9 Sarapan??

Pagi menjelang, Karenina mengucek matanya yang lengket bukan karena kotoran dimatanya tapi karena matanya yang memang tak mau terbuka, rasa nyaman saat tidur tak ingin begitu saja Ia lewatkan begitu saja. Entah sudah berapa lama Ia tak merasakan kenyamanan seperti ini.

Karenina merentangkan kedua tangannya, tubuhnya terasa segar karena kualitas tidur yang benar-benar ia dapat, namun tiba-tiba saja Ia mengingat sesuatu. Alfredo. Dimana laki-laki itu berada? Karenina langsung bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu dengan tergesa.

Lalu tiba-tiba saja dia kembali mengingat sesuatu. Bukankah semalam Ia tidur di gazebo belakang rumahnya? Karenina masih memegang gangang pintu saat pikirannya melayang memikirkan apa yang terjadi setelah Ia tertidur. Lalu Ia menatap tubuhnya sendiri, pakaian yang sama, dan masih lengkap.

"Selamat pagi, calon istri." Sapa Alfredo yang membuat Karenina terjingkat kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.

Ternyata Alfredo sudah berdiri di ruang penghubung antara ruang tamu dan ruang keluarga. Karenina menatap Alfredo dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Apa kau mau berangkat ke kantor?" Tanya Karenina masih dengan posisi yang sama, membelakangi pintu kamarnya dan menoleh ke arah kirinya dimana Alfredo berdiri sambil mengancingkan lengan kemejanya.

"Ya, aku harus segera berangkat ke kantor, ada miting penting pagi ini." Jawab nya dengan masih mengancingkan kancing di lengan kemejanya.

Karenina mendekat kearah Alfredo lalu membantu memasangkan kancing lengan kemejanya. Alfredo menatap wajah cantik yang baru saja bangun tidur dengan tersenyum. Ekspresi wajah dingin dan judes yang ditunjukkan oleh Karenina nyatanya tak mampu membuat gentar Alfredo untuk berhenti mencintainya. Justru sikap Karenina yang mengemas itulah yang membuat Ia mencintai wanita itu.

Wajah jutek dan galak, yang tak selaras dengan hati dan pikiran. Membuat Alfredo memahami sesuatu jika sebenarnya hati Karenina sangat lembut dan penuh perhatian. Buktinya?? Lihat lah sekarang walau dengan wajah dingin dan tanpa bicara sedikitpun, Karenina dengan telaten membantu mengancingkan lengan kemeja dan sekaligus memasangkan dasi Alfredo.

"Aduh. Apa kau ingin membunuhku?" Teriak Alfredo saat Karenina dengan sengaja menarik simpul dasi dengan kencang membuat lehernya tercekik.

"Tentu saja tidak, ini sedikit pelajaran karena dirimu dengan lancang menginap dirumahku, menyuruhku memasak, dan…"

"Memaksamu tidur bersamaku di gazebo." Lanjut Alfredo, seketika sepasang mata itu bertemu. Sekilas mereka saling pandang sebelum kemudian Karenina membuang pandangannya pada dasi.

"Berangkatlah. Cari uang yang banyak, karena calon istri kedua mu ini sangat matre, dan menyukai uang." Ujar Karenina sambil bertolak pingang dan memainkan kedua alisnya serta senyum sinis yang tercetak jelas di wajah cantik walau baru bangun tidur.

"Baiklah, aku tahu itu, aku berangkat dulu, jangan lupa sarapan,karena aku sudah membelikanmu sarapan, dan mobil mu juga sudah diantar kemari." Kata Alfredo santai, namun mampu melunturkan senyum sinis di wajah Karenina.

CUP

Ditengah keterkejutannya Karenina dibuat kembali terkejut dengan sebuah ciuman dipipinya. Dan tanpa mengatakan apapun Alfredo berbalik dan keluar dari pintu rumah menuju ke mobil yang terparkir di depan pagar dengan Rudi yang sudah menunggunya disamping pintu mobil.

Karenina menatap Alfredo dari balik jendela ruang tamu, terlihat Alfredo yang menatap ke arahnya dengan tersenyum lalu masuk ke dalam mobil yang sudah di bukakan oleh Rudi.

"Dasar Sinting, apa yang dia mau sebenarnya." Gumam Karenina lalu duduk di ruang tamu dan menyalakan korek api untuk menyulut rokok yang terselip dijemari lentiknya.

