1 The DeepDarkSide

Axenor Orvein D.

Nama ku.

Roh Pria berambut putih panjang sampai paha atas ku, mata berwarna seperti lava menyala dengan maniknya seperti mata kucing, telinga runcing tapi tidak terlalu panjang. Pemimpin seluruh Clan DeepDarkSide.

Simpan dalam otak mu, kalau aku kejam, arogan, haus darah, dan tidak berbelas kasih. Jangan lupakan itu.

Kastil besar ku ada di titik paling dalam alam. Dasar jurang paling dalam. Hanya Berisikan makhluk-makhluk menyeramkan penggila darah dan para pembunuh. 80persennya pria dan sisanya wanita. Cantik-cantik mereka.

Aku memimpin 9Clan DeepDark disini. Yang setiap hari hanya menanyakan tentang target mereka selanjutnya.

Jangan bilang pada mereka,

Tapi,

kadang aku sendiri muak pada mereka.

Yeah..

Beginilah...

----

Hari ini hari Ke-2 minggu ini eh? Gumam ku di dalam ruang kerja. Semoga saja hari in-...

*Brakkkk*

2 elf pria membuka paksa pintu ruang kerja ku dari luar. Membuat ku tak sengaja mencoret surat yang sedang ku tulis karna kaget. Sialan.

"Jangan bilang kal-..."

"Tuan ku.. Dia masih menolak melepaskan mangsa ku. Padahal ini sudah 1 minggu!" ucap salah satu dari mereka.

"Tuan, tidak ada perjanjian waktu saat Taruhan Kesepakatan waktu itu. Jadi hamba tidak merasa salah." balas satunya lagi.

Dan mereka melanjutkan debat mereka sendiri. Aku hanya bisa memegangi kepala ku sendiri diatas meja dengan menunduk.

Saran ku di pagi-menjelang-siang hari ini, 'Cintai hidup mu. Jangan buat pusing makhluk lain hanya karna lahan tanah ternak hewan liar.'

Ini harus cepat ku selesaikan. Sialan..

<Author's POV>

Siang hari jatuh di jurang DeepDark. Namun, disana seperti tidak ada perbedaan antara pagi dan siang. Penampakannya hanya gelap dan diterangi beberapa obor raksasa dengan api putih-kebiruan. Bagaimana para roh disana bisa melihat dengan jelas?

Bukan urusan Author~hehe~

Kembali ke ruang kerjanya, Axenor masih disibukkan dengan beberapa surat penting yang perlu ia periksa dan tanda tangani. Nafas panjangnya beberapa kali menggema ke sudut ruangan dan sedikit mengisi kesunyian disana.

Tiba-tiba pintu ruang nya kembali terbuka paksa dan seorang pengawal masuk dengan berlari dan terengah-engah.

"T-Tuan...axen..." ucapnya diantara nafas yang berantakan.

"Hmm? Kenapa kau berlari seperti sedang diburu manusia?" Axenor menaikan sebelah alis nya sambil menatap heran pengawal itu.

Pengawal itu memegangi lututnya sendiri sambil masih mencoba memperbaiki nafas dan irama jantung nya, "A....a..."

"B C D E F G.. Bicara yang jelas."

Pengawal itu mengambil nafas panjang terakhirnya lalu lanjut bicara, "Ada.. yang berani menantang Apocallypto tuan..." pengawal itu berdiri tegak dengan tangan kanan di dada kiri nya.

Ekspresi Axenor berubah menjadi sangat serius, "Maksud mu?"

"Ada yang berani melawan Apocallypto karna tidak setuju dengan keputusan beliau yang baru saja dibuat.."

"Putusan baru? Kenapa aku tidak tahu soal itu?" Axenor memasang raut wajah penasaran tapi juga serius, menautkan kedua tangannya diatas meja dan menaruh dagunya disana.

"Putusan Beliau memang belum dikeluarkan secara umum.. Tapi ini berkaitan dengan Raja 12 Dimensi yang baru.."

Kedua mata Axenor melebar tanda terkejutnya, "Bukankah Raja 12 Dimensi yang baru itu baru saja lahir 5bulan yang lalu?"

"Betul tuan.. Dan hamba dengar, yang melawan Apocallypto adalah tetangga kita.."

"Tunggu tunggu tunggu.. Jangan bilang kalau.."

"Ya tuan. Yang melawan Apocallypto, adalah Roanne J. Al Catra. Pemimpin seluruh clan Darkside."

Rahang Axenor terbuka lebar tak percaya, "Pemimpin Wanita yang sangat cantik itu?"

