webnovel

PROLOG

Sore itu sedikit berangin, membuat beberapa helai daun berjatuhan dari pohonnya sendiri. Terlihat sang daun pasrah akan keadaan dan tak memiliki dendam terhadap angin.

kejadian tersebut diperhatikan oleh seorang gadis cilik. Menarik kedua sudut bibirnya sehingga membuat lengkung kurva yang melawan sang gravitasi, sembari membayangkan bahwa dedaunan itu adalah dirinya.

Gadis yang ikhlas dengan segala kejadian yang menimpanya. Dia ikhlas, sungguh tak sedikit pun mempunyai niat membalas itu semua.

Anak itu terima dengan lapang dada dan percaya bahwa Tuhan sudah membuat skenario yang indah untuk ciptaan-Nya sendiri.

'Jangan pernah kecewa sama Allah ya nak, karena sejatinya Allah ga pernah ngecewain hamba-Nya tapi hamba-Nya lah yang sering mengecewakan-Nya'

Kalimat itu tak pernah hilang dari ingatannya, Perkataan ibunya akan selalu diingat.

Gadis yang terbilang masih belia itu tetap tersenyum menikmati semilir angin sehingga tak terasa di ufuk barat, cahaya kekuning kuningan itu perlahan tenggelam.

"Aetra, masuk sayang udah mau maghrib."

Seorang lelaki paruh baya, Akhtar namanya, menghampiri dan memanggil putrinya untuk segera memasuki rumah.

"Iya ayah sebentar lagi, mau lihat matahari terbenam." Jawab sang anak dengan kedua aksa yang tetap memperhatikan cahaya yang hampir digantikan dengan sang rembulan.

Akhtar hanya bisa tersenyum miris melihat anaknya yang merindukan sosok seorang Ibu.

Jika saja Istrinya masih hidup, pastilah sekarang Ia dengan keluarga kecilnya sedang menikmati cahaya yang indah ini.

Namun Akhtar tak boleh berkecil hati, seumpama Ia seperi itu, lantas siapa yang akan menghibur malaikat kecilnya?

Ia harus tetap bersyukur masih diberikan oleh Tuhan sesosok putri yang menemaninya di tempat persinggahan yang keji ini.

Tersenyum simpul, dan tiba tiba mengangkat badan putrinya. Tak lupa menyamankan posisinya di atas kedua bahu.

HAP

"Pesawat akan berangkat 5 menit lagi, diharap penumpang segera bersiap siap." Ucap sang Ayah layaknya public information di dalam sebuah Bandara.

Anak itu tertawa riang. Mengalungkan lengan ke leher sang Ayah, berjaga jaga agar tidak jatuh.

"Aetra sayang Ayah."

Mata sang Ayah tak bisa berbohong, Ia juga sangat menyayangi Putrinya. Hatinya benar benar terguncang mendengar pernyataan anak nya yang terdengar sangat tulus.

Aetra adalah sumber kebahagiaan yang tak akan bisa tergantikan.

"Ayah juga sayang Aetra,"

Kolom komentar terbuka lebar untuk krisar, saling menghargai itu penting kalo kamu juga mau di hargai.

raisaarmd_creators' thoughts
Next chapter