webnovel

Gara-gara Mimpi

Author: Rinianza
Urban
Ongoing · 19K Views
  • 12 Chs
    Content
  • 5.0
    17 ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

“Lelaki itu yang ada di mimpiku semalam, tetapi sikapnya berbeda jauh dengannya. Apa maksud semua ini, mengapa bisa terjadi?” Feni Alona baru saja membicarakan Egy Reimbaka, seorang senior supervisor yang sangat dingin dan arogan. Dia tidak menyangka bisa bertemu di dunia nyata dengan laki-laki yang ada dimimpinya. Hal buruk terjadi begitu cepat padanya. Egy selalu bersikap berbeda saat berhadapan dengan Feni dan karyawan lainnya. Lelaki itu bisa melonggarkan peraturan kepada yang lain, tetapi tidak pada Feni. Sementara itu, Leo Putrawan karyawan pindahan dari divisi yang berbeda lebih menghargai dan bersikap lebih baik pada Feni. Feni yang semula bersikap baik dan menghormati atasannya itu, lama-lama mulai terusik karena Egy sering kali bertindak diluar batas kesabarannya. Namun, ketika Feni mulai tidak peduli dan melawan, Egy malah mengubah sikapnya menjadi lebih baik. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Bagaimana nasib Feni selanjutnya?

Chapter 1Siapa Dia?

"Umm maaf, silahkan jika kamu memerlukan buku ini," lelaki itu tersenyum pada Feni.

"Ah benarkah? Kamu sendiri nanti bagaimana?" Feni merasa jengah.

Sekali lagi lelaki tersebut melempar senyum termanisnya yang membuat jantung Feni merasa luluh lantah.

"Tenang saja, aku bisa mencari di tempat lain, atau menunggu cetakan berikutnya. Ini ambil," ujarnya mengalah.

Tentu saja Feni merasa terkesima dengan sikap lelaki dihadapannya itu. Tidak hanya tampan, dia juga bijaksana dalam bersikap.

"Te-terima kasih ya."

"By the way siapa namamu?" tanya sang lelaki.

"Aku Feni. Namamu siapa?" Feni balik bertanya dengan cepat.

Kringgg kringg

Sontak Feni terjaga dari tidurnya. Sedikit demi sedikit kedua matanya terbuka dan mengintip ke arah jam dinding yang terpasang tepat di depan tempat tidurnya.

Segera Feni mematikan alarm jam yang sejak tadi berdering di atas meja nakas. Dia pun beranjak ke kamar mandi untuk bersiap membersihkan diri.

Ini adalah hari pertamanya bekerja, setelah tiga bulan dirinya melakukan training disebuah perusahaan periklanan yang cukup terkemuka, Emerald Advertising. Hari ini dirinya mulai bekerja nyata. Feni sangat antusias, karena setelah menjadi anak training, sekarang ia menyandang status sebagai seorang karyawan.

Srot srott.. Aroma parfum mulai merebak di area kamarnya yang dingin. Pakaian khas wanita karir menambah dewasa penampilannya. Tidak lupa sebelum beranjak Feni selalu tersenyum di depan cermin, lalu menarik shoulder bag miliknya dengan cepat.

Ceklek

Pintu kamar pun tertutup. Feni melangkah cepat menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk segera sarapan bersama.

"Loh Papah dan Mira kemana, Mah?" tanya Feni.

"Papah dan Adikmu sudah jalan tadi. Katanya Mira ada kelas pagi. Dosennya selalu datang tepat waktu. Kamu tadi dipanggilin kan," seru sang ibu.

"Iya aku kesiangan nih. Aku juga harus segera berangkat Mah. Kalau terlambat, bisa tercoreng wajahku sebagai anak training teladan. Dahh Mah."

"Hei.. heii.. Ampun deh Feni habiskan dulu makanan dimulutmuuu."

Wuuzz, secepat kilat Feni sudah keluar dari gerbang rumahnya. Pokoknya hari ini dia tidak boleh terlambat. Hari pertama, menentukan sudut pandang para penghuni kantor kepadanya. Jika dia memberikan kesan buruk hari ini, maka seterusnya orang akan menganggapnya seperti itu, dan begitupun sebaliknya.

Bus, taksi, atau kendaraan beroda empat lainnya tidak menjadi pilihan Feni untuk saat ini. Dia lebih memilih kendaraan beroda dua agar lebih mempersingkat waktu dan tentu saja menyelamatkannya dari kemacetan.

