webnovel

RENCANA PERJODOHAN

Mendorong pintu ruangan Leon, atasannya, Natasha sangat gugup. Selama berjalan ke ruangannya pun ia tampak berdoa dalam hati agar tidak terjadi hal yang buruk dengannya, pasalnya Leon dikenal sebagai pemimpin sedingin es, meski wajahnya sangat tampan menyerupai arjuna namun semua orang takut padanya karena setiap orang yang datang ke ruangannya bahkan selalu berakhir menyedihkan.

"Duduk!" titah Leon penuh wibawa namun sangat angkuh dan dingin.

Natasha memberanikan diri untuk duduk dengan jantung yang meronta ingin melompat keluar.

"Apa kamu tahu kenapa saya memanggilmu ke sini?" tanyanya dengan wajah yang begitu datar tanpa ekspresi, membuat wajah tampannnya justru terlihat sangat menakutkan di mata Natasha.

Natasha menggeleng pelan dengan senyum yang terlihat sangat dipaksakan, ia hanya berusaha ramah dan menyenangkan di depan serigala tampan seperti Leon.

"Temui saya di cafe Pandora nanti sore."

"T... Tapi ada perlu apa Pak? Apa Pak Leon akan mengajak saya bertemu clien penting?"

Leon dengan cepat menggeleng dan berkata tanpa ekspresi, "Datang saja."

Natasha segera mengangguk patuh dan ia tidak berani bertanya apapun lagi.

"Kamu boleh pergi sekarang!"

Natasha tersenyum cerah saat Leon melepaskannya begitu saja, ia segera bangkit dan secepatnya pergi dari ruangan Leon.

Di depan ruangan CEO Sagara Group, Yunka berdiri dengan senyum lega begitu melihat Natasha keluar.

"Nat, kamu tidak dipecat kan? Atau justru kamu naik jabatan?"

Natasha hanya menggeleng dengan senyum datar. Ia merangkul Yunka dan mengajaknya kembali ke meja kerjanya.

Yunka menolak ajakan Natasha dan ia menghentikan langkahnya, "Ayolah Nat cerita! Jangan buat aku penasaran. Kamu tahu? aku dari tadi pucat menunggumu di sini, takut kamu dieksekusi sama Pak Leon seperti Mauren kemarin."

Natasha terkekeh.

"Aku juga tidak tahu Yun, Pak Leon hanya mengatakan bahwa aku di suruh datang ke cafe Pandora nanti sore."

"Ha? Serius? Hmm sepertinya memang benar kata anak-anak selama ini."

"Ha? Apa kata mereka?"

Yunka segera mendekatkan mulutnya ke telinga Natasha dan berbisik, "Pak Leon sepertinya suka sama kamu."

Mata Natasha membola seketika karena ia benar-benar terkejut, dengan cepat ia membantah pemikiran Yunka, "Itu tidak mungkin, lagipula Keenanku lebih baik dari siapapun, sudahlah lebih baik kita kembali bekerja."

Natasha pergi secepat mungkin setelah ia mengatakan itu. Yunka mendengus kesal dan berlari kecil menyusul Natasha yang sudah meninggalkannya.

***

"Ini baju untukmu Nat, Mama baru saja membelikannya tadi siang."

Natasha yang baru saja selesai mandi menatap Mama Andin dengan heran.

"Dalam rangka apa Ma?"

"Bukannya kamu akan ketemu Leon?"

"Mama tahu darimana?"

Andin dengan santai tersenyum dan menjawab, "Mama dan Tante Yola yang merencanakannya."

Natasha benar-benar terkejut dan ia sudah tahu apa maksud mereka. Ya, apalagi kalau bukan perjodohan, mengingat persahabatan Andin dan Yola sudah seperti saudara.

"Jadi Pak Leon itu anaknya Tante Yola?"

"Ya, kamu benar Natasha Sayang, apa lagi hal yang membahagiakan dalam sebuah persahabatan kalau bukan berujung menjadi besan."

Natasha memberengut kesal, ia menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan perasaan kacau.

