webnovel

Misi Yang Gagal

Di daerah kumuh di mana orang-orang buangan tinggal. Kakek Ota sedang melihat kedua cucunya sedang asik bermain untuk menghabiskan waktu mereka. Kakek Ota menyadari bahwa mungkin dia tidak bisa melihat kedua cucunya, tumbuh lebih dewasa. Dia menyadari bahwa dia semakin tua terkadang dia sering sakit. "Ha, kakak cantik datang!" Suara cucunya yang bernama Ruri membangunkannya dari lamunannya.

"Jangan panggil kakak cantik, panggil saja kak Ayu."

"Ehem, kamu cocok disebut kakak cantik."

"Hiro, aku malu kalau dipanggil begitu, aku tidak cantik."

"Siapa yang mengatakan kamu tidak cantik?"

"Aku sendiri."

Suasana canggung antara Ayu dan Hiro telah mereda, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke rumah Kakek Ota untuk membantunya meski hanya dua keping emas. "Semoga ini bisa membantu kakek meskipun tidak banyak tolong terima."

"Ini terlalu banyak, kalian telah banyak membantu kami. Aku tidak bisa menerimanya," kata kakek Ota.

"Tidak apa-apa kakek terima saja, aku senang jika kakek menerimanya," kata Ayu.

"Kakek terima saja kalau tidak nanti Ayu akan sedih," kata Hiro.

Kakek pun menerima dua keping emas, tidak lama kemudian, Ayu dan Hiro berpamitan kepadanya. Mereka berdua akan pergi berburu monster dalam dua hari mereka akan kembali dari menjelajah. Hanya mereka berdua yang menerima permintaan dari Guild. Argeta dan Mokul tidak bisa menemani mereka karena memiliki masalah yang harus diselesaikan sementara Vivian kembali ke Holy Kingdom untuk menemui tuannya.

"Aku heran kenapa tidak ada yang mau menerima permintaan ini," kata Ayu.

"Kamu bisa lihat di gambar, membasmi Goblin di desa tidak membayar banyak tapi misinya cukup sulit karena Goblin suka berkelompok."

Hadiah hanya 5 keping emas dikumpulkan oleh penduduk desa yang mengajukan permintaan. Meski begitu, nilai aslinya adalah 6 keping emas dan telah dipotong oleh Guild sebagai biaya pendaftaran. Penjelasan yang tidak begitu rinci hanya mengatakan bahwa desa itu memiliki 20 rumah dan setidaknya ada pemuda di sana, banyak wanita telah diculik oleh para Goblin. Ayu tidak bisa mengomentari persyaratan Guild tetapi hanya tidak menyukainya karena orang lain meremehkan permintaan tentang penduduk desa itu tidak sepele dan anehnya meskipun desa itu tidak jauh dari kota tetapi para ksatria tampaknya tidak peduli.

"Mereka membunuh pria dan menculik wanita."

"Kita harus cepat ke sana dan membunuh Goblin itu, ayo Hiro, kita harus cepat!"

"Ayo!"

Ketika mereka pergi untuk menyewa kereta kuda untuk pergi ke tujuan mereka sayangnya kereta kuda sedang kosong karena disewa oleh para pedagang. Satu-satunya pilihan yang mereka ambil adalah lari menuju desa. Ayu tidak merasa lelah, lari saja tidak apa-apa begitu juga dengan Hiro yang bisa mengikuti meski harus menguras banyak tenaga. Meski tidak berada di kawasan hutan Nili, masih ada monster yang menghalangi jalan, misalnya serigala dan babi hutan bertanduk. Hiro dengan mudah mengalahkan mereka karena mereka tidak sekuat monster di hutan Nili. Hanya lima monster yang menghalangi jalan mereka setelah itu perjalanan cukup mulus untuk mencapai desa.

"Bagaimana orang bisa tinggal di tempat seperti ini, desa ini tidak seaman Desa Pemula," kata Ayu.

"Tidak semua desa aman, Ayu."

