"Aaawww!" teriak Steven setelah Mirna mencubit pinggangnya. Amanda hanya tertawa-tawa saja.

"Becanda kok, sayang! Suer! Aku cuma becanda aja kok, sayang! Hehehe....!" kata Steven sambil tersenyum-senyum dengan mengacungkan jari telunjuk dan tengah kanannya sebagai isyarat sumpah kepada kekasihnya.

"Awas kamu ya kalau kalian berdua selingkuh!" ancam Mirna kepada Steven.

"Nggak kok, beib! Suer!" kata Steven sambil memberikan isyarat sumpah seperti tadi kepada Mirna. Amanda hanya tertawa-tawa saja.

"Kalau kamu tadi memanggilku sayang kenapa, Nda??" tanya Steven kepada Amanda sambil cengar-cengir. Mirna sekarang cemberut sambil memainkan HPnya membuka Facebook.

"Aku terpengaruh dengan panggilan sayang kalian berdua, Steve! Suer!" jawab Amanda dengan jujur dan serius sambil memberikan isyarat sumpah seperti yang telah dilakukan oleh Steven tadi. Suasana sedikit teralihkan ketika makanan-makanan dan minuman-minuman pesanan mereka bertiga datang. Seorang pelayan kantin sedang menaruh tiga piring yang masing-masing berisi penuh nasi putih hangat terlebih dahulu di depan Mirna, Steven, dan Amanda dengan dibantu oleh seorang teman pelayannya. Setelah itu, disusul dengan menaruh tiga cobek yang masing-masing berisi sambelnya, beberapa lembar daun kemangi mentah, beberapa iris gubis mentah, satu paha ayam goreng, dan satu terong goreng, lalu dilanjutkan dengan menaruh tiga mangkok berukuran sedang dari plastik yang berisi air untuk mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan. Kemudian, diikuti dengan yang terakhir adalah menaruh tiga gelas minuman berukuran sedang dengan penutupnya di depan Amanda, Steven, dan Mirna. Mereka bertiga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dua pelayan tersebut.

"Amanda terlihat tegang tuh, sayang! Hahaha...!" kata Mirna kepada Steven dengan menunjuk Amanda.

"Santai aja lagi, Nda! Aku tahu kok kamu keceplosan tadi!" kata Mirna lagi sambil mencuci kedua tangannya ke dalam sebuah mangkok berisi air mentah bersih di hadapannya sebelum menyantap satu paha ayam, sambel, lalapan-lalapannya, dan nasi putih hangat.

"Hehehehe....maap ya Mir!" jawab Amanda sambil menghembuskan nafas lega. Wajah Amanda sempat sedikit pucat tadi, karena Amanda kuatir kalau Mirna ngambek.

"Tapi kalau kalian berdua mengkhianatiku, awas ya!" ingat Mirna dengan serius kepada Amanda sambil menyuil daging paha ayam goreng, lalu mencocol-cocolnya ke sambelnya di cobek. Kemudian, Mirna memakannya bersama seiris gubis mentah dan nasi hangatnya.

"Dijamin enggak dech, Mir!" jawab Amanda, sedangkan Steven yang tidak sempat bicara karena sedang mengunyah-ngunyah nasi putih yang sudah dicampur dengan cuilan ayam goreng, hanya memberikan isyarat sumpah saja kepada Mirna. Setengah jam kemudian, mereka bertiga selesai makan. Setelah gorengan-gorengan, makanan-makanan, dan minuman-minuman selesai dibayar Mirna, Steven mengantarkan Mirna dan Amanda ke gedung perkuliahannya dengan mobilnya, karena setengah jam lagi Mirna dan Amanda ada kuliah.

"Beib, kamu ingin tahu si culun dan si muka kotak nggak??" tanya Mirna kepada Steven setelah turun dari mobilnya.

"Iya, aku mau tahu!" jawab Steven yang sedang bersiap-siap mengendarai mobilnya lagi ke gedung Fakultas Ekonomi yang setengah jam lagi Steven juga akan masuk kuliah. Karena Steven sangat ingin tahu bentuknya dua cewek teman sekelas kekasihnya tersebut yang sejak semester satu hingga semester tujuh ini dijuluki si culun dan si muka kotak itu, Steven segera mematikan mesin mobilnya, lalu dia keluar.