"Iya tuan.. ialah roh pertama yang menentang Apocallypto."

Axenor bersandar ke kursi yang ia duduki, "Seingat ku, memang Dia yang diberi wewenang atas Raja baru kita nanti. Lalu atas dasar apa pula dia berani menantang Apocallypto?"

Pengawal itu geleng kepala, "Hamba belum tahu apa penyebab pastinya. Hanya ini yang hamba ketahui tuan.."

"Hoo. Pantas kau lari kemari seperti dikejar-kejar manusia." Axenor meledek si pengawal.

"Begitulah tuan.. maaf kalau sekiranya mengganggu kesibukan tuan.." pengawal itu membungkuk singkat.

Axenor membuka laci meja nya lalu mengambil kantung kulit kecil yang berisi koin emas.

Ia melempar kantung itu ke pengawal yang sudah bicara panjang padanya. Imbalan sebagai mata-mata eh?

"Untuk mu. Kerja bagus dan Terimakasih sudah memberi tahu ku."

Si pengawal sempat terkejut karena diberi hadiah walau yang ia lakukan hanya memberi tahukan hal sepele. Awalnya ia mengira justru akan dimarahi karna mengganggu waktu Pemimpinnya itu. Ternyata sebaliknya. Bahkan ekspresi Axenor tidak diduga.

Pengawal itu membungkuk dalam, "Terimakasih tuan."

"Pergilah."

Pengawal itu memberi hormat lalu beranjak meninggalkan ruangan Axenor.

Namun, sebelum pengawal itu sampai ke pintu, pintunya sudah terbuka duluan dan masuklah roh yang Kelihatannya adalah seorang Ksatria Elite berpangkat paling tinggi. Dengan baju zirah peraknya mengkilat dibawah lampu ruangan Axenor, ia berjalan dengan tegap menghadap Axenor.

"Tuan.. Maaf mengganggu waktu dan pekerjaan tuan..." ucapnya dingin, memberi hormat pada Axenor.

Axenor berdiri dari kursinya lalu menghampiri ksatria itu.

"Ravenous. Ada apa? Semua baik-baik saja di wilayah atas?" tanya Axenor.

"Sayangnya tidak tuan.."

Dahi Axenor berkerut, "Ada apa?" nada serius dan dingin terdengar dari mulut Axenor.

"Lebih baik kalau tuan ikut dengan hamba untuk bertemu langsung dengan Para Petinggi Roh Atas. Hamba merasa tidak pantas kalau hamba yang menyampaikan nya pada tuan..." ksatria bernama Ravenous itu sedikit menunduk namun tak menatap Axenor sekali pun.

"Tentang calon Raja baru kita kan?" tanya Axenor memastikan dengan menaikan alis kanan nya.

"Betul tuan.. Betul sekali. Kehadiran tuan axen ditunggu Yang Mulia Apocallypto dan Penasehat Tinggi Daglan. Sekarang."

Senyum sinis Axenor muncul entah kenapa, "Aku akan bersiap sekarang. Kau tunggu saja aku di pintu keluar kastil."

Ravenous membungkuk hormat lalu beranjak pergi dengan cepat.

Axenor terdiam sejenak setelah Ravenous keluar ruangan. Ia menatap lukisan Raja Pendahulu yang tergantung di dinding kiri nya.

Dalam lukisan tersebut, tergambar seorang Elf pria dari penampakan samping dan hanya sepinggang nya, dengan rambut hitam sampai tengkuknya, telinga cukup panjang dan lancip yang terdapat beberapa anting bermotif dedaunan dan rantai dari tempat tindikan sampai ujung lancip telinga nya. Memakai Pakaian resmi Ala Elf Tradisional berwarna merah hati. Wajah tampan Raja itu tergambar sempurna meski hanya setengah yang terlihat. Dengan pose seperti sedang mencium pedang yang digambarkan dengan terbalik namun matanya menatap tajam siapapun yang menatap balik gambarnya itu tepat dimata. Bibir merah muda dan mata tajam berwarna seperti samudra. Siapa yang tidak ingin mencium Raja itu? Kalau saja masih hidup tentu saja. Pada pedang Raja itu, terdapat sebuah ukiran cantik dibagian dekat pegangan nya. 'Yvoran Trevor Malient'.

"Yang mulia Malient.. Jika dulu, saat Anda, masih menjabat, banyak hal gila terjadi.. Lantas apa yang akan terjadi dengan Calon Raja baru ini?? Awalnya saja sudah terjadi keributan di Dimensi Atas.. Bagaimana nanti?"

avataravatar
Next chapter