1 Pesta Kelulusan

Pada sabtu malam, Jurusan Tata Boga dan Tata Busana bergabung mengadakan pesta dengan bazar makanan-makanan dan fashion untuk merayakan kelulusan Mahasiswi-mahasiswinya yang telah diwisuda di pagi harinya tadi sekaligus membekali mereka ke depannya oleh Dekannya. Amira telah menjadi bagian dari kebanggaan Jurusannya atas keberhasilannya menyabet juara pertama di kontes Miss Fashion & Designer 2017 yang pertama kali diselenggarakan di Gedung Balai Sarbini, Jakarta, Indonesia. Kontes itu wajib diikuti oleh Mahasiswi-mahasiswi Jurusan Tata Busana semester tujuh se-Indonesia, baik dari Universitas Negeri maupun Universitas Swasta. Kontes itu sangat bergengsi dan telah menyedot perhatian dunia dengan ditonton fotografer-fotografer dan perancang-perancang busana ternama level nasional dan internasional. Kontes yang pertama kali diadakan itu dimaksudkan untuk memacu kreatifitas dan memompa semangat Mahasiswi-mahasiswi Jurusan Tata Busana dalam berkarya. Sekarang, Amira menjadi seorang model di sebuah majalah fashion yang cukup ternama di Paris sejak memenangkan kontes itu. Selain itu, Amira sering nampang di iklan-iklan dan majalah-majalah di Indonesia berdasarkan pemintaan khusus dari sebuah agen model yang menanganinya. Setelah memenangkan kontes itu, Amira menjadi beken. Pesta kelulusan malam ini sangat meriah dengan mengundang salah satu grup band terkenal di Indonesia, yaitu Kotak. Selain dihadiri para lulusan dari Jurusan Tata Busana dan Tata Boga sendiri, tak ketinggalan pula para Mahasiswi dan Mahasiswa dari dua Jurusan itu serta lulusan-lulusan dan Mahasiswa-Mahasiswa dari Jurusan lain juga ikut menonton. Pada malam ini, sepuluh lulusan terbaik yang berprestasi, termasuk Amira, disuruh Dekannya untuk tampil ke depan berpidato dengan memberikan semangat kepada Mahasiswa-mahasiswa dan lulusan-lulusan lainnya. Amira yang pertama berpidato.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Amira mengucapkan salam cukup keras sebelum membuka pidatonya di atas panggung dengan mik. Semua penonton segera membalas salam Amira berbarengan, lalu mereka memberikan applaus yang cukup meriah kepada Amira. Amira tersenyum bahagia. Senyuman yang kedua lesung pipinya terlihat itu menjadikan Amira semakin cantik. Sejak kelas 4 SD hingga satu minggu sebelum mengikuti kontes Miss Fashion & Designer 2017, Amira hanyalah seorang gadis culun dan katrok dengan penampilan yang super jadul.

"Terima kasih banyak atas applausnya yang sangat meriah," kata Amira dengan tersenyum.

"Beribu-ribu terima kasih dan syukur Amira ucapkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmatNya, sehingga Amira bisa berprestasi. Tak lupa, Amira juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak Dekan, Ibu Ketua Jurusan Amira, Dosen-dosen Pembimbing Akademik dan Skripsi Amira, Dosen-dosen Matakuliah Amira, dan teman-teman Amira yang telah berjasa dan ikut andil dalam kesuksesan Amira. Tanpa kalian.....," pidato Amira terpotong gara-gara Winarti tiba-tiba berkata cukup keras.

"I love youuu, ciiiin." teriak Winarti sambil melambai-lambaikan syal putih yang terlilit di lehernya dengan tangan kanannya ke Amira dan menyalami Amira dengan cium jauh tiga kali. Winarti berdiri di dekat Sofie. Kontan, semua yang menghadiri pesta kelulusan itu pun pandangannya mengarah ke Winarti yang berada di tengah-tengah. Sebagian langsung menertawainya dan sebagiannya lagi tersenyum-senyum melihat Winarti. Amira juga tersenyum-senyum ke Winarti sambil menurunkan miknya. 

"I love you, too, mbak Winarti." jawab Amira dengan miknya sambil tersenyum-senyum melihatnya.

"Mbak, nanti aja ngomongnya kayak gitu kalau Amira udah di sini. Malu-maluin aja ih!" kata Sofie dengan sewot ke Winarti.

