webnovel

Chapter 1 "Terbangun"

Jack melihat jam di handphone nya yang menunjukkan pukul dua malam. Ia tak sengaja terbangun karena tenggorokannya sangat kering. Diraihnya botol minum yang ada di meja kecil samping ranjangnya. Dibukanya botol tersebut namun ketika ia hendak meminumnya, tak keluar setetes pun air dari mulut botol tersebut.

"Yah, habis" keluh Jack yang merasa kesal sekaligus masih sangat mengantuk.

Sebenarnya ia cukup malas untuk pergi ke dapur dan mengisi kembali botol minumnya. Tapi karena tenggorokannya sudah sangat kering, ia pun terpaksa bangkit dan memutuskan untuk ke dapur yang berada di lantai di lantai bawah.

Suasana rumah lumayan gelap dan hanya pada bagian-bagian rumah tertentu yang dibiarkan lampunya menyala oleh kak Brian, kakak kandungnya. Itu pun hanya menggunakan lampu kecil di beberapa sudut ruangan. Kak Brian yang bekerja sebagai kartunis baru saja menikah dengan kak Vivi selama empat bulan. Sebelum kak Brian menikah, ia memang sudah mempunyai rumah dan hidup terpisah dengan Jack dan juga kedua orangtuanya.

Tapi dua minggu yang lalu Jack mendaftar kuliah dan diterima di universitas yang berada tak jauh dari rumah kak Brian. Kakaknya pun menyarankan untuk tinggal bersamanya daripada harus indekost yang akan memakan biaya tambahan. Maka sejak seminggu yang lalu, Jack pun pindah kerumah yang kak Brian dan kak Vivi tinggali.

Saat kakaknya menikahi kak Vivi, ada rasa iri pada diri Jack yang juga tak habis pikir bagaimana kakaknya bisa mendapatkan wanita cantik, kulit putih, dada besar,dan memiliki body goals selayaknya tokoh-tokoh anime wanita yang sering ia tonton. Khususnya dengan genre Harem dan Ecchi yang kadang memancing libidonya.

Sesampainya di dapur ia segera mengisi botolnya dari dispenser. Setelah penuh, segera saja dipuaskannya dahaganya yang sejak tadi menyiksa dan memaksanya untuk meninggalkan ranjangnya yang nyaman.

Namun, saat ia sedang minum. Dirinya seperti mendengar sesuatu. Setelah berhenti minum, Jack pun semakin menajamkan pendengarannya untuk mencari asal suara yang ia dengar. Ia pun berjalan perlahan-lahan sembari mencari asal suara yang ia yakin merupakan suara wanita tersebut.

Setelah di dekat pintu kamar kakaknya, ia berhenti dan terkejut bukan main. Kini suara yang ia dengar menjadi sangat jelas. Ternyata yang ia dengar sejak tadi adalah suara erangan kakak iparnya yang sedang bercinta dengan kakaknya.

Karena malu, Jack pun berbalik badan dan hendak kembali ke kamarnya. Tapi saat baru saja ia hendak berjalan, kak Vivi mendesah lebih keras lagi. Sontak saja pikiran Jack segera berpetualang dengan liar dan menerka-nerka apa yang sedang kakaknya lakukan sampai membuat kakak iparnya mendesah begitu keras.

Pergulatan batin pun terjadi. Antara ia ingin mengintip atau kembali ke kamarnya dan melanjutkan untuk tidur yang dimana sangat diragukannya untuk bisa dia lakukan.

"Aaahhhhh," desah kak Vivi semakin keras dan panjang.

"Ssttt.. jangan terlalu keras sayang, nanti Jack bisa dengar," sahut kak Brian.

"Tidak...mung..kin..dia...dengar.. aahhhh...ini..sudah...larut...ahh, iya terus disitu sayang..ahhh," balas kak Vivi yang malah semakin merasa terangsang.

Di dahi Jack sudah mulai bercucuran keringat dan kemaluannya perlahan-lahan menegang. Pikirannya sudah benar-benar kalut dan dia pun memutuskan untuk kembali berbalik badan dan mengintip dari ventilasi atas pintu kamar kakaknya. Kebetulan di dekat pintu kamar kakaknya terdapat lemari yang berisi buku-buku koleksi kakaknya dan kursi yang dipakai untuk melahap buku-buku tersebut. Jack berencana menggunakan kursi itu untuk naik dan mengintip kakaknya.

Jack berjalan sembari berjinjit agar tidak menimbulkan suara apapun. Sesampainya di dekat pintu, Jack tersentak, ternyata pintu kamar kakaknya tidak tertutup dengan rapat. Karena itu juga ia bisa mendengar erangan kakak iparnya dari kejauhan. Merasa sangat beruntung, Jack segera saja mengintip melalui sela pintu yang sedikit terbuka itu.

Mulutnya langsung menganga melihat kakak iparnya yang biasa ia temui setiap hari saat ini sedang duduk di tubuh kakaknya yang berbaring dan memegangi pinggul istrinya yang terus bergerak naik dan turun. Jack terpesona melihat tubuh mulus dan putih kakak iparnya yang terkadang memang berpakaian sedikit terbuka walaupun di dalam rumah dan ada dia sekalipun.

