15 Gurauan Kekasih

Karenina menatap Alfredo dengan tatapan kesal, pasalnya sedari tadi tak henti-hentinya Alfredo menggodanya.

"Ayolah sayang__ Ups! Maksud ku calon istri." Alfredo langsung meralat ucapannya kala melihat mata indah seperti bola pimpong itu melotot tajam ke arahnya.

"Oke… oke aku minta maaf. Kamu memang pelakor, tapi pelakor yang baik hati, dan menggemaskan. Mungkin bukan hanya aku yang akan meninggalkan istriku jika pelakornya model perempuan seperti kamu." Ucap Alfredo dengan senyum yang mengembang, membuat Karenina semakin kesal.

"Aduh__ Aduh___ kamu tega sekali sama calon suami." Alfredo mengusap lengannya yang dicubit oleh Karenina.

"Cubitlah tubuhky sepuasmu, tapi jangan cubit hatiku, aku tak kan sanggup mena___ Ampuuunn!!!" Alfredo menjerit saat cubitan keras kembali bersarang kali ini tepat dipingangnya. Namun tak sedikitpun dia marah, justru kini Ia sedang tersenyum lebar karena Ia akan lebih bahagia Karenina mengekspresikan kekesalanya dari pada mendiamkannya yang itu berarti runtuhlah dunia seorang Alfredo.

Alfredo tak kan tahan jika Karenina mendiamkannya, seperti saat awal-awal mereka bertemu, sungguh kesabaran Alfredo kala itu sedang di uji untuk dapat meluluhkan hati Karenina.

"Aku benci sama kamu." Kata Karenina sambil menatap jalanan yang masih lengang karena masih teramat pagi.

"Aku juga mencintaimu." Balas Alfredo dengan tersenyum, lalu memandang jalanan yang sepi, lalu perlahan dia menghentikan laju mobilnya dipinggir jalan.

Karenina menoleh, menatap Alfredo yang mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan lalu keluar dari mobil.

Karenina masih mengawasi gerak-gerik Alfredo yang berjalan ke trotoar. Ternyata Alfredo sedang membeli makanan yang dijajakan dipinggir jalan.

Karenina tmengerutkan dahi sambil bergumam, "Memang dia mau beli buat siapa saja makanan itu, banyak sekali yang dia beli."

Lalu Alfredo kembali berjalan kearah mobil setelah membayar makanan yang Ia beli, sebelum sampai di mobilnya, Alfredo memberikan satu bungkusan makanan pada tukang sapu keliling yang sedang mendorong gerobak sampah. Kemudian Alfredo kembali berjalan dan kembali memasuki mobilnya.

"Makanlah, ini enak." Alfredo menyodorkan makanan yang terbungkus dari daun pada Karenina. Dengan ragu Karenina mengambil satu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Alfredo tersenyum.

"Enak kan?" Tanya Alfredo. Karenina tak menjawab tapi langsung mengambil bungkusan itu dari tangan Alfredo, yang membuat Alfredo terkekeh lalu kembali meyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju rumah Karenina.

"Kamu pasti belum pernah memakan makanan itu?" Tanya Alfredo.

Karenina menatap Alfredo lalu mengeleng pelan. Lagi, Alfredo tersenyum lebar. "Itu makanan khas Gunung Kidul." Ucap Alfredo sambil melirik Karenina. Alfredo sangat yakin walau ingin tahu tapi Karenina pasti enggan bertanya padanya.

"Namanya Tiwul Manis, dibuat dari singkong. Makanan sehat tanpa pengawet dan pemanis buatan, karena pakai gula jawa, yang manisnya kayak kamu." Goda Alfredo yang membuat Karenina tersenyum tapi berusaha menyembunyikannya. Lagi, Alfredo terkeheh, dan membuat Ia menjadi gemas sendiri dengan sikap Karenina yang menurutnya lucu dan benar-benar menggemaskan.

"Kamu tega banget sih, makan sendiri. Aku juga laper lho semalaman nungguin kamu kerja." Rajuk alfredo dengan wajah memelas palsu.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menemaniku bekerja." Karenina berkilah.

"Ya sudah biarkan saja aku kelaparan, nanti kalau kamu sudah kenyang, gantian aku yang makan kamu."Jawab Alfredo. Karenina spontan menyuapkan makanan ke mulut Alfredo saat mulutnya terbuka.

Alfredo hampir saja menyemburkan makanan yang baru saja disuapkan Karenina karena tak tahan ingin tertawa melihat reaksi perempuan itu.