"Suka-suka eike dong. Eike yang paling berjasa ke Amira, iya kan cin?" Winarti alias Winarto membela diri. 

"Can cin can cin. Emang cincin?" jawab Sofie sambil melipat kedua tangannya dan memalingkan wajahnya dari Winarti.

"Bukan cincin, tapi micin!" kata Winarti, lalu dia tertawa ngikik genit sambil menutupi mulutnya dengan tangan kanannya. Suasana segera menjadi ramai dengan gelak tawa menertawai Winarti. Amira menjadi ikut menertawai Winarti dengan memasukkan tawanya ke mik. Amira kembali melanjutkan pidatonya.

"Tanpa kalian, Amira bukanlah apa-apa." lanjut Amira. Suasana mendadak hening.

"Oh iya, dua teman Amira itu adalah sahabat terbaik yang Allah SWT kirimkan ke Amira. Berkat dua sahabat Amira itu.....!" Amira menghentikan sejenak pidatonya, karena Amira merasa terharu hingga membuat kedua matanya berkaca-kaca. Sebagian lulusan dan Mahasiswi-mahasiswi kasak-kusuk ngomongin kecantikan dan prestasinya Amira.

"Berkat dua teman Amira itu....Amira bisa menjuarai kontes yang sangat berharga buat Amira." lanjut Amira. Setelah itu, semua memberikan aplaus meriah. Mirna yang sejak tadi menggandeng tangannya Steven di dekat Amanda cuman diam aja. Steven masih jatuh hati kepada Amira.

"Steve, kedua mata kamu kok nggak berkedip sih." celetuk Mirna dengan sewot sambil melihat Steven.

"Apa?? Nggak berkedip?" Steven pura-pura sangat terkejut tunangannya berkata seperti itu. Steven bertemu Amira lagi yang semakin cantik dan sexi daripada dulu ketika sempat menjadi kekasihnya sebentar. 

"Kamu ngomong apa'an sih, beib? Ya berkedip dong namanya orang hidup." kata Steven yang cuman akting membela diri.

"Jangan nuduh yang enggak-enggak dong, beib." kata Steven.

"Steven mulai lagi tuh, Mir." Amanda mengusili Mirna. Amanda tersenyum-senyum.

"Nda, kamu menjauh dari kami berdua dech sekarang! Sana pergiiiii!" Mirna marah ke Amanda dengan mendorongnya menjauh dari dirinya dan Steven. Pada saat ini, Amira berpidato memberikan motivasi. Amira terlihat sangat bersemangat. 

"Iya...iya....! Duuuhh...si eneng...gitu aja marah." kata Amanda sambil tersenyum-senyum. Setelah itu, Amanda menjauh dari Mirna dan Steven. Sekarang Amanda menyaksikan Amira lagi dengan serius. Ketika Mirna mengusir Amanda, Steven sejenak memandangi Amira. Satu bulan setelah Mirna berhasil mendapatkan Steven lagi dan menjauhkannya dari Amira, Mirna telah resmi bertunangan dengan Steven dengan bantuan Papanya yang masih punya hubungan bisnis dengan Papanya Mirna.

"Beib, yuk kita ke stand martabak itu. Aku laper sekali, beib." Ajak Mirna sambil menggandeng lengan kirinya Steven. Selain memang laper, Mirna juga mencoba mengalihkan perhatiannya Steven dari Amira yang dilihatnya ada perasaan lagi ke Amira. 

"Oke dech. Boleh juga tuh martabak. Aku juga sangat laper." jawab Steven sambil berjalan beriringan dengan Mirna dan digandeng. Steven sesekali mencuri-curi pandang ke Amira yang barusan selesai berpidato. Mirna mengetahuinya, tapi Mirna diam saja. Setelah Amira selesai berpidato, aplaus meriah kembali riuh. Amira mundur ke belakang untuk menempati posisi pertama sebaris dengan delapan lulusan berprestasi lainnya yang belum berpidato. 

"Beib, pandangan kamu kok mengarah ke Amira terus gitu sih?" tanya Mirna setengah sewot dengan melihat wajah Steven.

"Siapa yang mengarah ke dia sih, beib? Ah, enggak kok, beib. Kamu ada-ada aja!" jawab Steven tidak mengakuinya.

"Aku tuh barusan melihat ke lulusan-lulusan lainnya yang berprestasi di atas panggung." kata Steven membohongi Mirna lagi. Amira semakin cantik menurut Steven.

"Aku kirain kamu begitu." kata Mirna dengan sewot lagi.