Desa ini dikelilingi tembok kayu namun sayang beberapa bagian sudah rusak dan beberapa rumah sudah hancur. Beberapa warga melihat kedatangan mereka dan langsung menyapa mereka. "Untung kalian datang atau kami tidak tahu harus berbuat apa lagi!" Ayu berusaha menenangkan kepala desa dan warga. Kepala desa menjelaskan bahwa bulan ini monster menjadi sangat agresif ditambah para Goblin mulai menyerang desa mereka terus menerus sehingga sulit untuk diatasi meskipun banyak yang mengatakan bahwa Goblin itu lemah tetapi jumlah mereka sangat banyak. Cara cepat untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menemukan sarangnya. Hiro melihat ke tempat di mana dinding kayu dihancurkan dan jejak para Goblin. Ayu merasa sangat marah ketika melihat banyak noda darah di dinding rumah yang sudah hancur dan bahkan ada beberapa jari di rumah di sudut ruangan.

Hiro mendekati Ayu dan berkata, "Ayu, kita harus mencari sarangnya kalau tidak mereka akan aktif lagi di malam hari."

"Iya..."

Usai berpamitan dengan kepala desa dan warga, Ayu dan Hiro bergegas ke tempat tujuan dengan bantuan bekas jejak dan noda darah, mereka bisa dengan mudah menemukan sarangnya tak jauh dari desa yang hanya berjarak 500 meter. Mereka memasuki gua dengan sangat hati-hati di dalam gua itu tidak terlalu gelap karena ada lumut yang memberi sedikit cahaya di beberapa sisi dinding gua.

Hiro memberi saran untuk bersembunyi seperti sekarang bukanya tidak ada alasan karena Goblin adalah makhluk yang licik, mereka harus berhati-hati. Para Goblin mungkin memiliki sandera untuk melindungi mereka dijadikan tameng. Mereka masuk lebih dalam dan menemukan sesuatu yang mengejutkan bahwa begitu banyak Goblin berkumpul.

Monster tetaplah monster, makhluk rendahan tetaplah makhluk rendahan. Mereka memperlakukan wanita sebagai kelangsungan hidup dan keturunan mereka. Ayu terkejut dengan apa yang dilihatnya, Hiro dengan cepat memeluknya agar dia tidak melihat lebih jauh.

"Diam jangan lihat." Hiro teringat kejadian yang sudah lama ia lupakan sebelum ibunya dibunuh juga diperlakukan seperti itu. Goblin sendiri sebenarnya sama dengan manusia yang memiliki wanita tetapi ada kalanya mereka tidak puas dengan pasangannya, mereka mencari manusia untuk memuaskan keinginan mereka dan membunuh mereka setelah mereka puas dan bermain dengan tubuh mereka sepuasnya. Ayu gemetar bukan karena takut, dia marah dan darahnya bergejolak.

"Shadow Knight, bunuh semua Goblin!"

Shadow Knight melesat dan menebas tubuh para Goblin, bahkan memenggal kepala para Goblin. Para Goblin yang panik mencoba melarikan diri tetapi karena mereka hanya level 25, mereka dibantai begitu saja. Dari 15 perempuan yang tersisa hanya 5. Anak perempuan yang masih sangat muda menjadi korban dan berakhir menjadi mayat yang telah terpotong kedua kaki dan tangannya. "Berhenti!" teriak Hiro saat ada wanita yang langsung bunuh diri saat mengambil tombak Goblin dengan ujung tombak batu yang diasah.

Ayu memang ber-level 100 tapi secara mental tidak mampu melihat hal seperti ini benar-benar sangat mengejutkannya, dia sudah terbiasa melihat monster yang terpotong-potong tapi untuk tubuh manusia terpotong-potong dan bahkan ususnya pecah membuatnya ingin muntah. Hiro merasa mual melihat banyak tubuh perempuan yang dimutilasi dan matanya ditusuk dengan batu runcing. Mereka terlambat jika saja mereka tahu tentang misi seperti ini, mereka akan datang lebih cepat. Keempat wanita itu terlihat sangat kacau sehingga penampilan mereka sangat menakutkan dan setengah dari kelingking mereka hilang.

"Hei, kamu bisa mendengarku! Tolong bicara jangan diam!" Hiro mengguncang tubuh seorang wanita sehingga wanita itu sadar tetapi semua sia-sia, hanya tatapan kosong yang diterima Hiro sebagai balasannya. "Ayu?!" Hiro yang panik langsung menghampiri Ayu yang sedang duduk bersimpuh sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan dan menangis tak henti-hentinya, suaranya tangisannya terdengar nyaring sampai membuat Hiro benar-benar sangat panik

(Update: Senin, 7 Februari 2022)

Bagaimana kalau kalian jadi Ayu terus melihat kayak begitu? Lanjutannya lusa ya!

Next chapter