"Jalan Kemuning, komplek Emerald bang," celoteh Feni sambil memasang helm di kepalanya.

"Oke siap Neng, berangkat," jawab sang supir.

Kendaraan beroda dua itupun langsung menembus lalu lintas yang sudah tampak riuh di setiap sudut kota. Mereka semua mempunyai tujuan yang sama, yaitu melakukan aktivitas bekerja di tempatnya masing-masing.

Jujur saja Feni merasa sedikit was-was saat motor melaju dengan cepat atau meliuk-liuk mencari celah jalan untuk keluar dari perangkap antrian kendaraan lain. Namun, kali ini Feni tidak dapat protes. Dia sepakat dengan keputusan sang supir, karena dirinya juga membutuhkan waktu.

Setelah empat puluh menit berjibaku di tengah keramaian ibu kota, akhirnya pemandangan gedung kantornya terlihat. Sesekali, Feni melirik jam tangan. Mencoba menghitung perkiraan waktu yang dibutuhkan olehnya sampai tiba di meja kerja.

"Nih ongkosnya. Makasih bang," ucap Feni cepat.

"Oii.. oii Neng," teriak sang supir.

"Apalagi? Ambil aja deh kembaliannya, waktu saya mepet nih."

"Neng itu yang dikepala jangan ikut dibawa. Tekor saya, walaupun kembaliannya diambil," ungkap sang supir polos.

"Hah! Ckk.. sorry bang. Nih helm kerajaannya."

Sejurus kemudian Feni langsung ambil langkah kaki seribu menyusuri area parkir dan halaman gedung kantornya yang luas. Walaupun dirinya masih sedikit tenang melihat lalu lalang karyawan lain yang artinya jam kantor belum berlangsung, tapi tetap saja perasaannya tidak tenang jika belum sampai di ruang kerjanya.

Tap tap tap..

Feni terus melangkah dengan gusar. Bagaimana jika nanti dia dibully saat tiba diruangan karena terlambat. Pikirannya terpecah hingga konsentrasinya buyar.

Bruk

Feni menabrak seseorang yang baru keluar dari lift. Seorang laki-laki yang tentu saja terkejut dengan kemunculan Feni dihadapannya.

"Maaf, maaf.." ucap Feni sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak usah buru-buru Mba. Belum terlambat kok."

"Ini filenya. Sekali lagi maaf," Feni memberikan file yang terjatuh.

Lelaki itupun menerima sambil sedikit menertawakan tingkah Feni yang gugup dan kelimpungan. Setelah itu, Feni langsung beranjak sebelum pintu lift dihadapannya itu tertutup sempurna.

Ting

'Huft akhirnya sampai juga di lantai ini. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi besok. Bahkan hari ini aku tidak tahu jadwal anak baru apa, bisa-bisanya aku datang mepet waktu gini,' gumam Feni.

Ceklek

"Fen, akhirnya kamu datang juga. Cepet absen nih di komputerku. Habis ini kita mau ke ruang meeting. Biasalah anak baru selesai training, harus dibriefing dulu kali."

Netra Feni melebar, baru saja sampai ruangan. Dia harus bersiap kembali menuju ruang meeting. Tanpa menunggu lama lagi, Feni langsung memasukkan nomer identitas karyawan yang sudah ia dapatkan setelah masa training berakhir.

"Mau ngapain lagi sih kita, La. Bukannya pas training udah banyak banget tuh yang disampaikan para petinggi perusahaan ini."

"Mana aku tahu. Beda lagi mungkin. Sekarang kan kita sudah ada di divisi, jadi ada informasi tambahan lagi tentang pekerjaan kita."

Shaula atau kerap disapa Ola merupakan teman seangkatan Feni sejak masa training. Hingga kini mereka selalu bersama dan ditempatkan pada divisi yang sama. Mereka sering bercerita dan berkeluh kesah tentang dunia baru yang sedang mereka geluti saat ini.

Ola memiliki karakter yang bertolak belakang dengan Feni. Dia lebih detail, terorganisir dan realistis. Berbeda dengan Feni yang lebih cuek, sembrono dan serba dadakan. Padahal dia harus bekerja di divisi perencanaan yang menuntut semua terancang dengan baik. Biar bagaimanapun, Feni harus merubah sikap demi keselamatan karirnya di industri periklanan.

Feni, Ola dan kelima karyawan lain yang berada di satu divisi memasuki ruang meeting. Baru buka pintu dan maju satu langkah saja hawa dingin dari pendingin ruangan itu membuat kulit Feni mengkerut.

