18 Yakinlah 2

Karenina mematut dirinya di cermin, setelah perjalanan panjang yang melelahkan kini Ia bersama dengan Alfredo di kamar hotel yang super mewah. Seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya siang ini mereka akan berjalan-jalan mengelilingi pulau Lombok.

Alfredo rebah miring di ranjang sambil menatap Karenina yang sedang berhias. "Kamu tidak berdandan saja sudah cantik, harusnya kamu ga usah repot-repot untuk berdandan."

"Siapa tahu ketemu cowok cakep, kan lumayan bisa buat ngodain." Jawab Karenina ketus.

Alfredo terkekeh, "Kalau Cuma pingin ketemu cowok tampan, kenapa harus nunggu nanti? Sekarang juga bisa." Ujar Alfredo tak mau kalah.

Karenina menoleh pada Alfredo yang sedang juga sedang tersenyum menatapnya, "Nah, udah lihat cowok tampan kan sekarang." Kata Alfredo lalu tersenyum lebar.

Sedangkan Karenina langsung membuang pandangannya kembali ke cermin, "Percaya diri anda terlalu tinggi, Tuan."

"Awas saja, ada laki-laki yang menatapmu, aku congkel matanya." Alfredo berkata sinis.

"Lihat saja, nanti."

"kalau gitu ga jadi pergilah. Kita menghabiskan waktu disini saja, sampai nanti waktu akad tiba."

"Ya sudah aku pergi sendiri."

"Ga bisa!" Ucap Alfredo yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Karenina dengan memeluk tubuhnya, serta mencium aroma yang selalu membuat dia rindu akan pemiliknya.

"Kalau begitu ayo pergi."Karenina membalik tubuhnya dan menatap mata tajam Alfredo serta mengalungkan kedua tangannya di leher calon suaminya itu.

"Kalau kamu sudah bersikap seperti ini, mana bisa aku menolak." Kata Alfredo lalu mengecup bibir Karena dan melumatnya sesaat. Karenina tidak menolak, entah kenapa dia juga merindukan bibir yang selalu membuat dia terhanyut dan melupakan siapa dirinya.

"Ayo jalan, atau kita mau seperti ini saja." Kata Alfredo sambil menyatukan hidung mereka lalu mengusaknya pelan. Karenina mencubit lengan Alfredo.

"Ayo." Karenina menarik tangan Alfredo untuk segera keluar dari kamar hotel. Keduanya melangkah bersama dengan bergandengan tangan, siapa saja yang melihat maka akan mengatakan jika mereka sangatlah serasi.

"Kita menikah dimana nanti? Perasaan aku tidak melihat tempat untuk acara pernikahan disini." Kata Karenina penasaran.

"Kita akan menikah di Kila senggigi, aku sudah memboking tempat itu untuk acara kita berdua." Jawab Alfredo sambil mengeratkan gengaman tangannya pada Karenina.

"Kamu serius?" Tanya Karenina menatap tidak percaya pada Alfredo.

"Serius, aku ingin ini menjadi peristiwa terbaik dalam hidup kita."

"Kenapa?"

"karena aku mencintaimu."

"Tapi kau_"

"Tidak ada alasan bagi seseorang untuk mencintai orang lain bukan?"

Alfredo menekan pintu lift, tak lama kemudian liftnya terbuka, keduanya masuk secara bersama-sama.

Karenina masih terdiam, hanya mengikuti saja apa yang Alfredo rencanakan dan apa yang laki-laki itu katakan.

"Habis jalan-jalan, Kita langsung ke Kila Senggigi, aku tahu persiapan merias dirimu lebih lama dari diriku."

"Merias?"

"Ya, aku ingin kamu tampil cantik dan mempesona, aku sudah mempersiapkan segalanya."

"Tapi aku kira pernikahan kita akan di tempat tertutup dan tak ada acara lain selain akad nikah."

Alfredo menarik bahu Karenina, lalu mengecup puncak kepala wanita pujaannya. "Sudah aku bilang, aku ingin segalanya indah dan special, dan menjadi sesuatu yang terindah sepanjang hidupmu, dan akan selalu kamu ingat tentunya."

"Tapi kita_"

Alfredo menatap Karenina dengan tatapan tajam, "Jangan pernah berpikir bahwa ini hanya pernikahan main-main, Karen. Ini pernikahan kita yang akan mengikat kita selamanya, ingat itu."

