webnovel

Tentang Cinta

Berkat sihir teleportasi Argeta, mereka tiba di kota Uwon. Argeta yang sudah menandai tempat Naga Merah, mereka akan dengan mudah kembali ke sana. Ayu tersenyum puas dan bersiap pergi ke Guild untuk menemui Maruc. Penjaga gerbang mempersilahkan untuk langsung masuk ke kota, tidak perlu bertanya kepada Hunter yang sudah menjadi pembicaraan banyak orang di sekitar kota Uwon. Ayu sendiri tidak tahu sejak kapan dia menjadi begitu dihormati dia selalu ramah sampai-sampai penjaga gerbang baru pun hampir tidak percaya bahwa Hunter peringkat S bisa begitu ramah.

"Dia masih semuda itu sudah menjadi Hunter peringkat tinggi kalau saja aku masih muda, aku ingin sekali menjadi pacarnya."

"Hahaha, mimpimu terlalu tinggi, paman. Aku lebih cocok karena masih muda."

"Kamu pemuda yang tidak punya bakat! Kamu masih muda, tetapi apa yang dapat kamu lakukan dengan sikap pemalasmu, dia tidak akan suka padamu!"

"... Aih, kenapa paman malah marah padaku."

"Sudah diam! Kerja sana ambil minuman untukku!

"Siap, dasar tukang mabuk."

"Dasar bocah! Cepat pergi, huss!"

Mereka bisa mendengar obrolan di antara para penjaga, Hiro kesal dengan itu tetapi dengan tenang dia mengikuti Ayu di sebelahnya. Ayu terkekeh geli mendengarnya sangat lucu. "Ada yang salah dengan otaknya! Dia tidak sadar dengan usianya," kata Hiro bicara sendiri.

"Wow, jangan bilang kamu cemburu karena masalah sepele?" Mokul menyikut Hiro.

"Aku tidak cemburu, hanya aku yang pantas mendapatkannya."

"Mendapatkan apa?" tanya Ayu ke Hiro karena penasaran.

"Ehem, mendapatkan yang aku idamkan, ehem."

Ayu terlihat panik sambil bertanya, "Hiro, apa kamu sakit, kamu harus minum obat."

Semburat merah di pipi Hiro terlihat jelas dan dia tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan Ayu. Sejenak karena pikiran Hiro langsung blank. Entah bagaimana caranya menyatakan cinta pada gadis yang sebenarnya berusia 12 tahun ini, rasanya sedikit sesak di dada dan juga terasa seperti orang aneh yang jatuh cinta pada anak-anak. Hiro tidak ingin disebut sebagai pencinta anak di bawah umur tentunya.

"Aku tidak sakit, jangan panik seperti itu…" Raut wajah itu terlihat semakin cantik hingga relung hati menjerit karena rasa paniknya berdenyut tak menentu hingga ada riak-riak kegembiraan yang datang melihat sebuah senyuman. Ayu terkejut saat melihat raut wajah Hiro yang tiba-tiba terlihat sedih. Mokul menyarankan Ayu dan Argeta ke Guild terlebih dahulu. Mokul ingin mendiskusikan sesuatu dengan Hiro. Argeta mengajak Ayu pergi, meski awalnya Ayu tidak mau pergi, Argeta meyakinkan kalau Mokul dan Hiro ada urusan pribadi antara laki-laki.

"Ikutlah denganku ke bar, aku akan memberimu beberapa saran."

"Aku tidak mau, saranmu mungkin tidak baik. Aku tidak suka pergi ke bar."

"Jangan begitu, kamu akan senang pergi ke sana."

Pemuda ini benar-benar terlalu baik dan disiplin meski belum pernah ke bar. Mokul membujuk cukup lama agar Hiro menurut. Selama perjalanan ke bar, Mokul menceritakan tentang hubungan cintanya dengan Rumia meskipun Mokul lebih tua tetapi mereka saling mencintai.

"Meskipun aku sudah tahu bahwa Ayu sebenarnya masih belum dewasa tapi setidaknya dunianya dan dunia kita memiliki banyak perbedaan. Kamu pasti pernah mendengar bahwa bangsawan berusia 12 tahun itu memiliki ikatan pertunangan." Mokul tersenyum saat orang di sebelahnya terlihat penasaran.

"Aku tidak tahu masalah bangsawan."

"Oke, ayo cepat ke bar, aku akan memberitahumu nanti di sana."

