3 Dinginnya Musim Hujan

Musim hujan adalah musim terindah untuk mereka yang sedang berdampingan dengan luka "

- Lena Kalanta Galatea -

Hujan deras mengguyur kota saat ini karena musim hujan tiba. setelah para murid berbondong-bondong keluar kelas karena bel sudah berbunyi. Lena yang saat itu masih setia duduk di bangkunya untuk melihat rintik hujan yang satu persatu turun ke bumi, ia duduk dekat jendela menghirup wangi hujan yang menurutnya berbeda dari wangi wangian yang lain.

Sudah lima belas menit ia duduk tenang di sana tak disangka-sangka ada seseorang laki-laki di depan pintu kelas memandanginya. 

Nama laki-laki yang memandanginya sedaritadi di balik pintu kelas adalah " Liam Tarachandra Nareswara " kakak kelasnya yang mungkin bisa di katakan cowok yang cukup populer di sekolahnya.

" Lu suka hujan ya ? "

" Iya " jawabku singkat dan langsung membereskan buku untuk pulang saat aku baru saja ingin berjalan ke arah pintu. Ia menarik tanganku.

" Pulang bareng yuk ? " ajaknya

" Enggak! Makasih " aku melepaskan genggaman tangannya dan langsung berjalan ke arah parkiran motor.

Sial sekali hari ini ban motorku kempes. Aduh! Gimana ini pulangnya aku naik apa dong nanti Enggak mungkin aku jalan kaki dan jika harus menunggu bus pasti tidak ada karena sudah hampir gelap, aku hanya menunggu keajaiban datang menolongku.

 " Kenapa ? Katanya tadi mau pulang ? "

" Ban kempes "

*Tertawa 

Nyebelin banget kan malah tertawa bukannya bantuin. Lena heran padahal tidak ada yang lucu kenapa dia tertawa ? 

" Yaudah gua anterin, yuk ! "

" Yaudah " Jawabku 

" Naik " 

" Oke "

Saat di perjalanan menuju rumah Lena tidak ada yang mau memulai pembicaraan sejak tadi sampai pada saat Liam memberhentikan motornya di salah satu gerobak bakso yang letaknya dekat dari sekolah lalu mereka berdua mencari tempat duduk di sana

" Hai Mang Udin... "  Ucapnya ramah 

" Hai juga Den Liam, mau pesan berapa porsi ? " 

" Dua aja mang sama es teh dua "

" Oke ditunggu ya... "

Mang Udin langsung menyiapkan makanan yang mereka pesan tadi .

" Duduk di sana aja, yuk ? "

" Yuk "

" Maaf ya gua cuma bisa ngajak lu ke grobak bakso pinggir jalan kaya gini " ucapnya tak enak hati kepadaku

" Gapapa " 

Pesanan pun datang lalu mereka berdua segera menghabiskannya dan langsung pulang karena sudah malam setelah sampai di rumah Lena ia tak mengizinkan Liam untuk masuk ke dalam rumahnya karena ada sesuatu 

" Makasih ya tumpangannya kak "

" Panggil saja Liam terlalu formal kalau pake kak "

" Iya sama-sama " 

" Kalau ada apa-apa chat aja " 

Tak lama Liam mengucapakan itu lalu ia pergi tetapi ada satu notif chat masuk tetapi nama yang tertera di sana " Calon Suami " tetapi rasanya ia tak pernah memberi nama kontak seseorang dengan nama ini.

CALON SUAMI 🖤

Liam Tarachandra Nareswara 

Calon Suami 🖤

Mandiri kan gua . 19.00

Lena Galatea 

Hmm...  19.05  

Calon Suami 🖤

Motor lu udah gua bawa 

ke bengkel nanti di anterin. 19.05

Lena Galatea 

Ok.  19.20

Calon Suami 🖤

Nanti gua telfon pas udah selesai.  19.20

Len ? 19.21

Di read doang 19.30

Lena Galatea 

Y. 20.00  

Calon Suami 🖤

Oke . 20.01 

Kini jam menunjukkan pukul jam sembilan malam belum kunjung ada suara dering ponselnya berdering. Ia khawatir kalau motornya diantarkan besok terus ia ke sekolah naik apa dong ?

Ahkirnya Lena menelfon Liam untuk menanyakan keadaan motornya yang sampai saat ini belum ada kabar.

Lena called....

" Hallo... "

" Iya " 

" Siapa ? "

" Lena " 

" Temannya Liam ya ? " 

"  Iya Tante... " 

" Tante Liamnya, Ada ? " 

"  Enggak ada nak, Liam sedang di rumah sakit "

"  Di rumah sakit mana tante ? " 

"  Rumah Sakit xxxx " 

"  Oke Lena ke sana... " 

" Iya nak... " 

Lena langsung menyambar sweater hitam miliknya dan langsung berangkat menuju rumah sakit untuk menemui Liam di sana.

Sesampainya di rumah sakit ia melihat ibunya Liam sedang terduduk cemas di depan ruang IGD di dampingi ayahnya tak tega rasanya melihat seorang ibu seperti ini di depan matanya. Lena menghampiri kedua orang tua Liam saat ia sampai di depan ruang IGD ibu Liam langsung memeluknya .

" Lena... " tuturnya seraya menahan air mata turun dari pelupuk matanya

" Iya tante, Liam kecelakaan dimana tan ? "

" Jalan raya dekat kantor ayah..."  yang menjawab bukan tante Layana melainkan om Lathan ayah dari Liam .

Dokter keluar dari ruang IGD memberi tau bahwa Liam mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya dan kehilangan banyak sekali darah setelah mengucapkan itu dokter menjeda sebentar lalu berbicara bahwa Liam mungkin akan kehilangan sebagian memori ingatannya tetapi berjalan dengan waktu pasti ia akan mengingat semua.

Liam dipindahkan ke ruang VVIP untuk istirahat disana. Lena di buat khawatir karena ia takut jika Liam lupa akan dirinya apalagi jika Liam menjadi seseorang yang berbeda untuknya ia tak sanggup.

Lena duduk di bangku sebelah Hospital Bed milik Liam. Ia menggenggam jari-jari Liam yang sedaritadi tidak meresponnya.

" Liam bangun... Lu kan manusia paling kuat, masa gini aja enggak bisa lawan " Tutur Lena pasrah sambil menggenggam tangan dingin Liam.

" Lena... " Panggil Liam dengan suara yang sangat pelan hampir tak bisa terdengar 

" Iya Lena disini .... " Lega rasanya.

" Cie khawatir sama gua " 

" Geer "

" Udah gua mau pulang. "

"  Please jangan. temenin gua nanti kalau gua enggak ada baru lu boleh pergi deh "  

" Mulut lo bisa di saring enggak! "  

" Maaf ya... sumpah badan gua rasanya remuk banget "

" Jangan banyak gerak dulu tadi ayah Ayah sama Ibu tapi mereka udah pulang ... "

" Yaudah biarin aja yang penting ada lo disini "

" Mau apa ? Minum ? Atau apa ? " 

Satu kata dari Liam GEMAS ! melihat cewek dingin di depannya ini bawel banget ternyata. Setelah Lena mengucapkan itu Liam lantas mengelus kepala Lena dengan selang infus yang masih menempel di tangannya.

" Ihh... Ngapain ngelus kepala sih! berantakan tau nyebelin banget "

"  Salahin diri lu lah suruh siapa gemesin "

Blush pipi Lena merah seketika.

" Cie Blushing ... "

avataravatar