Dia dapat melihat gunung kembar milik kakak iparnya yang memang berukuran besar berguncang dengan hebat seiring dengan semakin cepatnya ia bergerak. Merasa payudaranya berguncang dengan keras, kak Vivi memegangi kedua gundukan daging yang berbentuk indah dan masih sangat kencang tersebut seraya meremas-remasnya untuk semakin membuatnya terangsang.

Melihat hal tersebut kak Brian segera bangkit dan duduk kemudian tangannya maju ke depan dan meremas-remas dada dari istrinya yang sangat sexy tersebut. Sambil tak ketinggalan ia menciumi punggung istrinya yang membuat kak Vivi semakin menggila dan menggeliat tak karuan karena bercampurnya rasa geli dan nikmat yang sedang ia rasakan.

Dada Jack juga merasa sangat panas karena menyaksikan kedua kakaknya tanpa busana dan memadu kasih dengan saling mengejar kenikmatan bersama-sama. Mata Jack masih terpaku pada tangan kakaknya yang meremas-remas payudara istrinya dan terkadang memainkan putingnya yang berwarna merah muda dan nampak sudah mengeras yang menandakan bahwa kakak iparnya itu sudah sangat terangsang dan sedang di mabuk oleh kenikmatan duniawi.

Tangan kak Brian kini sudah tak lagi meremas dada dari kak Vivi. Tapi kini ia memegang pantat dari kak Vivi dan mengangkatnya sedikit. Kak Vivi pun hanya bisa pasrah dan kedua tangannya meremas-remas rambutnya seperti sedang mandi keramas. Setelah kak Brian mengangkat sedikit bokong kak Vivi dan merebahkan tubuhnya kembali, kini ia mengambil alih sebagai yang aktif dengan menggerakkan pinggulnya naik dan turun dengan cepat.

Mendapat perlakuan seperti itu, sontak saja kak Vivi menjadi semakin menggila dan menggeliat karena merasa sangat enak. Bahkan ia sampai menggigit bibirnya sendiri agar tidak kelepasan yang dimana kali ini mungkin saja ia tidak lagi mendesah, namun berteriak dengan keras.

Kak Brian terus menggoyangkan pinggulnya dan saat ini kepalanya mendangak menghadap tembok yang dimana menunjukkan kalau ia juga merasa sangat keenakan. Tubuh kak Vivi tersentak-sentak ke atas yang membuat dadanya berguncang dengan tak beraturan. Kedua dadanya sudah tak terkendali lagi dimana hal itu membuat Jack yang sedang menyaksikan hanya bisa menelan ludah pahit.

Kemudian kak Brian berhenti bergerak dan kak Vivi pun terlihat terengah-engah dengan wajah yang sedikit memerah. Dengan posisi yang sama kak Brian menyatukan kedua kaki kak Vivi yang dimana sejak tadi terbuka dengan lebar sehingga membuat Jack dapat melihat semuanya dengan jelas karena posisi duduk kak Vivi persis menghadap ke pintu. Kini posisi kak Vivi berganti menjadi berjongkok dengan pinggul sedikit terangkat yang hal itu dilakukannya dengan spontan karena untuk memberi ruang pada kak Brian agar bisa bergerak naik dan turun.

Kak Brian bangkit untuk duduk namun kedua tangannya berada lurus ke belakang untuk menjadi penyangga tubuhnya. Dan kemudian ia pun kembali menggerakkan pinggulnya naik dan turun memompa tubuh indah kak Vivi. Setelah berganti posisi menjadi jongkok, otomatis kini alat vitalnya menjadi lebih rapat, sehingga gerakan suaminya menjadi semakin terasa dan semakin membuatnya melayang. Bagai sudah tak terbendung lagi, kak Vivi pun kembali mendesah walaupun tak sekeras tadi.

"Ahhhh...ahhh...enak mass...ahhh ...terus mas...ahh." desah kak Vivi yang merasa sangat keenakan.

Mendengar hal itu, Jack sontak saja semakin terangsang dan seperti tak kuat lagi menahan libidonya. Tak terasa ia pun menurunkan celana boxernya dan mulai memompa "si Joni" sambil menyaksikan secara langsung adegan ranjang yang mana pemain utamanya adalah kedua kakaknya sendiri.

Jack sudah hampir lepas kendali dan tak memperdulikan lagi sekitarnya. Ia merasa hasratnya juga harus terlampiaskan. Tapi karena tidak ada lawan dan tidak mungkin juga untuk bergabung dengan kedua kakaknya, ia pun memilih untuk masturbasi disana.

Dilihatnya terus kedua kakaknya yang bercinta dengan hebat sambil ia juga terus menggerakkan tangannya sendiri. Tapi gerakan tangan Jack tiba-tiba saja berhenti, ia pun segera bergeser dan bersandar pada tembok. Ia sangat terkejut dan jantungnya berdegup sangat kencang karena baru saja matanya bertukar pandang dengan mata kak Vivi.

Next chapter