12 Yakinlah.

Karenina terbangun kala jam menunjukkan pukul 7 malam. Diliriknya Alfredo yang tertidur tanpa berpindah posisi, memeluknya dengan erat dengan lengannya di jadikan bantal oleh Karenina.

Karenina tersenyum, laki-laki dengan jambang tipis dan senyum yang selalu membuatnya tergoda walau tak pernah sedikitpun ia ingin mengakuinya.

Karenina masih memandang lekat wajah tampan dengan tangannya yang besar melingkar di pinggangnya yang ramping.

"Laki-laki gila, memilih wanita seperti ku adalah kegilaan mu yang hakiki."

"Sebenarnya apa masalahmu dengan istrimu, sehingga kau ingin mencari wanita lain,"

Karenina masih bergumam dan kini tangannya mulai meraba jambang tipis yang menggoda membuat. Alfredo semakin tampan dan berkarisma.

Karenina tak mengetahui saja jika sesungguhnya Alfredo telah terbangun lebih dulu darinya, hanya dia tak ingin menganggu tidur Karenina yang begitu lelap.

'Biarkan hanya aku yang tahu tentang istriku Karen, cukup kau menjadi milikku maka hatiku akan baik-baik saja, hanya itu yang aku inginkan.' batin Alfredo menjawab gumaman Karenina.

"Sebenarnya kamu tampan sih, tapi nyebelin." Gumam Karenina.

"Memang aku tampan, walau nyebelin kamu tetap cintakan?" Tiba-tiba Alfredo membuka matanya setelah mengatakan kalimat itu, sontak saja Karenina langsung menari tangannya dari wajah Alfredo, tapi tangan sigap Alfredo telah lebih dulu menangkap pergelangan tangan Karenina, lalu perlahan mendekatkan tangan itu ke wajahnya.

Alfredo membingkai wajahnya dengan telapak tangan Karenina, lalu Ia memejamkan matanya seraya berkata, "Aku menyukai setiap sentuhanmu."

Jangan dibayangkan bagaimana wajah Karenina saat ini, mungkin seperti tomat matang atau mungkin memang dia ketebalan menggunakan blush on? Yang jelas saat ini wajahnya merah, menahan malu sekaligus amarah, amarah terhadap dirinya kah karena seenaknya memegang wajah Alfredo yang sedang tertidur hingga membangunkan laki-laki itu atau benar dia sedang malu karena ketahuan membelai wajah sang calon suami, hanya Karenina yang tahu.

Alfredo kembali membuka matanya, senyumnya mengembang kala menatap wajah cantik tapi judesnya setengah mati yang anehnya justru membuat jantungnya kian berdetak lebih kencang, apa Alfredo mulai jantungan? Memang efek dari cinta itu luar biasa termasuk bisa membuat sang penderitanya menjadi jantungan sampai kejang-kejang jika tak mampu mengapai cintu itu.

Alfredo melepaskan cekalannya di tangan Karenina yang sedang membingkai wajahnya, lalu beralih membelai pipi wanita yang sedang mengeluarkan aura…ah entah lah aura seperti apa, pasalnya Karenina hanya diam saja kala tangan besar itu membelai pipinya yang halus seperti pantat bayi. Perawatan mahal sesuatu yang biasa untuk seorang Karenina ditambah memang wajahnya yang asli cantik khas Indonesia yang membuatnya menjadi lebih menarik walau tak bermake up sekalipun.

"Entah sejak kapan rasa ini muncul begitu saja di dalam hatiku, membawaku ke dalam sebuah rasa yang aku sendiri serasa asing merasakannya, tapi membuat aku bahagia, merasa dicintai, merasa di sayangi, Karen, Please be mine."

Karenina hanya terdiam dan matanya tajam menatap Alfredo yang justru menatapnya penuh kelembutan.

"Jangan pernah bertanya kenapa aku melakukan ini pada istriku, jangan pernah bertanya bagaimana jika dia tahu, jangan pernah bertanya bagaimana jika keluargaku tahu, jangan pernah bertanya mengapa aku lebih mencintaimu, biarkan waktu yang akan menjawab semua pertain itu jika itu yang kini ada dalam pikiranmu." Ucap Alfredo lalu meraih taih Karenina yang bertenger di pipinya, lalu mencium tangan itu dengan lembut.

