Dea akhirnya kembali duduk di kursi penumpangnya setelah membuat Abraham geram, bagaimana tidak geram, Dea sengaja bergerak-gerak di atas pangkuan pria itu.
"Kamu tahu, jika tadi di kamar sudah habis kamu," desis Abraham di telinga Dea yang di tanggapi cebikan. Dea menekan tuas bangku penumpang yang dia duduki agar bisa agak turun pada sandarannya. Dea berpindah kebelakang mengambil makanan ringan dan minuman yang tadi sempat mereka beli di minimarket yang mereka lewati saat perjalanan.
Setelah mendapatkan apa yang Dea mau, wanita itu kembali duduk di bangku depan, membuka snack berisi kentang di iris tipis di beri bumbu tabur rasa keju dan babeque.
Jari-jarinya sesekali dimasukkan mulut jika banyak bumbu yang menempel di jemarinya yang lentik. Abraham yang melihat jadi gemas karena nya, sikap cuek dan apa adanya, itu yang membuat seorang Abraham Xavier kini tergila-gila pada wanita di sampingnya yang masih berstatus istri orang.
"Yank, nanti aku ga usah salin ya. Aku cuma bawa baju dua atau tiga biji soalnya," Dea menunjuk tas berisi pakaian dirinya dan Abraham di bangku belakang.
Abraham mendesah kesal, "mau pamer pepaya," Dea cemberut mendengar perkataan Abraham yang terdengar menyindir.
"Bukan gitu...." Dea berputar menghadap kearah Abraham, tangan kirinya meletakkan snack kentang yang tadi dia makan di atas dasboard kemudian menjilati sisa bumbu yang masih menempel, Abraham yang gemas menarik tangan Dea dan memasukkan jari Dea kemulutnya dan membuat Dea terkejut.
"Gurih," kata Abraham setelah Dea menarik tangannya, Dea hanya membesengut dan membuat Abraham terkekeh.
"Makanya jangan buat aku gemas," desis Abraham yang kemudian menarik hidung Dea yang mancung, segera di tepis tangan kekar itu.
"Sakit," Dea mengeluh seraya mengelus hidungnya yang mancung, Abraham memelankan laju mobilnya lalu menarik Dea dan mengecup hidungnya yang dia tarik karena gemas tadi.
"Maaf,' katanya di sertai senyum yang membuat Dea mengangguk. Tidak terasa mereka sampai di tujuan. Abraham memarkirkan mobilnya di dekat tulisan sebuah pantai.
" Sepi sekali, " Dea menatap sekitar, matanya berbinar kala dari kejauhan melihat ombak bergelung-gelung.
"Ini masih malam, Sayang," Abraham ikut keluar dan berdiri mensejajari Dea yang sudah keluar terlebih dahulu, "senang? bahagia?" tanya Abraham yang langsung diangguki oleh Dea.
"Sangat! terima kasih udah buat aku bahagia," katanya yang kemudian mengalungkan tangannya di leher Abraham, dan sedikit berjinjit untuk memberi kecupan pada pipi pria itu.
Uhuk uhuk uhuk, Dea terbatuk saat ada asap tipis menerpa wajahnya. Dengan kesal Dea memutar tubuh dan memukul kepala orang itu.
"Kebiasaan!" maki Dea pada orang itu, bukannya marah pria itu terkekeh lalu menarik tangan Dea menjauh dari Abraham dan berkata, "pinjam pacarnya sebentar, Bro," Abraham hanya mengangguk.
Tuk, lagi, Dea memukul kepala orang itu
"Datang jam berapa?" Dea mencairkan suasana canggung tersebut.
"Dari tadi, kebetulan ada proyek di Jogja," pria yang bernama Dendi itu menghembuskan asap rokok ke udara.
"Istri lu si Ria ga ikut?" mata Dea menjelajahi sekitar, namun tidak mendapati sosok yang dia cari. Dendi menggeleng dan kembali menyesap rokok di tangannya, lalu meniupnya ke udara.
"Gue udah pisah sama dia," sahut Dendi kemudian, Dea berhenti di depan Dendi lalu menahan tubuh pria berbadan kekar itu dengan kedua tangannya.
"Kenapa?" Dea mengernyit heran dan menopang kedua tangannya di dada. Lagi Dendi hanya menggeleng, membuat Dea kesal.
"Lu selingkuh?" tanya Dea yang terdengar seperti menuduh, kemudian dengan santai Dendi membuang putung rokoknya lalu menginjaknya hingga mati, dan memutar kepala Dea agar lanjut berjalan.
