2 1. rasa yang ada

Didedikasikan untuk d

"Kamu yang berhasil membuatku berharap kepadamu. Kamu hebat dengan caramu dan aku menyukaimu. Walau kamu tidak, tapi aku tetap menyukaimu"

*-*-*-*

Saat itu, tepatnya 2 tahun yang lalu. Aku mengikuti sebuah organisasi di sekitar rumahku. Yang aku diajak oleh teman kakakku. Sebenarnya sudah dari lama aku ingin ikut. Aku mengajak temanku untuk ikut juga.

Rencananya setelah lulus SD aku mengajak temanku kembali. Eh, ternyata temanku sudah bergabung beberapa bulan yang lalu tanpa mengajak aku. Dia malah mengajak temannya.

Akhirnya aku sempat marah padanya. Karena dia sudah janji akan masuk bersama-sama. Dan aku sudah tidak bersemangat lagi mengikuti organisasi itu.

Akhirnya, teman kakakku mengajakku untuk bergabung. Teman kakaku, juga tetanggaku. Jadi kita dekat. Dan akhirnya aku masuk dalam organisasi itu. Dan aku berbaikan lagi dengan temanku yang tidak tepat janji itu.

Iya, dulu kan aku masih kecil. Cepat marah cepat baikan. Tapi, jika diingat-ingat lagi. Kejadian itu menjadi humor. Yang aku menilai diriku sendiri sedikit lebay.

*-*-*-*

Saat itu juga aku bertemu dengannya. Dan dia yang baru bertemu aku. Mungkin, dia tau aku, karena aku anak baru. Tapi aku, sudah lama tau dia. Tapi entah, aku tak tahu dia mengenalku atau tidak waktu itu.

Awalnya aku tak ada rasa. Tak ada sedikitpun. Dan aku masih tertuju pada teman sebayamu yang lebih tampan darinya. Iya, temannya. Dia, adalah 'r.

Karena dia tampan dan pintar. Sangat keren. Sangat sukanya, aku sampai menulis namanya di setiap lembar terakhir buku ku. Tentang nya, bagaimana dia. Aku tulis semua.

Tapi setelah aku tau dia sedang menyukai temanku. Rasa itu hancur dan tidak ada lagi. Aku yakin tidak ada lagi.

Tapi aku tidak merasakan sakit. Aku tidak galau seperti diriku yang sekarang. Aku tidak berusaha move on untuk melupakan dia. Rasa itu hilang dengan sendirinya.

Dan aku tau, aku bukan harus menamakannya suka, apalagi cinta. Hingga aku semakin tau, bahwa perasaanku dengannya yang demikian ternyata hanya sebatas kagum. Iya kagum, kagum yang lebay.

*-*-*-*

Dear kamu, iya kamu.

Tapi akhirnya hatiku memilihmu untuk singgah. Hanya singgah di hatiku. Tapi sayangnya kamu tidak tahu.

Ingin rasanya aku memberi tahumu. Tapi aku tidak mau semua itu cepat berlalu. Akhirnya aku memilih bungkam dan menetapkan perasaanku waktu itu hanyalah kagum semata.

Kamu, cowok yang menurutku keren. Berani berbicara di depan umum tanpa ragu dan terpatah-patah. Aku sangat ingin sepertimu. Kamu pintar, dan aku kagum terhadapmu.

Tapi saat itu, kamu belum seperti dirimu yang sekarang. Memang, kamu bukan seorang ketua. Tapi aku sudah kagum terhadapmu. Bagaimana jika kamu menjadi ketua, mungkin aku suka.

Jika ditanya. Mengapa aku menaruh kagum terhadapmu. Aku akan menjawab banyak alasan. Kamu keren, kamu hebat, kamu pintar. Dan aku kagum itu, aku benar benar kagum terhadapmu dan kinerjamu.

Dan saat itu, kamu tipe idamanku. Seorang cowok yang pintar dan bijak akan kalah dengan cowok yang lebih tampan darimu.

Aku merasa, aku hanya kagum terhadapmu. Kamu hebat dan kamu tipe ku. Kamu yang membuatku nyaman dengan perasaan kagum. Kamu yang membuatku ingin dekat dengan perasaan kagum. Hanya kagum.

Sebenarnya dan memang benar.

Banyak cowok yang lebih tampan di luaran sana yang bisa aku kagumi, yang bisa aku sukai, yang bisa aku cintai. Tapi entah, hari ini memilih kamu. Hati ini lebih menguatkan bahwa perasaan memilih kamu. Iya kamu, kamu yang saat ini ada di relung hatiku.