Ini bahkan belum malam tapi bar sudah sangat sibuk dan banyak orang yang tampaknya berdebar-debar dan ada juga wanita yang menemani beberapa pria yang terlihat seperti Hunter. Mokul memilih tempat duduk terjauh kemudian memesan minuman dan daging sapi panggang. Hiro melihat sekeliling lalu menarik napas dalam-dalam, tentu saja tempat seperti bar sangat tidak cocok untuknya.

"Ini pesanan Anda, Tuan Mokul. Bir dan daging sapi panggang yang biasa Anda pesan."

"Terima kasih, nona cantik. Kamu sangat pengertian. Apakah daging ini dibumbui dengan ringan?"

"Tentu saja seperti biasa, selamat menikmati."

"Baiklah kalau begitu, aku suka bar ini sangat mengerti seleraku."

Hiro mengakui bahwa daging sapi panggang ini enak, tapi dia belum pernah minum bir sebelumnya. Dia melihat Mokul dengan rakus meneguk segelas besar bir. "Paaah, enak sekali. Kamu harus mencoba meminumnya."

"Ah, i-iya ..."

Hiro meneguk bir yang memiliki rasa yang tidak jelas karena terasa manis, asam, dan pahit. Mokul tertawa terbahak-bahak ketika melihat Hiro sangat tidak menyukai minuman keras. Mokul merasa Ayu akan beruntung memiliki pria yang tidak suka minum.

"Ashh, aku merasa pusing dan ingin muntah." Mokul mulai berbicara tentang saran untuk Hiro. Saran yang lebih baik adalah menjadi sedikit egois jika perlu menunjukkan kepada Ayu agar benar-benar mengerti arti Hidup, Hiro langsung memelototi Mokul. Hiro menolak jika harus memaksakan diri melakukan hal seperti itu, meski hanya ciuman, tapi Hiro tidak berani melakukan hal bodoh yang berisiko dibenci.

"Ayolah, aku sudah mengatakan bagaimana jika kamu melewatkan kesempatan dan orang lain akan mengambilnya. Bisakah kamu bayangkan jika Ayu jatuh cinta dengan orang lain?"

"Ayu tidak akan jatuh cinta selain padaku!"

"Astaga, kamu tidak tahu cinta sejati, itu sebenarnya sangat menyakitkan. Aku dulu sepertimu, pasti yang aku cinta akan membalas cintaku, tetapi pada akhirnya dia menikah dengan sahabatku. Sial, aku ingat apa yang membuatku sangat marah. Pelayan tolong tambah minuman 10 gelas lagi!" kata Mokul. "Dia adalah gadis tercantik di desaku, aku sangat mencintainya. Sayangnya, sahabatku, dia bergerak cepat, meskipun aku mengenalnya lebih baik! Aku sebagai orang baik memberimu saran. Kamu dengan cara apa pun buat dia jadi milikmu, hek! Sial, kenapa dia memilih pria bodoh itu!"

Hiro mendengarkan dengan seksama nasihat yang mulai berubah menjadi kata-kata kasar, pria dewasa yang sudah masuk kepala tiga ini tidak mudah dimengerti, tetapi Hiro mengerti garis besarnya agar dia tidak menyesal dan salah langkah. Menelan bir secara paksa meskipun rasanya tidak enak. Hiro pernah dengar dengan minum bir semua beban masalah akan hilang, tetapi kepalanya semakin pusing dan perutnya terasa sangat mual dan pada akhirnya, dia kehilangan kesadaran karena dia benar-benar telah mabuk.

Sementara di kantor Guild Master. Ayu beberapa kali melihat ke arah pintu keluar dari kantor Guild Master. Ayu memikirkan kondisi dan khawatiran tentang Hiro karena Hiro belum juga datang meski sudah lama berada di Guild. "Bagaimanapun, tindakan Naga Merah itu salah karena sudah banyak korban. Terutama anggota Asosiasi Guild, mereka tidak akan tinggal diam selama dia masih hidup dan meminta orang untuk menjalankan misi penaklukan Naga Merah," kata Guild Master Maruc. "Argeta, apa Ayu sedang dalam masalah?"

"Tidak. Dia mungkin khawatir karena Hiro belum datang."

"Jadi begitu ya..."

"Guild Master, apa tidak ada cara lain agar kita melepaskan Naga Merah?"

"Tidak ada cara lain jika kita tidak membunuhnya para petinggi akan tetap memburunya, jadi apapun usah kita melindunginya akan percuma saja."

(Update: Rabu, 2 Februari 2022)

Next chapter