"Kalau kamu macem-macem lagi seperti dulu, aku nggak segan-segan akan menjewer telingamu sampe putus." ancam Mirna yang tidak ingin pernikahannya dengan Steven sebentar lagi menjadi gagal.

"Kamu udah mengerti?" tanya Mirna dengan serius kepadanya.

"Suer, beib. Pandanganku tadi nggak mengarah ke Amira kok, beib." jawab Steven menutupinya dengan memberikan isyarat sumpah jari telunjuk dan tengah kanannya ke tunangannya itu.

"Oke, aku percaya." kata Mirna dengan ketus.

"Hai kalian berdua!" Amanda tiba-tiba muncul dari belakang dengan suara cukup keras. Mirna dan Steven sangat kaget.

"Kamu apa'an sih, Nda? Bikin kaget aja." kata Mirna dengan sewot. Amanda tertawa-tawa.

"Ngapain kamu kembali ke sini?" tanya Steven ke Amanda. Steven marah ke Amanda dengan berkacak pinggang.

"Bikin resek aja. Sana menjauh!" Steven mengusir Amanda.

"Duuhh...gitu aja marah sih kamu, Steve?" tanya Amanda serius.

"Aku ke sini kan cuman mau menemani kalian berdua makan-makan." kata Amanda dengan tersenyum-senyum.

"Kamu sama Mirna ngapain dari tadi berdiri di sini? Keburu habis makanan-makanan di stand-stand bazar tuh!" tanya Amanda.

"Yuk kita semua mulai cari makanan." ajak Mirna. Sementara itu, Amira barusan turun panggung bersama para lulusan berprestasi lainnya. Amira menuju ke Sofie dan Winarti.

"Haiii, ciinn." teriak Winarti sambil merentangkan kedua tangannya ketika tahu Amira sudah di dekatnya. Amira memeluk Winarti dengan sangat terharu. Kedua matanya meneteskan air mata.

"Selamat ya cin!" kata Winarti dengan menyalami Amira, lalu bercipika cipiki dengan Amira. Setelah itu, Amira dan Winarti berpelukan lagi.

"Terima kasih banyak ya mbak atas jasa-jasanya ke Amira selama ini." kata Amira dengan meneteskan air matanya lagi di bahunya Winarti. Amira sedikit menangis terisak-isak.

"Nggak perlu terima kasih kok cin. Itu udah tugas eike membantu kamu dan Sofie, cin." jawab Winarti setengah serius dengan mengelus-elus punggung Amira. Setelah itu, Sofie memberikan ucapan selamat kepada sahabatnya itu.

"Selamat ya, Mir." kata Sofie kepada Amira bercipika cipiki, lalu memeluk Amira. Amira mengusap-usap air matanya.

"Terima kasih banyak ya Sof atas bantuan-bantuanmu selama ini." ucap Amira yang masih berpelukan dengan Sofie.

"Sama-sama, Mir. Aku juga sangat berterima kasih kepadamu. Aku banyak belajar ke kamu kok." jawab Sofie. Tidak beberapa lama kemudian, Sofie dan Amira saling melepas pelukan.

"Pemotretan masih terus kan cin?" tanya Winarti dengan perasaan kuatir.

"Masih dong, mbak." jawab Amira.

"Di mana, cin?" tanya Winarti alias Winarto itu serius.

"Tergantung nanti, mbak. Bisa di Paris dan bisa juga di Jakarta. Tergantung pesanan dan fotografernya." jawab Amira lagi.

"Alhamdulillaahh...kirain udah berakhir difoto, cin." ucap Winarti sambil menghembuskan nafas panjang.

"Memangnya kenapa, mbak?" tanya Sofie ingin tahu.

"Kalau berhenti, eike kembali ke salon kecantikan kemarin aja." jawab Winarti serius.

"Kirain mau buka bengkel motor, mbak." canda Sofie. Amira tersenyum-senyum.

"Bengkel motor gerobak...eh, gerobak." jawab Winarti sambil tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Amira dan Sofie tertawa-tawa lepas menertawai Winarti.

"Duuhh....kamu bikin latahku keluar aja." geram Winarti ke Sofie. Sofie ketawa. 

"Aku laper nih." kata Amira.

"Aku juga," kata Sofie. 

"Kalau kamu, mbak?" tanya Amira ke Winarti.

"Apalagi eike." jawab Winarti sambil tertawa ngikik.