Karenina menatap Alfredo dengan tatapan yang sulit diartikan, antara ingin percaya dengan apa yang dikatakan Alfredo, atau laki-laki itu hanya awalnya saja bersikap manis? Karenina tak tahu harus bagaimana, dia hanya diam lalu menunduk.

"Kau akan menjadi milikku selamanya."

"Bagaimana jika istrimu tahu tentang pernikahan ini?"

"Itu bagus kalau dia sampai tahu. Itu sebabnya aku tidak mengajakmu menikah diluar negeri, tapi kita menikah disini, ditepi pantai dengan sunset yang indah."

"Kamu sungguh gila Alfredo."

"Ya, karenamu."

Karenina menarik nafas panjang, lalu memutar bola matanya malas, dan kembali menatap Alfredo.

"Terserah kamu saja. Aku tidak mau pusing karena ini."

Pintu lift terbuka dan mereka telah tiba di lantai bawah hotel, mereka langsung menuju ke pintu lobby karena mobil yang akan mereka gunakan telah tersedia disana, sang sopir menyerahkan kunci mobil setelah membukakan pintu untuk Karenina dan Alfredo.

"Kau menyetir sendiri, aku kira kita akan pergi dengan sopir."

"Aku tidak ingin waktu terganggu oleh orang lain, hanya ada kau dan aku." Lalu Alfredo mengendarai mobilnya dan membaur ke jalanan kota Senggigi.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah restoran yang memang menjadi favoritKarenina setiap kali berkunjung ke Lombok.

"Disini sangat indah, ternyata kau tahu juga tempat ini." Kata Karenina sambil tersenyum lebar.

"Kau menyukainya?"

"Sangat, aku dan keluargaku dulu sering kesini, saat mereka masih sehat dan masih ada."

"kalau begitu kita juga akan sering kesini, kali ini kita berdua, maka kelak akan bersama anak-anak kita, kita wujudkan impian kita bersama."

Karenina tersenyum mendengar apa yang dikatakan Alfredo antara nyata dan tidak, yang jelas kini Ia bahagaia bisa mengenag kembali tempat yang selalu Ia kunjungi bersama orang tuanya.

Restoran dipuncak bukit di dekat pantai senggigi dengan perpaduan pemandangan pantai dan pepohonan dari atas bukit membuat tempat ini menjadi destinasi para wisatawan untuk menikmati Lombok.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Alfredo setelah mereka duduk disalah satu sudut restoran.

"Chicken wing yang super pedas, makanan yang sangat terkenal disini." Jawab Karenina.

"baiklah."

Lalu Alfredo memesan makanan yang sangat disukai oleh Karenina, dan Ia juga memesan makanan yang sangat Ia sukai jika sedang berlibur ke kota Senggigi.

Tidak lama makanan yang mereka pesanpun datang. Lalu mereka menikmati santapan lezat dengan melihat pemandangan sekeliling yang menakjubkan.

"Kita akan berapa hari disini?" Tanya Karenina.

"Sekitar tiga hari, atau lebih jika kamu mau menambah hari lagi, aku terserah padamu saja."

"Itu sudah cukup."

"Mau jalan-jalan kemana kita besok?" Tanya Alfredo, sambil mengusap sudut bibir Karenina dengan jarinya karena ada saus yang menempel disana.

"Terserah kamu saja." Ucap Karenina gugup karena perbuatan Alfredo yang mengusap lembut sudut bibirnya.

"Ya sudah, kita di hotel saja kalau begitu, bikin anak biar cepat jadi." Ucap Alfredo lalu tertawa. Seketika wajah Karenina berubah menjadi merah, membayangkan jika Alfredo benar-benar melakukan apa yang Ia niatkan baru saja.

"Kenapa wajahmu menjadi merah? Kepedasan? Sudah cukup pakai sambalnya aku tak mau gara-gara sambal itu malam pertama kita jadi tertunda." Ucap Alfredo kembali menggoda Karenina.

"Kau ini menyebalkan."

"Dan orang yang menyebalkan ini yang akan mendampingimu seumur hidup dan akan membuatmu selalu jatuh cinta."

Karenina menatap Alfredo mencari kebenaran dimata laki-laki itu jika Ia benar-benar dicintai olehnya.

avataravatar
Next chapter