19 Yakinlah 3

Nyanyikanlah lagu indah hanyalah untukku.

Waktu temaram datang ketuk hati.

Tolong kau dendangkan usaplah nurani, agar tak kelam.

Sekali lagi ku minta coba kau nyanyikan.

Semoga dapat ku rasa ikhlasmu.

Pasti kan kudengar, pasti ku resapi.

Kasih yakinlah..

-Iwan Fals-

Waktu sore telah tiba, kini Alfredo dan Karenina telah berada di tempat dimana acara akad nikah dua sejoli itu akan dilangsungkan.

Karenina menatap pantulan wajahnya dicermin, dibelakangnya ada Sofia sahabatnya yang menunggu Karenina selama proses make up berlangsung.

"Kamu cantik banget, Nina." Ucap Sofia sambil memeluk tubuh sahabatnya dari belakang.

"Tak ku duga, sahabatku ini akan segera menikah, dengan laki-laki yang wow… seksi." Lanjut Sofia, lalu mencium pipi sahabatanya.

"Kok kamu diam aja, sih?" Tanya Sofia, yang melihat sahabatnya hanya memandang pantulan wajah mereka dari cermin besar di hadapan mereka.

"Apa Ibu dan Ayahku akan bahagia dengan pernikahan ini, Sof?" Tanya Karenina dengan wajah sendu.

"Apa mereka akan merestui jika tahu anaknya akan menikah dengan suami perempuan lain?" Lanjut Karenina, kini air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Sofia menatap wajah Karenina lekat, hatinya nyeri mendengar kata-kata Karenina yang menyayat hati.

"Mereka akan merestui mu, karena mereka lebih tahu dengan siapa kamu menikah, melebihi dari apa yang kamu tahu, mereka bisa melihat mu dari sana, Nin." Kata Sofia sambil membingkai wajah Karenina yang akan menunduk namun Ia tahan.

"Percayalah ini semua tak seburuk yang kamu bayangkan dan kamu pikirkan, Alfredo benar-benar mencintaimu, aku bisa melihat itu dari matanya." Lanjut Sofia berusaha myakinkan Karenina.

"Tapi aku telah menyakiti perempuan lain."

"Kamu tidak menyakiti siapapun, percayalah padaku."

"Kenapa kamu bisa seyakin itu, padahal jelas-jelas aku sudah merebut Alfredo dari istrinya."

"Kamu tidak merebut Alfredo, tapi Alfredo yang menarikmu untuk menjadi miliknya. Percayalah Karenina, semua akan baik-baik saja."

Karenina menangisdi pelukan Sofia, tak mampu lagi Ia menahan air matanya jika teringat bahwa Ia adalah seorang perempuan yang merebut suami perempuan lain. Walau dalam hatinya terbersit rasa cinta yang tanpa Ia sadari telah datang mendobrak pintu hatinya yang Ia kunci dengan rapat.

Sofia mengurai pelukannya pada Karenina, lalu menghapus air mata yang mengalir dari pipi sahabatnya itu.

"Percayalah semua akan baik-baik saja, dan akan selalu ada aku yang akan selalu setia menjadi sahabatmu apapun yang terjadi, kamu harus ingat itu."

Karenina mengangguk, lalu berusaha tersenyum sambil menatap Sofia.

"Sudah saatnya kita turun Yuk." Ajak Sofia, lalu keduanya keluar dari ruangan yang khusus untuk merias Karenina.

Dengan langkah perlahan mereka menuju lift yang berada di samping ruangan itu. Beberapa menit kemudian mereka sampai di lantai bawah lalu menyusuri lorong yang sudah di tata dengan apik oleh tim wedding organizer.

"Sof." Karenina tiba-tiba berhenti membuat Sofia juga ikut berhenti berjalan.

"Kenapa lagi?"

"Yakin nih, aku nikah sekarang?"

"Ya iyalah, itu calon suami kamu sudah nunggu di tempat akad." Ucap Sofia pada Karenina.

Karenina menarik nafas panjang, lalu menatap lurus kedepan dimana pintu terakhir untuk sampai ditempat akad segera Ia lalui.

Alfredo tersenyum dari kejauhan kala melihat Karenina dengan gaun putih yang menjuntai hingga kelantai, dengan hiasan bunga putih yang melingkar dikepala dan satu buket bunga mawar ditangannya, membuatnya tampak seribu kali lebih cantik dari biasanya.

Jantungnya berdetak lebih cepat saat Karenina menatap wajah yang penuh senyum dari seorang Alfredo, tampak kebahagiaan terpancar dari matanya.