"Sudah aku duga." kata Sofie.

"Tadi aku cuman makan seupil sebelum ke sini, cin." kata Winarti.

"Apa?? Makan upil??" Sofie menggoda Winarti.

"Iya, makan upil...eh, upil." jawab Winarti, lalu tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan tangan kanannya lagi. Amira dan Sofie tertawa-tawa.

"Udah ah. Keburu habis tuh makanan di stand. Yuk ah kita kemon sekarang." ajak Amira.

"Yuuukk...!" jawab Winarti. Sekarang mereka bertiga bersama-sama menuju ke stand-stand bazaar makanan. 

"Cin, kayaknya itu Steven ama Mirna dan Amanda dech." kata Winarti sambil menunjuk ke mereka bertiga yang sedang makan-makan di sebuah stand martabak.

"Iya, mbak. Udah biarin aja." jawab Amira sejenak sekilas melihat mereka bertiga. Steven mengetahui Amira yang sedang milih-milih makanan di stand-stand hingga tak sadar makanan yang akan dimakan terjatuh ke roknya tunangannya, Mirna.

"Duuuhh...kamu kenapa sih, beib? Makan kok nggak fokus?" tanya Mirna.

"Eh, maaf...maaf, beib." jawab Steven sambil membersihkan makanannya yang telah terjatuh di roknya Mirna.

"Kamu lagi lihat apa sih, beib? Jadi kotor nih." tanya Mirna dengan ketusnya. Steven segera membersihkan rok tunangannya.

"Amira tuh, Mir." sahut Amanda, lalu dia memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya dengan tersenyum-senyum.

"Duh, kamu nuduh lagi seenaknya." jawab Steven menutupi dan marah ke Amanda. Amanda tersenyum-senyum sambil mengunyah makanannya.

"Nda, kamu cepat pergi dari sini." Steven mengusir Amanda dengan marah, karena Steven tidak mau Amanda mengetahui dirinya mencuri-curi pandang ke Amira.

"Sayang, Amanda memfitnah lagi." Steven mengadu ke Mirna sambil membersihkan makanannya di roknya tunangannya itu.

"Apa bener yang kamu katain tadi, Nda?" tanya Mirna dengan berdiri dan berkacak pinggang, lalu berjalan mendekatinya. Amira, Sofie, dan Winarti sekarang makan-makan di stand nasi goreng di depan stand tempat makan Steven, Mirna, dan Amanda saat ini.

"Nggak kok, Mir. Aku cuma bercanda aja." jawab Amanda dengan tersenyum-senyum.

"Awas kalau kamu bohongin aku lagi. Aku bakal nggak akan nraktir-nraktir kamu lagi, selamanya, titik." kata Mirna dengan sangat marah ke Amanda.

"Iya...iya...Mir. Maapin ya. Aku cuman bercanda aja kok." kata Amanda sambil minum es jus alpukatnya dan tersenyum-senyum. Steven mencuri-curi pandang ke Amira lagi mumpung Mirna sedang menghadapi Amanda. Amira pun menatap Steven, tapi cuma sekilas. Amira sekarang sedang ngobrol-ngobrol dengan Pak Banu, dosen Matakuliah Dasar Busana (Basic Fashion) dan Dasar Desainnya (Basic Design) dulu. Pak Banu memberikan informasi ke Amira mengenai Bali Model Contest yang sebentar lagi akan dilaksanakan di Pulau Dewata itu. 

"Awas ya kalau kamu bercanda lagi, Nda." Mirna mengingatkan Amanda lagi. Amanda tersenyum-senyum lagi.

"Amanda kita suruh pindah meja aja, sayang. Daripada dia ngaco lagi, sayang." kata Steven ke tunangannya.

"Jangan. Tidak perlu. Biarkan Amanda di sini mengawasi kamu." jawab Mirna. Steven langsung terdiam.

"Beres, Mir." sahut Amanda.

"Kalau soal awas-mengawasi Steven, serahkan kepadaku." kata Amanda.

"Baiklah, aku percayakan sepenuhnya ke kamu, Nda." jawab Mirna. Steven tidak berani curi-curi pandang ke Amira lagi.

"Tapi kamu tadi bercanda kan, Nda?" tanya Mirna lagi.

"Tadi emang aku bercanda, Mir. Tapi kali ini aku nggak berani bercanda." jawab Amanda menutupinya biar nanti dia dapat traktiran dari Mirna. Steven terlihat sangat ketakutan.