"Aku mencintai mu Karenina, dan aku tak perlu jawaban darimu kau mencintaiku atau tidak, yang jelas kau milikku, dan aku milikmu, itu sudah cukup."

Karenina menarik nafas panjang, setelah diam karena ketahuan membelai wajah sang calon suami kini Karenina mulai mengumpulkan tenaganya untuk kembali bersuara, "Sudah selesai bicara?" nada bicara yang seperti biasa, ketus dan judes tapi tak pernah membuat Alfredo membenci atau sakit hati karena hal itu justru dia senang itu artinya Karenina menyayanginya, tentunya dengan cara dia sendiri.

Karenina bangkit dari rebahannya lalu menguncir rambutnya tinggi-tinggi, Alfredo hanya tersenyum menatap wajah cantik Karenina.

"Mau kemana?"

"Mau ke kamar mandi, mendengar omonganmu membuat aku jadi kebelet." Jawab Karenina lalu keluar dari kamarnya dan menunggu kamar mandi. Sedangkan Alfredo hanya tersenyum lalu ikut bangkit dari tidurnya dan merapikan tempat tidur yang tadi mereka gunakan untuk tidur siang bersama.

"Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Kata Karenina yang tiba-tiba saja ada di belakangnya sambil mengalungkan handuk di leher Alfredo dari belakang lalu kembali keluar menuju dapur entah untuk apa.

Lagi, Alfredo yang sedang membetulkan seprai dipojok ranjang hanya tersenyum sambil mengelengkan kepalanya pelan, benar-benar calon istri macannya sungguh luar biasa, ya… luar biasa jutek dan galak.

Setelah selesai membereskan ranjang, Alfredo keluar dari kamar ingin menuju ke kamar mandi tapi iseng dia menoleh pada Karenina yang sedang berdiri di depan kompor dan tangannya sibuk memegang peralatan dapur.

Alfredo mengurungkan niatnya ke kamar mandi, dengan handuk yang mengantung di lehernya dia berjalan kearah Karenina yang ternyata sedang mengoreng tahu bakso, lalu mengambil satu buah tahu bakso yang telah matang dan tergolek di atas piring.

"Aku menyuruhmu mandi, bukan menyuruhmu makan." Ketus Karenina.

"Baiklah Nyonya, saya akan mandi sekarang," Jawab Alfredo sambil mengunyah tahu di dalam mulutnya.

"Boleh aku minta kopi?" Kata Alfredo yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi setelah menyelesaikan kunyahan terakhirnya.

"MANDI!!!!" Bentak Karenina galak sambil bertolak pingang menghadap Alfredo.

BLOOM!!

Alfredo langsung masuk ke dalam kamar mandi setelah mendapatkan reaksi yang mengejutkan dari Karenina, sedangkan Karenina hanya terkekeh pelan selihat bagaimana Alfredo buru-buru membuka lalu menutup pintu kamar mandi.

Setengah jam kemudian, hidangan sederhana telah tersedia di atas meja, dan Alfredo pun telah selesai melakukan ritual mandinya. Hanya dengan menggunakan celana kolor dan kaos putih longgar yang disediakan oleh Karenina diatas ranjang untuknya, namun itu merupakan sebuah bentuk perhatian yang ditujukan Karenina untuk dirinya, maka dia tak kan protes tentang hal itu.

Alfredo keluar dari kamar sambil meletakan ponselnya di telingga, sepertinya dia sedang menelpon seseorangm walau ingin sekali Karenina tahu dengan siapa Alfredo berbicara di telpon, namun ingat apa yang dikatakan oleh Alfredo saat bangun taidur tadi, akhirnya dia akan diam, dan memilih percaya padanya.

"Wah, lihat makanan sebanyak ini membuat aku menjadi tambah lapar." Ucap Alfredo setelah menutup panggilan telponnya lalu mendekati Karenina yang sudah duduk disamping meja makan.

"Makanlah." Kata Karenina pada Alfredo.

"Terimakasih, ini kopi untuku?" Tanya Alfredo sambil tersenyum lembut, ternyata walau galak dan judes, Karenina tetap memberikan apa yang Alfredo inginkan.

"Aku akan bekerja di club mala mini, terserah kamu, mau menginap disini atau pulang."

"Yang berbicara di telpon dengan ku baru saja adalah__istriku." Alih-alih menjawab perkataan Karenina Alfredo justru senang menjawab pertanyaan apa yang ada di benak Karenina.

avataravatar
Next chapter