"Huhhhh…" Hembusan nafas bercampur asap rokok membumbung dari bibir seksi Karenina, tangan kanannya membuka kotak yang ia yakini berisi sarapan yang dibeli oleh Alfredo untuknya.

Disela-sela merokoknya, Karenina memasukkan kentang goreng ke dalam mulut lalu mengunyahnya dengan pelan. Sorot matanya menilisik pada sebuah kertas yang terselip dibawah asbak dengan santai Ia lalu mengambil kertas itu lalu membaca tulisan yang tertera disana.

[Merokok tidak baik untuk kesehatan, Calon istri.] Hanya kata-kata itu yang tertulis disana.

"Sialan." Gerutu Karenina, karena ternyata Alfredo dapat menebak apa yang sedang Ia lakukan.

"Laki-laki sinting, brengsek, kurang kasih sayang, menyebalkan." Bibir seksi itu terus mengerutu sambil meremas kertas itu sekuat tenaga. Dengan perasaan kesal Karenina melempar kertas itu ke atas asbak, lalu mematikan rokoknya dengan kesal.

Karenina melahap habis semua makanan yang tersaji diatas meja, lalu segera membuang bungkus makanan itu ke dalam tong sampah di sudut ruangan.

Kaki jenjangnya melangkah ke kamar menghambil handuk yang tergantung di belakang pintu, lalu kembali keluar menuju ke kamar mandi yang berada disamping kamar tidurnya.

Hampir setengah jam Karenina melakukan ritual di kamar mandi, lalu buru-buru masuk kedalam kamar, memakai jelana levis robek-robek dibagian betis, lalu menguncir rambutnya ke atas dan mengenakan topi serta jaket levis yang senada dengan celananya.

Karenina melirik kekanan dan kekiri mencari keberadaan kunci mobilnya yang tadi sudah diantar oleh Rudi sang asisten Alfredo.

"Itu dia." Ucap nya lalu mengambil kunci mobil yang ternyata tergantung di atas rak sepatu.

Dengan menenteng sepatu ketsnya keluar rumah, lalu duduk di teras mengenakan sepatu. Dan bangkit lagi mengunci rumah lalu pergi menggunakan mobil kesayangannya.

"Kemana sekarang ya?" Gumamnya sambil memikirkan ke mana Ia akan pergi mengamen kali ini.

"Kampung Melayu kali ya.." Lagi, Karenina berbicara sediri sambil melajukan mobilnya kea rah terminal kampong Melayu di Jakarta timur.

Di belakangnya melaju pula sebuah motor matik dengan seorang pria yang menunganginya, mengikuti kemanapun Karenina pergi.

"Bos, Nona Karen menuju kearah Kampung Melayu, Jakarta Timur." Lapor laki-laki itu yang ternyata adalah anak buah Alfredo yang ditugaskan untuk mengawasi Karenina yang memang selalu pergi ke tempat-tempat yang menurut Alfredo berbahaya dan rawan kriminalitas.

"Ikuti dia, dan jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya." Perintah Alfredo lalu menutup panggilan telponnya.

Alfredo yang baru saja sampai di kantor, tersenyum sekilas sebelum keluar dari mobil bersama Rudi.

"Kemana lagi Karenina kali ini?" Tanya Rudi, sang asisten sekaligus sahabat Alfredo.

"Kampung Melayu." Jawabnya singkat.

"Sungguh, perempuan yang unik. Kau benar-benar menyukainya?" Tanya Rudi lagi pada Alfredo.

"Bukan hanya menyukai, tapi aku rasa, aku telah jatuh cinta padanya."

"Luar biasa, baru kali ini aku mendengar dirimu mengatakan jatuh cinta pada seorang gadis, eh….dia masih gadis kan?" Tanya Rudi yang langsung mendapat pelototan tajam dari Alfredo.

"Kau pikir dia wanita murahan, yang dengan mudah memberikan tubuhnya pada laki-laki? Dia bukan Zarima." Kata Alfredo kesal.

"Oke, aku minta maaf, ya aku pikir semalam kau dan dia…" belum sempat Rudi melanjutkan perkatannya Alfredo kembali menatapnya dengan tatapan tajam.

"Hah.." Rudi mendesah, sahabatnya ini benar-benar…akh…. Sulit di katakan pokoknya.

avataravatar
Next chapter