"Bagus." kata Mirna yang sangat takut Steven dekat dengan Amira lagi, karena tiga bulan lagi Mirna dan Steven akan menikah.

"Itu kan Amira sama teman-temannya dan Pak Banu, Mir." Amanda memberitahukan ke Mirna dengan menunjuk.

"Sialan. Model kampungan itu di dekat kita rupanya." geram Mirna.

"Awas ya kalau kamu macem-macem, beib! Aku jewer telingamu sampe putus pokoknya." Mirna mengancam Steven.

"Nggak kok, sayang. Aku kan sayang dan cinta ke kamu aja." jawab Steven pura-pura agar selamat dari amukan Mirna.

"Apa bener?" tanya Mirna.

"Suer. Bener, sayang." jawab Steven dengan memberikan isyarat sumpah dengan jari telunjuk dan tengah kanannya ke Mirna.

"Oke. Aku tunggu keseriusanmu hingga kamu menikahiku tiga bulan lagi." kata Mirna.

"Oke. Nanti aku akan membuktikan ke kamu kalau aku serius menyayangi dan mencintaimu, sayang." jawab Steven sambil berdiri, lalu berjalan mendekati tunangannya itu untuk mencium pipinya hanya untuk meredam amarahnya. Mirna sekarang tersenyum-senyum ketika Steven mencium pipinya.

"Serius nggak tuh?" goda Amanda.

"Nda, jangan bicara seperti itu lagi ya." kata Mirna dengan serius ke Amanda. Amanda tersenyum-senyum.

"Kalau kamu ulangi lagi, aku juga nggak akan bakalan nraktir-nraktir kamu lagi, titik." ancam Mirna.

"Iya...iya...neng. Maapin akuu! Aku cuman bercanda kok neng." jawab Amanda dengan tersenyum-senyum. Mahasiswi-mahasiswi Jurusan Tata Busana sekarang mengerubuti Amira untuk berfoto-foto bersama dan meminta tanda tangan. Suasana pesta kelulusan masih rame. Sekarang grup band Kotak menghibur para pengunjung pesta kelulusan dengan lagu-lagu keren pilihannya.

"Mir, lihat tuh." kata Amanda ke Mirna.

"Apa'an sih, Nda?" tanya Mirna.

"Si model kampungan itu sedang dikerubutin adik-adik tingkat, Mir." jawab Amanda.

"Halah...gombal. Menang karena pake susuk aja senang. Tunggu pembalasanku." geram Mirna. Mirna tidak terima dengan kemenangan Amira di kontes Miss Fashion & Designer 2017 kemarin. Mirna merasa Amira memakai susuk untuk mengelabui para juri.

"Siapa sih model kampungan itu, Nda?" tanya Steven pura-pura nggak ngerti untuk curi-curi pandang lagi.

"Mana sih si model kampungan itu, Nda?" tanya Steven.

"Amira, Stev. Itu dia sedang berfoto-foto dengan cewek-cewek berjas Almamater,." jawab Amanda.

"Heleh. Dekat aja nggak tahu," kata Amanda ke Steven yang mulai mencuri kesempatan.

"Suer aku nggak tahu, beib." jawab Steven pura-pura.

"Beib, pandanganmu ke dia sebentar aja. Jangan lama-lama." ancam Mirna dengan memegang dagunya Steven untuk dihadapkan ke wajahnya. Tidak beberapa lama kemudian, Pak Banu berjalan mendekati Mirna. Amira masih sibuk dengan adik-adik tingkatnya.

"Hai kalian semua. Apa kabar?" sapa dan tanya Pak Banu kepada Steven, Mirna, dan Amanda. 

"Baik, pak." jawab mereka bertiga serentak.

"Gimana kabar Bapak sendiri?" tanya Mirna.

"Alhamdulillaahh...baik-baik saja." jawab Pak Banu.

"Boleh saya duduk?" tanya Pak Banu.

"Silakan, Pak." jawab Steven sambil berdiri dari kursinya untuk mempersilakan Pak Banu mendudukinya.

"Terima kasih." ucap Pak Banu.

"Kamu Steven kan?" tanya Pak Banu kepada Steven.

"Iya, Pak." jawab Steven dengan tersenyum dan membungkukkan badannya sejenak ke Pak Banu untuk menghormatinya.

"Maaf, saya merepoti kamu, Steven." kata Pak Banu kepada Steven.

