1 Bab 1

"Alhamdulillah. Anak Ummi sama Abi udah pulang. Gimana di pesantrennya, betah?" tanya Sinta--Ummi Gina dengan senyumnya yang terpancar, senang putrinya telah pulang selama 3 tahun belajar di pesantren.

"Iya, Ummi. Alhamdulillah, Gina betah." Gina tersenyum, lalu menyalimi tangan kedua orang tuanya.

"Nanti sekolah jangan nakal, belajar yang rajin." kini Ali--Abi nya yang berbicara.

Gina mengangguk sembari tersenyum. Senang, dia pulang setelah 3 tahun belajar di pesantren An-Nur, namun disisi lain dia sedih meninggalkan tempat yang dipenuhi berkah itu.

"Sekolah SMA nya juga agak jauh dari rumah. Kamu enggak apa-apa kan, sayang?" tanya Sinta.

"Enggak apa-apa kok, Ummi. Gina mau ke kamar dulu, Ummi, Abi."

"Ya sudah, kalo gitu istirahat. Besok mulai sekolah." Kedua orang tuanya mengangguk, mempersilahkan Gina menuju kamarnya untuk istirahat.

***

Hari berganti menjadi senin, di mana semua murid harus melakukan MOS selama 3 hari di SMA Wijaya. Hampir semua siswi memakai seragam yang ketat, rok di atas paha. Melainkan satu orang itu; seorang perempuan yang memakai seragam tertutup, memakai jilbab panjang, yang tak lain adalah Gina.

"Hai." Sapa seseorang pada Gina. "Nama lo siapa?" tangannya terulur ke depan.

"Nama aku Ginasya Raudhatul Ilmi, panggil aja Gina." Gina membalas uluran tangan itu, "kalo kamu?"

"Nama gue Kinan Anjani Putri, panggil Kinan." Jawab Kinan tersenyum, lalu menilik Gina dari atas sampai bawah. "Btw, lo pake seragam beda dari yang lain, loh. Lo enggak gimana gitu, malu?" Kinan mengecilkan volume suaranya, saat mengatakan kata terakhir.

"Enggak kok. kenapa harus malu? aku nyaman." Kinan hanya mengangguk tersenyum, begitu pula dengan Gina.

Mereka berbincang lama menjadi dekat, dan suatu keberuntungan mereka sekelas. Tidak lama semua murid berkumpul di lapangan, sesuai arahan OSIS. Sebagian mendengar baik-baik apa yang OSIS itu katakan. Ada yang mengeluh, ada yang berbicara di tengah yang seharusnya mendengar arahan OSIS, ada pula yang mendengar dengan sabar.

"Aduh panas banget, kapan itu OSIS udahan bicaranya." Kinan menyenggol tangan Gina, sementara tangannya yang satu lagi sibuk mengipasi wajah yang sudah kemerahan itu.

"Ssstt, enggak baik. Dengerin aja baik-baik." Mendengar itu, Kinan hanya mengangguk malas. Sungguh dirinya sangat malas.

Berbanding, Gina tetap menatap ke depan. Mencerna baik-baik apa yang di ucapkan OSIS itu, sampai suatu matanya menatap Kakak kelas yang berjalan di depan dengan tangan yang memegang rokok.

"Lo ngapain, Vin?" tanya Ratna-wakil ketua OSIS.

"Ada yang cantik enggak, sih, di kelas sepuluh sekarang?" Elvin menatap seluruh lapang, terfokus pada barisan perempuan. Sedangkan Gina langsung menunduk, dirinya menjaga pandangan, berbalik dengan Kinan yang berbinar kala melihat Elvin.

"Ganteng banget, Gin, Kakak kelas itu. Eh... eh kok kayak nyamperin ke sini?"

"Ada ibu-ibu anjay," kata Elvin saat mengampiri wanita berjilbab, mulutnya mengeluarkan asap rokok tepat pada wajah dua wanita yang ada dihadapannya.

Kinan menganga tidak percaya, prediksi yang mengira cowok itu baik terhadap perempuan salah besar.

Sedangkan Gina terbatuk, tangannya sibuk untuk menghilangkan asap rokok. Sejenak tatapan mereka bertemu, kala Gina tidak sengaja mengangkat kepalanya. Elvin terpaku pada wajah adik kelasnya itu, namun Gina langsung menunduk dan mengucapkan istigfar dalam hatinya.

*****

avataravatar
Next chapter