'kenapa ruangan yang tidak terlalu besar ini, tidak dikecilkan sih pendingin ruangannya? Bikin meriang saja,' gumam Feni sambil melirik kearah benda persegi di dinding atas.

Beberapa menit menunggu sambil menyiapkan peralatan tulisnya, Feni dan Ola tampak saling berbincang sambil sesekali tertawa. Seperti biasa, kedua sahabat yang baru dikenal itu sering kali bertukar cerita lucu yang terjadi pada diri mereka masing-masing.

Ceklek

Seketika suasana hening saat suara pintu ruangan dibuka oleh seseorang dari luar. Dua laki-laki layaknya eksekutif muda masuk ke dalam ruangan sambil menyapa.

"Selamat pagi semuanya."

"Selamat pagi.." jawab seluruh peserta meeting.

Satu dari mereka, hanya Feni yang hanya terdiam dan terpaku memandang sosok salah satu pria yang baru saja masuk. Sosok pria dengan garis wajah yang tegas, sorot mata tajam, postur tubuh tinggi dan atletis berdiri dihadapan para karyawan baru.

Glek

'Hah, lelaki itu. Dia yang ada dimimpiku semalam. Kenapa bisa semua ini menjadi nyata? Siapa dia?' gumam Feni tegang.

**

You May Also Like

Ketika Cinta Menemukan Tuannya

"Aku Mencintainya, walaupun aku tahu kalau itu berbahaya! " ............... Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang wanita asal Indonesia yang memiliki pengalaman buruk akan cinta. Calon suaminya terpaksa harus menikahi sepupunya disaat undangan pernikahannya sudah tersebar. Ditengah ke malangan nya itu, ia melarikan diri ke Korea Selatan. Di Hari pertamanya ia malah bertemu dengan Kim Lion yang merupakan lelaki kejam yang berkuasa di Seoul. Kim Lion menjalankan perusahaan milik keluarganya sebagai CEO di KI Grup yang merupakan salah satu perusahaan paling berpengaruh di Korea Selatan. Sayangnya, Kim Liom adalah lelaki sombong yang menganggap dirinya paling sempurna sehingga tidak ada wanita yang pantas untuk menjadi pendampingnya. Suatu hari Kim Lion bertemu dengan gadis yang aneh dan terlihat sangat biasa. Gadis itu adalah satu-satunya wanita yang membenci Kim Lion karena selalu mengusik hidupnya yang tenang, dia adalah Nana perempuan mungil asal Indonesia yang tidak cantik dan tidak juga jelek. Semenjak bertemu dengan Nana, Lion pun merasa resah dan tidak tenang karena ia selalu memikirkan Nana seperti orang gila. Kim Lion menggunakan segala cara agar Nana menjadi miliknya sehingga pada suatu hari, Nana terpaksa menjadi pelayannya. Kim Lion tahu kalau dia jatuh cinta sama Nana, namun dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya. .......................................................................... "Dasar Iblis, apa yang kamu inginkan dariku?". Nana melotot ketika melihat Kim Lion memblokir tubuhnya di dinding kamar mewah itu. "Kenapa kamu selalu menolakku?". Wajah Lion semakin mendekat sehingga Nana merasa Frustasi. "Kenapa aku harus menerima Iblis sepertimu?". Nana memberanikan diri menantang tatapan jahat Kim Lion. "Karena Aku adalah Kim Lion. Lelaki tampan dan kaya raya yang dipuji oleh semua wanita. Jika kamu bersamaku, maka aku pastikan akan membuatmu menjadi wanita paling beruntung. Bagaimana?". Jawab Kim Lion sambil tersenyum licik. ......................................................................... Bagaimana dengan Nana? Akankah Dia mau hidup bersama lelaki kasar dan sombong seperti Kim Lion? Atau, dia memilih lelaki lain yang merupakan musuh sekaligus sahabat Kim Lion yang super baik dan tampan?. Temukan jawabannya dengan mengikuti setiap bab di novel ini. Kalau Kalian suka, jangan lupa dukung novel ini dengan memberi Power Stone sebanyak-banyaknya. Dan tulis pendapat kalian di kolom review dan komentar agar saya bisa memperbaiki yang salah. Satu Power Stone dan Komentar atau Review dari kalian adalah penyemangat saya untuk menulis. Happy Reading! Instagram. @azzahra_tina mampir Juga di Karyaku yang Lain. 1.Istri Kecil Tuan Ju 2. Pelengkap Hidupku. 3. Flower Of Evil