Tak lama kemudian mobil itu melewati sebuah taman, lalu alfredo kembali menghentikan laju mobilnya dipinggiran taman. Kemudian Ia keluar sambil membawa tentengan yang berisi bungkusan makanan yang tadi Ia beli.

Alfredo duduk di bangku taman lalu tak lama seorang kakek tua menghampiri Alfredo lalu mengambil makanan di sisi Alfredo. Karenina menatap pemandangan itu dengan tersenyum. Lalu terlihat Alfredo kembali bangkit dan berjalan kembali kearahnya.

"Kau kelihatan akrab dengan bapak-bapak tadi." Tanya Karenina saat Alfredo baru saja masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya.

"Akhirnya, aku mendengar suara merdumu lagi." Bukannya menjawab Alfredo malah kembali menggoda perempuannya itu.

Karenina lalu mencubit lengan Alfredo entah yang keberapa kalinya, entah bagaimana nasib lengan dibalik baju Alfredo, merah atau bahkan sudah berubah menjadi biru. Namun Alfredo tak perduli yang penting Ia bahagia melihat wanita yang dicintainya nyaman berada disisinya.

"Oke_ Oke Nyonya. Aku akan menjawab. Jadi aku pertama kali bertemu dengan bapak-bapak itu saat aku pulang dari rumah mu, entah kapan tepatnya aku lupa. Dia sedang bersama cucunya mengais makanan di tong sampah. Karena aku selalu membawa roti atau cemilan apapun itu dimobil, lalu aku memberikannya pada mereka. Dari semenjak saat itu aku semakin akrab dengan bapak-bapak itu, sekarang kakek itu berjualan di kios taman."

"Pasti kau yang memberi modal pada kakek itu." Tebak Karenina.

"Salah, bukan aku yang memberikannya."

"lalu."

"Asistenku." Lalu Alfredo tertawa terbahak berhasil mengerjai Karenina.

"Menyebalkan."

"Lho! Kok menyebalkan? Justru harusnya kau bangga dong, calon suamimu ini orang dermawan dan baik hati." Ujar Alfredo dengan tersenyum lebar sengaja ingin membuat Karenina kesal.

"Astaga. Sungguh kenarsisanmu terlalu tinggi, Tuan."

Alfredo tertawa lalu mengusak rambut Karenina, gemas. "Isshh!" Karenina mencekal tangan Alfredo yang masih mengusak rambutnya.

"Kenapa kamu sangat menggemaskan, cantikku?" Rayu Alfredo lagi yang membuat Karenia mengerucut bibirnya.

"Kenapa bibir kamu? Minta dicium?" Tanya Alfredo, kali ini Karenina tidak lagi mencubit tapi memukul lengan Alfredo.

"Aduh__ kamu dari tadi KDRT."

"Kita belum menikah bagaimana bisa KDRT."

"Oke, kalau begitu KDRC."

"Apa itu?"

"Kekerasan Dalam Rasa Cinta__asyik." Ujar Alfredo tertawa terbahak.

Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi telah sampai di perumahan Karenina, Alfredo membuka kaca mobil lalu menyapa sekuriti yang berjaga di gerbang komplek perumahan dimana Karenina tinggal.

"Kau Nampak akrab dengan sekuriti itu?" Tanya Karenina pada Alfredo, lagi-lagi Alfredo menjawabnya dengan gurauan.

"Karena aku sering memberi uang suap sama dia, supaya bisa menginap di rumahmu." Alfredo tersenyum lebar sambil menutup kembali kaca mobilnya, saat sampai didepan rumah Karenina.

"Akhirnya sampai juga kita. Tidur sebentar lalu kita berangkat ke Lombok." Ucap alfredo sambil melepas sabuk pengamannya.

"Lombok?" Karenina mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil.

"Iya, Lombok. Kita akan menikah disana nanti sore."

"Nanti sore?"

"Kamu ini banyak bertanya Nyonya Alfredo." Alfredo langsung turun dari mobil terlebih dahulu meninggalkan Karenina yang sedang menatapnya, bingung.

"Ayo turun, aku sudah mengantuk dan ingin tidur sambil peluk kamu." Ujar Alfredo tanpa basa-basi, setelah membukakan pintu mobil untuk Karenina.

Karenina turun dari mobil lalu segera mengambil kunci rumahnya dari dalam tas, lalu keduanya masuk ke dalam rumah bersama.

avataravatar
Next chapter