"Sini, aku tunjukin!" ajak Mirna sambil menggandeng tangan kanan Steven mendekati Amira dan Sofie yang sedang duduk berdua dan asyik ngobrol-ngobrol di bawah sebuah tulisan "Jurusan Tata Busana" warna hitam tebal di tengah-tengah sebuah papan kayu bercat putih dengan dua tiang penyangganya di bawah sebuah pohon yang rimbun dan teduh. Mereka bertiga pun segera mengendap-ngendap sambil tertawa-tawa kecil mendekati Amira dan Sofie dari belakang.

"Sayang, sebaiknya kamu foto aja mereka berdua biar kamu puas melihatnya!" kata Mirna lirih kepada Steven.

"Oh, iya! Ide yang bagus, sayang!" jawab Steven sambil mengambil Hpnya di saku celana jeansnya.

"Alamaaaaakkk! Kaos kakinya panjang amiiiirrr!" kata Steven. Mirna dan Amanda tertawa-tawa sambil masing-masing menutupi mulutnya dengan kedua tangannya masing-masing menertawakan Amira yang dipanggil si culun itu.

"Ssssssstttt....jangan keras-keras, sayang! Nanti kedengeran anaknya lagi! Ayo, cepat foto! Mereka berdua keburu pergi entar!" kata Mirna kepada Steven.

"OK!" jawab Steven sambil membawa HPnya dan berjalan pelan-pelan menuju ke depan Amira dan Sofie.

"Satu....dua...tiga!" kata Steven dengan memberikan aba-aba sebelum memfoto Amira dan Sofie yang sudah di depan mereka berdua.

"Cekrek...cekrek...cekrek!" Steven memfoto mereka berdua tiga kali, lalu tertawa terbahak-bahak. Mirna dan Amanda juga tertawa terbahak-bahak di belakang Amira dan Sofie menyaksikan Steven yang sudah memfoto-foto Amira dan Sofie.

"Aaaaaaarrrrgggghhhh...aaaaaaarrrrrggggghhhhh...aaaaaaarrrrrggggghhhhhh!!" Amira segera menjerit-jerit keras tiga kali sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Steven, Mirna, dan Amanda segera tertawa terbahak-bahak lagi melihat Amira menjerit-jerit tersebut. 

"Heeeiii, siapa kamu?? Berani-beraninya memfoto kita berdua!" tanya Sofie dengan marah sambil berdiri, lalu mendekati Steven.

"Heeeii, kamu ngapain memfoto kita berdua??" tanya Sofie dengan marah sambil berkacak pinggang dan sesekali menaboki Steven, sedangkan Mirna dan Amanda hanya tertawa-tawa saja di belakang. Amira sekarang sedang menundukkan kepalanya dengan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sini Hpmu! Biar aku pecahin! Sini Cepetaaann!" kata Sofie dengan sangat marah kepada Steven sambil menabokinya dan berusaha merebut HPnya.

"Fotomu dan sahabatmu ini aku buat tugas kok mbak!" jawab Steven.

"Tugas apa??" tanya Sofie sambil kedua matanya melotot dan berkacak pinggang.

"Tugas kliping orang-orang aneh!" jawab Steven, lalu dia tertawa terbahak-bahak lagi.

"Sialaaannn!!" geram Sofie sambil lanjut nabokin Steven dan berusaha merebut HPnya. Mirna dan Amanda segera mendekati Sofie dan Steven sambil tertawa-tawa.

"Heeii, muka kotak! Berhentiii!!" teriak Mirna kepada Sofie yang masih sedang nabokin dan berusaha merebut HPnya Steven. Sofie segera berhenti nabokin dan merebut HPnya Steven setelah mendengar teriakan Mirna, lalu Sofie menoleh ke Mirna yang sekarang sudah ada di dekatnya.

"Apa kamu ikut-ikut?? Itu temanmu kan??" tanya Sofie dengan marah kepada Mirna.