Apakah kamu mengerti, perlakuanmu sangat menyakitiku. Sebenarnya sangat sakit mencintaimu. Tapi hati ini nakal, dia tak mau melepas rasa atasmu.

Kamu jangan menyalahkan dirimu. Dan juga jangan menyalahkanku. Cinta itu fitrah, wajar adanya. Karena aku masih manusia. Kamu juga pasti merasakan cinta.

Sakitnya, orang yang aku cintai mencintai orang lain. Orang yang aku sayangi menyayangi orang lain. Orang yang ingin aku miliki menginginkan orang lain.

Sungguh sakit mencintaimu. Tapi aku menikmatinya, sungguh menikmatinya. Tolong jangan hancurkan perasaanku padamu dengan sikapmu.

Dirimu nyata, tapi terasa fatamorgana. Memilikimu hanya angan yang sangat memilukan. Aku hanya bisa berdoa pada penciptamu. Aku tidak ingin memilikimu, karena kamu milik Allah. dan aku juga milik Allah.

Aku berharap, ketika aku menunggu, kamu memperjuangkan. Ketika aku mendoakanmu, kamu mengamininya.

Tapi aku sadar, kamu sedang memperjuangkan orang lain yang saat ini ada di hatimu. Kamu mengamini doa orang lain yang selalu terlintas di pikiranmu.

Jika waktu bisa di ulang. Lebih baik aku tidak bertemu denganmu, lebih baik aku tidak mengenalmu, supaya rasa ini tak hadir dan tak mengundang banyak lara yang datang.

Tapi aku tak menyesali pertemuan kita. Kisahku kini, akan menjadi pelajaran. Karenamu juga, aku jadi lebih berhati-hati untuk menaruh rasa pada seseorang.

Terimakasih, kepada kamu yang telah menyakitiku. Terimakasih, karenamu aku jadi bisa menghargai diriku sendiri.

Tapi ini bukan epilog, ini prolog dan sesikit spoiler kisahku, rasaku, sakitku ketika mencintai kamu. Tapi kamu tak tahu bagaimana perasaanku.

Yang kamu tau, aku cinta kamu. Dan aku juga tak tahu bagaimana perasaanmu. Yang aku tau, kamu menjauh dariku.

*-*-*-*

Dialog hati

"Sejak pertemuan itu, awalnya aku tak ada apa apa. Namun dirimu lah yang membuat perasaan ini semakin mempertanyakan 'kenapa?'.

Dan saat itu, aku masih mengatasnamakan 'kagum'. Kamu, dengan mudahnya membuat hatiku memilihmu. Kamu, yang membuatku semakin yakin bahwa sesosok yg ada di hatiku adalah kamu. Kamu, seorang yang sangat aku kagumi. Dan sekarang, kagum itu menjadi cinta yang memilukan.

Kamu yang berhasil membuatku berharap kepadamu. Kamu hebat dengan caramu dan aku menyukaimu. Walau kamu tidak, tapi aku tetap menyukaimu.

Sampai saat ini kau masih menyakitiku. Sebenarnya kamu baik, hanya saja aku yang terjatuh karena harapanku sendiri.

Semoga saja perasaan ini bisa di ajak kompromi. Semoga saja lara yang menetap di hati segera sembuh. Semoga saja luka yang membara segera membaik. Dan semoga saja kamu bisa menjauh pergi perlahan, tanpa membuat hatiku benar-benar sakit.

Apakah kamu serius dengan kata-katamu. Apakah kamu sebegitu jijiknya padaku. Apakah kamu sebegitu bencinya padaku. Aku menyesali perbuatanku sehingga kau tau.

Jika aku tetap bungkam, semua ini tak akan terjadi. Walaupun dengan bungkam, luka yang ada tak akan sembuh karena terus di tutupi tanpa di obati.

-edisi suara hati-

Sampai kapan?

- saat itu, aku masih tidak peduli kapan rasa ini akan berlangsung. Sampai kapan rasa ini akan menetap. Dan sampai bagaimana rasa ini tumbuh dan menggebu.

- dan memang saat itu perasaanku berkata 'kagum' dan kamu yang membuatnya semakin membesar hingga berkembang menjadi rasa 'cinta'.

- aku tak menyalahkanmu atas hadirnya perasaanmu. Tidak ada yang menyakitiku, aku hanya terluka oleh harapan ku sendiri.

- kamu telah menyakitiku beberapa kali karena perkataanmu.

- kamu baik. Alasanmu menjauhiku juga untuk kebaikanku. Tapi baikmu sangat menyakitkanku.

-ysmn

SURABAYA

3 NOVEMBER 2020.

---------------------------------------------------------------------

avataravatar
Next chapter