"Nggak apa-apa, Pak." jawab Steven. Mirna dan Amanda sejak tadi memandangi Pak Banu dengan muka cemberut.

"Langsung aja, Pak." kata Mirna sewot.

"Ada perlu apa Pak Banu datang kemari?" tanya Mirna.

"Maaf sebelumnya ya Mirna dan Amanda kalau kedatangan saya ke sini hanya untuk menyampaikan informasi yang sangat penting." jawab Pak Banu. 

"Informasi apa itu, Pak?" tanya Amanda.

"Bali Model Contest," jawab Pak Banu.

"Maksudnya apa, Pak?" tanya Amanda lagi. Mirna melihat Pak Banu dengan cemberut dan sewot.

"Satu bulan lagi di Bali akan diadakan kontes Model. Hadiahnya besar banget. Nih selebarannya." jawab Pak Banu dengan memberikan selembar selebaran berisi informasi mengenai Bali Model Contest ke Amanda. Mirna masih melihat dengan sewot dan cemberut. Amanda segera membacanya dengan seksama sambil sesekali meminum es jus alpukatnya.

"Amira tadi bilang nanti dia ikut." kata Pak Banu.

"Mir, ini kesempatanmu balas dendam." sahut Amanda. Mirna diam dengan berpikir.

"Ayo ikutan juga, Mir. Balas kekalahanmu dulu dong." desak Amanda.

"Iya....iya...ngotot amat sih kamu, Nda?" jawab Mirna.

"Horeeee....akhirnya dendam terbalaskan juga," kata Amanda dengan berteriak cukup keras dan bertepuk tangan.

"Ssssstttt....berisik amat sih." celetuk Mirna kepada Amanda.

"Sori!" jawab Amanda.

"Gimana, Mirna? Apa kamu ikut juga?" tanya Pak Banu.

"Ikut aja, beib. Ini kesempatan emas buat kamu orbit." kata Steven pura-pura menyemangati tunangannya itu agar bisa melihat Amira lagi. Mirna terdiam, karena mendengarkan perkataannya Steven.

"Kamu juga bisa balas dendam kekalahanmu dulu, beib." kata Steven lagi sambil memijit-mijit bahu Mirna.

"Betul." sahut Amanda.

"Oke, aku ikut, pak." jawab Mirna.

"Kalau kamu, Amanda?" tanya Pak Banu kepada Amanda.

"Aku nggak ikut, pak." jawab Amanda.

"Kenapa? Ini bagus buat meniti karir di bidang model sama seperti kontes kemarin, karena nanti pasti dihadiri fotografer-fotografer dan agen-agen model seluruh dunia. Pemenang 1, 2, dan 3 nanti juga akan diikutkan dalam kontes model di Paris. Ini kesempatan untuk mendunia juga," tanya dan jelas Pak Banu.

"Aku fokus ke usaha butik aja, pak." jawab Amanda.

"Untuk urusan merancang busana atau gaun yang akan ditampilkan nanti, saya sudah tidak berhak mengarahkan dan membantu lulusan, karena itu sudah di luar tanggungjawab saya." jelas Pak Banu lagi.

"Kalau cuman konsultasi, pak?" tanya Mirna.

"Juga tidak diperbolehkan." jawab Pak Banu.

"Baik, pak." jawab Mirna dengan tegas sambil mengangguk.

"Oke, selamat bersenang-senang dan good luck, Mirna! Tetap semangat ya." Pak Banu berpamitan kepada Mirna dengan menyalaminya, lalu menyalami Amanda dan Steven.

"Terima kasih, pak." jawab Mirna.

"Sama-sama." balas Pak Banu. Tidak beberapa lama kemudian, Pak Banu berdiri dari kursinya, lalu dia meninggalkan Mirna, Steven, dan Amanda.

"Nda, meskipun kamu nggak ikut kontes, kamu temenin aku ya." kata Mirna kepada Amanda.

"Aku sibuk dengan butikku, Mir. Maaf ya aku nggak bisa temenin kamu." jawab Amanda.

"Nggak mau duit 5 juta dan makan-makan enak dengan menginap di hotel berbintang lima? Jalan-jalan di Bali? Dua minggu loh ini, Nda." Mirna menggoda Amanda.

"Hehehehe....oke dech kalau begitu, Mir." jawab Amanda dengan tersenyum-senyum.

"Amira, tunggu pembalasanku!" kata Mirna dengan geram kepada Amira.

avataravatar
Next chapter