Alfredo melangkah melalui karpet merah untuk menjemput Karenina yang berdiri di depan pintu keluar.

"Cantik." Ucap Alfredo ketika sampai di depan Karenina, lalu Ia mengulurkan tanganya pada wanita yang akan segera menjadi istrinya itu.

"Kamu suka tempat akadnya?" Tanya Alfredo pelan, sambil meletakkan tangan Karenina pada lengannya.

"Su…suka." Kata Karenina yang sejujurnya memang menyukai dekorasi dan tempat untuk akad, persis dengan apa yang Ia impikan selama ini, menikah dipinggir pantai yang indah dengan bersaksikan semburat mega yang indah karena pantulan matahari yang akan segera tenggelam.

"Kamu gugup?"

"sedikit."

"Itu bagus." Kata Alfredo. Karenina menoleh menatap wajah calon suaminya,.

"Itu tandanya kau merasakan pernikahan ini." Lanjut Alfredo, lalu Karenina memalingkan wajahnya dengan menunduk, dan terus melanjutkan langkahnya menuju ke meja akad.

"Duduklah sayang." Ucap Alfredo saat mereka sampai di meja akad. Kemudian Alfredo ikut duduk disamping Karenina.

Sang penghulu lalu memulai acara akad nikah mereka berdua dengan hikmat, kedua sahabat Alfredo yang menjadi saksi pernikahan mereka, tersenyum bahagia saat sahabat sekaligus bos mereka itu telah sah mempunyai istri kedua.

"Selamat Al, aku tahu ini untuk yang terakhir untukmu." Ucap Rudi dan disusul oleh sahabatnya yang lain.

Karenina menatap Sofia yang datang bersama dengan kekasih sekaligus bosnya.

"Selamat Nina, sekarang kamu udah sah menjadi nyonya Alfredo." Ucap Sofia riang, Karenina hanya tersenyum kaku.

"Selamat Karen, semoga saja kau tidak mengajukan resign karena telah menikah dengan orang yang tajir dan keren seperti dia." Ucap bos Karenina sekaligus kekasih Sofia.

"Aku akan tetap menjadi Karenina, santai saja bos." Jawab Karenina sambil tersenyum kecil.

"Selamat menikmati pestanya, Sob." Ujar Alfredo pada sahabatnya itu.

Sementara tamu undangan yang hanya sahabat dekat Karenina dan Alfredo sedang menikmati pesta, Karenina melangkah ke pinggir pantai lalu duduk diatas pasir sambil menatap warna merah mega dan matahari yang mulai tenggelam.

Alfredo melangkah mendekati Karenina yang telah sah menjadi istrinya, lalu mencium pipinya sekilas.

"Indah sekali." Ucap Karenina pada Alfredo yang sedang bersiap untuk duduk disampingnya.

"Ada yang lebih indah dari itu semua." Kata Alfredo sambil menoleh menatap wajah Karenina.

"Apa?"

"Menikahimu, itu hal terindah dalam hidupku." Ucap Alfredo lalu mengecup kening Karenina lembut.

"Aku takut." Ucap Karenina, yang membuat dada Alfredo tiba-tiba sesak, namun Ia mencoba untuk tersenyum, lalu merangkul bahu Karenina, dan merebahkan kepala Karenina diatas pundaknya.

"Tak ada yang perlu kamu takutkan, selagi ada aku disini. Dan akan selalu disini, dihatimu, karena kamu juga selalu ada di hatiku." Ucap Alfredo penuh kesungguhan.

"Aku mencintai mu, Karenina Wijaya."

"Aku mencintaimu, Ndut. kau benar-benar jodohku kan, aku tidak mengingkari janjiku." Ucap Alfredo tiba-tiba tanpa menatap Karenina, tatapannya lurus menatap matahari yang hampir sepenuhnya tenggelam.

Berbeda dengan Karenina yang terkejut dengan panggilan itu, dengan kata-kata itu, kata-kata dari seseorang yang akan selalu Ia ingat.

"Bagaimana kau bisa__" Karenina membekap mulutnya saat Alfredo menatapnya sambil tersenyum namun air matanya mulai menetes dipipinya.

"Al, Jangan bilang kalau kau__" Karenina tak sanggup melanjutkan kata-katanya, karena air matanya telah lebih dulu menggambarkan isi hatinya. Namun anggukan Alfredo sudah cukup memberinya jawaban.

"Ya, ini aku. Ini aku Karenina."

avataravatar
Next chapter