Tinaagustiana · Urban
4.9
1120 Chs

Sang Seniman Bela Diri yang Beralih Menjadi Konglomerat Film

[Industri Hiburan + Wanita Utama yang Kuat + Cerita Menarik + Identitas Tersembunyi] Pemimpin Muda Sekte Tang, Tang Shu, yang mahir dalam Teknik Racun dan Senjata Tersembunyi, telah tertransmigrasi dan menjadi pendatang baru tingkat 18, debut sebagai aktris pendukung. Setelah acara variety show disiarkan: Haters: "Aku sebenarnya menganggap Tang Shu itu cukup menggemaskan. Ada yang salah dengan aku?" Ketika Lembaga Penelitian Teknik Mesin Nasional mengumumkan: Miss Tang adalah konsultan penelitian kunci yang kami tunjuk. Haters: "Apa????" Ketika seorang ahli pengobatan Tiongkok yang berwibawa mengungkapkan selama wawancara: Pengembangan jenis obat baru sangat berhutang pada Tang Shu. Haters: "Bukankah ini terlalu kebetulan?" Ketika Departemen Restorasi Porselen dengan terang-terangan menyatakan: Tidak ada yang melebihi Tang Shu dalam bidang restorasi porselen dan kaligrafi serta lukisan. Haters: "Apakah lotus putih ini menjadi sedikit terlalu memabukkan?" Ketika seorang big V Weibo dengan jutaan penggemar tanpa sengaja menunjukkan wajahnya selama siaran langsung... Para haters semua menyatakan bahwa pikiran mereka terpukau! *** Jing Yu, anak kesayangan surga, selalu mempunyai cengkeraman besi dan karir yang sukses sampai— dia bertemu dengan Tang Shu. Di dalam bioskop, setelah menonton empat atau lima film berturut-turut, dia menyadari orang yang duduk di sebelahnya tidak berubah, menikmati popcorn dengan sangat lahap. Tenggorokan Jing Yu bergerak sedikit; wanita ini sedang merayunya. Berhadapan di sebuah kedai kopi, dia secara acak mengeluarkan sedotan dua sisi dan meletakkannya di cangkirnya. Mata Jing Yu merah; wanita ini pasti sedang merayunya!

Rain Chen Zhenzhen · Urban
Not enough ratings
587 Chs

Pernikahan Elite Penuh Cinta: Suami Licik, Istri Manis Penyendiri

Wen Xuxu adalah seorang wanita ulet, berbakat, cerdas dan berani yang diasuh oleh keluarga Yan pada usia empat tahun ketika dia kehilangan kedua orang tuanya. Dibesarkan untuk menjadi penerus konglomerat besar, Yan Rusheng adalah seorang pria penyendiri, cerdas dan sombong yang merupakan seorang bujangan paling dicari di ibu kota. Meskipun tumbuh bersama, keduanya seperti saling memperlakukan dengan buruk. Wen Xuxu mengecap Yan Rusheng sebagai seorang yang berengsek dan penakluk wanita, sementara di mata Yan Rusheng, Wen Xuxu adalah seorang wanita pemarah. Seiring waktu, mereka saling jatuh cinta, tetapi mereka tetap menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain. Karena sebuah nasib, mereka dipaksa untuk menikah. Dan tidak diketahui oleh orang lain dan Yan Rusheng, Wen Xuxu telah menyembunyikan rahasia yang mendalam selama bertahun-tahun .... Kata kunci: Kekasih masa kecil, Penakluk Wanita, Penyendiri, Belahan Jiwa, Pernikahan Paksa, Anak Yatim, Sekretaris Adegan Manis: Tiba-tiba, Wen Xuxu mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dan menarik pergelangan tangan Yan Rusheng dengan paksa. Yan Rusheng tertangkap basah dan dia kehilangan pijakannya. Dia jatuh di tempat tidur dan kemudian napasnya melambat. Tuan Muda Yan takut bahwa dia mungkin kehilangan kendali atas dirinya dan melakukan sesuatu pada Wen Xuxu ... wanita yang dibencinya. Oleh karena itu dia buru-buru mengangkat kepalanya. Tetapi dia belum sempat bergerak menjauh ketika Wen Xuxu mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke leher Yan Rusheng. "Jangan pergi."

Wei yang · Urban
4.7
1998 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest

SUPPORT