"Kalau kamu mau ngajak berkelahi sekarang, ayo! Elu jual, gue beli!" tantang Sofie sambil menyingsingkan kedua lengan panjang bajunya dan segera mengambil kuda-kuda dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Yang ngajak kamu berkelahi itu siapa??" tanya Mirna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Steve, cepat kamu kembali ke Fakultasmu!" perintah Mirna kepada Steven. Steven pun segera pergi sambil menertawai Sofie dan Amira.

"Ketawa lagi tuh bule sialan!" kata Sofie sambil menoleh ke Steven yang masih ngakak menuju ke mobilnya.

"Itu teman kamu kan??" tanya Sofie sambil menoleh ke Mirna dan masih memasang kuda-kuda.

"Dia pacarnya ..... !" sahut Amanda yang omongannya terpotong Mirna.

"Amanda, kamu diam saja!" kata Mirna kepada Amanda.

"Oh! Bule sialan itu pacarmu ternyata!" kata Sofie kepada Mirna.

"Eh, muka kotak! Jangan bicara sembarangan lu ya!" kata Mirna sambil kedua matanya melotot dan berkacak pinggang.

"Enak aja lu ngatain dia sialan!" kata Mirna lagi. Amanda hanya tertawa-tawa saja di samping Mirna. Sebenarnya, Mirna ingin tertawa ngakak, tapi dia menahan tertawanya dan sekarang Mirna berpura-pura marah kepada Sofie.

"Dia kamu suruh kan??" tuduh Sofie yang masih memasang kuda-kuda dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Enak aja lu nuduh gue! Sembarangan lu ngomong!" jawab Mirna dengan berkacak pinggang.

"Kalau kalian berdua mau mengeroyokku sekarang, ayo!" tantang Sofie.

"Gue nggak takut!" kata Sofie.

"Idiiiihhh, begitu aja marah nih si muka kotak!" jawab Mirna sambil tersenyum.

"Gimana nggak marah! Lha dia main foto aku dan Amira seenaknya aja dari depan!" kata Sofie dengan marah-marah.

"Sebel" sambung Sofie dengan muka kesal.

"Bule tuh suka dengan yang aneh-aneh, sofieee! Jadi, ya wajarlah dia ambil foto kamu dengan Amira!" jelas Mirna sambil tertawa terbahak-bahak yang diikuti gelak tawa Amanda.

"Kalian berdua tuh yang aneh!" balas Sofie yang sekarang sudah tidak memasang kuda-kuda lagi. Mirna dan Amanda kembali tertawa terbahak-bahak bersama.

"Sofieeee, nggak usah diladenin mereka berdua!" teriak Amira kepada Sofie yang sudah tidak menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Yuk kita masuk kelas sekarang! Lima belas menit lagi kuliah loh!" ajak Amira sambil berdiri kepada Sofie. Pandangan Mirna dan Amanda segera mengarah ke Amira yang selalu memakai kaos kaki hitam setinggi lutut, berkacamata hitam tebal, memakai baju lengan panjang, rambutnya dikepang dua dengan pita warna-warni, dan berkawat gigi itu.

"Awas ya kalau cari gara-gara lagi!" ingat Sofie kepada Mirna dan Amanda sambil berjalan mendekati Amira.

"Iye...iye, muka kotak!" jawab Mirna dengan kesal kepada Sofie yang potongan rambutnya kotak sepadan dengan mukanya. Meskipun Sofie mendengar olokannya Mirna, kali ini Sofie berusaha sabar. Mirna dan Amanda pun tertawa-tawa bersama sambil mulutnya ditutupi dengan kedua tangannya. Amira dan Sofie masuk kelas duluan, lalu disusul oleh Mirna dan Amanda dari belakang. Di dalam kelas, seperti biasanya, Sofie dan Amira duduk bersebelahan di depan meja dosen, sedangkan Mirna dan Amanda juga duduk bersebelahan seperti biasanya, tapi di deretan kursi paling belakang. Karena penampilan dua teman sekelas Mirna dan Amanda tersebut aneh, mereka berdua kerap menjadikannya bahan lelucon.

avataravatar
Next chapter