Abraham yang mendengar hanya tersenyum kecut, sebegitu cinta'kah pria itu hingga nekat menceraikan istrinya. Abraham tahu Dea tidak akan mau menjalin hubungan dengan sahabatnya, selain bisa merusak persahabatan, Dea sebenarnya wanita yang setia jika tidak di selingkuh i.
Abraham mengambil ponsel di tas pinggangnya, lalu kameranya dia arahkan ke Dea yang sedang berlarian karena di kejar ombak, saat Dea menunduk mengambil air laut, Abraham berdecak kesal.
"Kenapa malah di perlihatkan pada dia sih," umpat Abraham kesal mengingat 'pepaya' Dea pasti terlihat.
"Yank!" Dea berseru memanggil Abraham, tangan Dea melambai memanggil pria itu. Abraham berjalan mendekati Dea dan Dendi yang kembali sibuk dengan ombak.
"Asin," kata Dea kemudian mengusap-usapkan wajahnya yang basah karena terkena air laut pada baju Abraham, dengan sigap Abraham mengambil tissue dan mengelap wajah kekasihnya yang berstatus istri orang.
"Sebentar lagi matahari terbit, mau foto?" tawar Abraham yang langsung di angguki oleh Dea.
"Mau foto pas matahari terbit?" Dendi yang tiba-tiba datang dan mengacak-acak gemas rambut Dea, "Den, rambut gue jadi berantakan!" serunya kesal, dengan sabar Abraham menata lagi rambut Dea yang tadi sempat di acak-acak Dendi.
Dea menatap langit yang masih berwarna hitam, tidak lama dari ufuk Barat muncul matahari, perlahan tapi pasti. Tidak mau melewatkan momen itu, Dea meminta Abraham memfoto dirinya.
Abraham melirik kearah Dendi, pria itu juga sedang mengambil gambar Dea. Dea setengah berlari menghampiri mereka dan merebut ponsel Abraham, senyum Dea merekah saat melihat foto dirinya terlihat sempurna, "perfect, Yank," katanya memuji Abraham.
"Lebih bagusan punya Dendi," Dendi seketika gelagapan, "apa sih, Bro," ujarnya membela diri.
Dea segera mengambil ponsel milik Dendi, Dea berdecak karena ponsel itu di kunci. "Kata sandinya?" tanpa melihat Dendi, tangan Dea fokus ke ponsel milik Dendi, matanya menyipit kala mendapati fotonya menjadi wallpaper pria itu.
"Kok foto gue jadi wallpaper di ponsel lu, Den?" kedua alis Dea bertautan, "091095" Dea menengok kearah Abraham, "itu kan tanggal ulang tahunku," Dendi menggigit bibir bawah kuat, mata tajamnya menatap sengit Abraham.
Dea segera mengetik tanggal serta bulan dan tahun lahirnya, kedua bola mata Dea membola, " terbuka!" pekik Dea kegirangan. Tangan Dea berselanjar di ponsel Dendi yang dia pegang.
Galeri foto di sana dia buka, mulutnya mengangga tidak percaya, "jangan bilang lu ngfans sama gue!" telunjuk Dea mengarah di wajah Dendi, saat Dendi akan membuka mulut terdengar ada yang memanggil dirinya.
"Tante Dea!" Dea menoleh dan senyum di bibirnya mengembang, "Lea!" sahutnya tidak kalah, Dea berjalan kearah Lea dan berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada anak sahabat baiknya.
"Uluh-uluh anak tante ini makin ngegemesin deh," Dea mencubit pipi chubby Lea lalu menghujani wajah bocah itu dengan ciuman, Lea tertawa karena geli.
"Udah dari tadi?" Panca mendekat dan mengusak rambut Dea, "hu'um" jawabnya sambil membenarkan rambutnya. Lea menendang kaki Panca hingga membuat pria itu mengaduh karena kesakitan, karena gemas Panca mengendong dan memberikan kecupan di wajah Lea, bibir Panca melengkung saat mendapati pipi anak sahabatnya itu ada sisa parfum milik Dea.
"Kalian sudah sarapan?" Abraham maju dan mengalungkan tangan kekarnya di leher Dea, dan memberikan kecupan pada kepala wanita yang dia cintai. Tangan yang lain melingkar di perut Dea, Abraham seakan menunjukan dengan gamblang, bahwa Dea hanya milik Abraham seorang.