19 Bab 19 Sebuah tekad

[menjawab host]

Jiwa penderita mengalami pembatasan akibat energi gelap. Dibutuhkan sumber energi sejenis dengan penderita untuk menarik jiwa penderita dari keadaan koma.

Shin memikirkan apa yang dikatakan oleh sistem. Menurut pemahamannya perlu energi yang sejenis dengan ronald. Jika di analogikan ronald membutuhkan donor darah perlu darah sejenis dengannya, dengan tipe darah yang sama. Dan menurut kondisi saat ini hanya keluarganyalah yang bisa memberikan energi sumber tersebut dengan kata lain rora.

Shin kemudian mengalihkan pandangannya ke rora kemudian berjalan mendekatinya. Dia pun memasang ekspresi serius memandang wajah rora. Kemudian tangannya menyentuh tangan rora.

Rora terkejut dengan apa yang tiba-tiba dilakukan shin. Ketika tangannya di pegang oleh shin. Ada perasaan aneh yang melanda hatinya. Semur hidupnya belum pernah ada laki-laki yang melakukan hal tersebut padanya. Perasaan malu, takut, marah namun nyaman. Rora ingin segera melepaskan tangannya dari shin tapi melihat wajah serius shin dia mengerti dan menahannya.

Shin menutup matanya sambil memegang gangan rora. Dalam benaknya dia berkata kepada sistem "system biasakah menganalisis jenis energi sumber orang ini dengan penderita? Apakah ada kecocokan?"

[menjawab host. ]

Energi sumber 90 % cocok. Dapat digunakan untuk menyadarkan jiwa penderita.

Shin membuka matanya dan secercah harapan jelas terpancar dari wajahnya. Dia yang masih memegang tangan rora menariknya dan mendekat menuju ronald. Wajah rora semakin memerah dan tidak bisa untuk membuang mukanya.

Ketika ada didepan ronald shin menyentuh bahu ronald dengan tangan kanannya sedangankan tangan kirinya memegang tangan rora.

"Rora, apa pun yang terjadi jangan melawan dan biarkan energimu mengalir ke roland melalui aku"

"Sistem mulai eksekusi "

[mulai menyembuhkan penderita]

[dalam proses... 0%]

1 % ....

Prosesnya lambat yang membuat shin merasa jengkel. Sampai kapan ini akan selesai?

Disisi lain rora wajahnya memerah dan jantungnya berdetak kencang. Semakin lama shin memegang tangannya membuat hal semakin lama semakin canggung. Dalam prosesnya dia merasakan sejumlah energinya berlahan-lahan diserap olah tangan shin. Namun dia merasa perasaan yang menyenangkan ketika itu terjadi. Rasa kesemutan dirasakan ditangannya yang membuat dia merasa nyaman.

Beberapa lama waktu dibutuhkan untuk mencapai proses ekstraksi. Kemudian terjadi perubahan pada ronald. Mata yang selama ini pucat menjadi terlihat bercahaya. Dia kemudian menoleh kiri dan kanan seakan menemukan dirinya dalam tempat asing. Namun ketika pandangannya sampai kepada rora, matanya melebar dan kemudian berair. "Kakak"

Dengan suara serak dia bersuara.

Rora yang memperhatikan hal ini mulai terkejut, dan melepas tangan shin, bergegas menuju adiknya dan memeluknya. "Ronald....kamu... akhirnya...."

Keduanya kemudian menangis.

Shin memperhatikan hal ini mulai tersenyum. Melihat keintiman antara dua bersaudara membuatnya teringat pada ibunya.

Dia pun kemudian berfikir, dia tidak pulang kerumah setelah pulang sekolah dan sudah beberapa hari ibunya mungkin kawatir tentangnya.

Setelah urusan ini selesai ia akan segera pulang.

Shin memberikan waktu kepada kedua saudara itu untuk bersama dan keluar ruangan dengan lili.

Dia pun kembali ke ruang makan karena ia merasa lapar setelah lelah dengan urusan ronald.

Beberapa saat kemudian, rora memasuki ruang makan dan menemukan shin dan lili duduk menikmati teh.

"Shin, aku sangat berterimakasih sudah menyelamatkan adikku. Dan maaf aku sudah meragukanmu sebelumnya" kata rora

"Aku akan jujur rora, sebenarnya kita memiliki kepentingan yang sama. Kamu ingin adikmu sembuh, sedangkan aku hanya ingin uang yang kamu janjikan pada lili" kata shin

"Uang yang ku janjikan tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukakan shin. Apa pun yang kamu inginkan selama aku bisa memenuhinya aku akan memberikannya shin" kata lili.

Shin berfikir sejenak, dengan apa yang yang dikatakan lili dia bisa meminta apapun. Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Ketidakmampuannya dan kelemahannya membebani pikirannya. Dia ingin secepatnya meningkatkan kekuatannya.

Lili melihat shin yang memandanginya dalam diam. Dia tidak tahu apa yang dipikirkannya. Mengingat saat shin memegang tangannya membuatnya memerah. Namun tiba-tiba terlintas sebuah pikiran dan tiba-tiba dia menjadi semakin merah.

"Baiklah kalau begitu, kalau memang bisa aku mau pergi ke dungeon" kata shin dengan mata penuh tekat

avataravatar
Next chapter