"Selamat pagi!" Pintu kaca didorong dari luar. Dengan gaya perlente, Kiki mengibaskan jasnya hingga tersampir di bahu. Kacamata hitam bertengger di hidungnya yang lumayanlah bisa dikatakan mancung. Kalau dibuat gerak slow-motion, memang keren. Tapi bagi mereka bertiga, keren tidak, menyebalkan iya.
Seperti yang pernah Reygan bilang, kiki ganteng. Hanya saja entah kenapa pesonanya nihil.
"Lebay abis. Kayak biasa." Ari berkomentar santai tapi sadis.
"Telat ya gue?" Dia langsung menarik kursi. Duduk di sebelah Sonia.
"Bos kopi mana nih?" Setelah mengabsen satu per saru isi meja.
"Absen. Lagi ke pelosok ngeri. Nyari kopi yang langka."
"Wah, nggak ajak-ajak dia."
"Ngapain ngajak. Yang ada malah ngerepotin." Sonia menyahut setelah menyesap greentea hangat.
"Kok lo sensi mulu sama gue?" Kiki menepuk permukaan meja kaca. "Masalah kita apa ya, Bu Sonia?"
"Sabtu ke Singkapur yuk, Rey?" Ari seenaknya memotong. Membuat Kiki semakin keki.
"Mau ngapain?" Kiki balas memotong.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com