"Tapi Keenan...."

"Kamu bisa memberi dia pengertian, plis jangan kecewakan Mama dan Papa kali ini okey!"

Andin pergi setelah memberi ciuman hangat di puncak kepala Natasha, namun hal itu membuat Natasha ingin menangis.

"Ya Tuhan, ini tidak adil," lirih Natasha di sela isak tangisnya.

Pada saat itu ponselnya berbunyi, sebuah pesan dari Leon yang membuatnya ingin menangis begitu keras.

[Sepuluh menit lagi, jangan terlambat!]

Natasha menghembuskan nafasnya kasar, ia menyeka air matanya dengan kesal kemudian bangkit dari duduknya, menyambar baju baru yang dibelikan mamanya dan segera mengganti handuk kimono dengan dress pendek tersebut.

"Ke Cafe Pandora, agak ngebut sedikit ya Pak." Tutur Natasha pada sopir taksi online.

Sopir itu langsung mengangguk setuju karena Natasha berjanji membayar lebih.

Beruntung jarak rumah Natasha dengan cafe tersebut lumayan dekat, jadi meski sempat terkena macet sebentar, Natasha benar-benar bisa datang tepat waktu bahkan sebelum Leon datang.

"Andai saja kamu bukan bosku di kantor, aku pasti menolak pertemuan ini," batin Natasha kesal.

Pada saat itu Leon datang, Natasha tertegun sebentar dengan penampilan casual Leon yang membuat aura ketampanannya bertambah, sayangnya ketampanan itu harus tertutup oleh sikap dinginnya yang begitu mendominan.

Natasha mengalihkan pandangannya sebelum Leon mengetahuinya.

"Baguslah kamu tidak terlambat." Leon sedikit memujinya sebelum ia duduk dengan anggun dan bermartabat.

Natasha memaksakan senyum meski di dalam hatinya ia bergumam kesal, "Mana mungkin aku berani datang terlambat, aku masih menyayangi nyawaku."

Pelayan datang tak lama kemudian dan menyerahkan beberapa daftar menu pada mereka, meski Natasha bahkan tak sempat makan apapun setelah pulang kerja, tapi dia tidak berani menyuarakan pendapatnya untuk memilih makanan dan minuman yang diinginkannya.

Apalagi Leon sama sekali tidak menawari sama sekali, ia begitu mendominasi dalam segala hal, jadi semua makanan dan minuman adalah pilihan Leon.

Suasana berubah menjadi sangat canggung begitu pelayan pergi. Leon sibuk menghubungi Grant, asistennya. Sepertinya dimanapun ia berada tidak akan bisa lepas dari pekerjaan. Natasha sangat bosan dengan suasana seperti itu, ia jadi sangat menyesal dengan pertemuan ini. Ia kemudian memilih menghubungi Keenan melalui pesan teks.

"Ehem." Leon tiba-tiba berdehem dan menatap Natasha tajam.

"Maaf Pak." Natasha buru-buru minta maaf dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Aku ke sini tidak mengajak kencan, aku perlu bicara penting denganmu." Ucapnya dingin dan arogan.

Natasha mengatupkan bibirnya dan ia mengangguk.

"Mami menjodohkanku denganmu, aku hanya ingin kamu tidak menolak keputusan itu."

"Saya juga tahu Pak, Mama saya tadi baru saja bilang, tapi bagaimana dengan pacar saya? Kami sudah menjalin...."

"Itu bukan urusanku," sela Leon dengan cepat. Suaranya yang tenang dan dalam justru membuat Natasha bergidik ngeri.

Ia menyalahkan dirinya sendiri karena lalai tidak berhati-hati menghadapi serigala tampan seperti Leon. Ia ingin menangis sekarang.

"Kamu hanya perlu bekerja sama denganku."

***

"Bagaimana pertemuan pertama kalian?" tanya Anggara saat makan malam keluarga.

"Kita sepakat untuk berteman dulu."

"Tidak masalah, terimakasih sudah menjadi anak yang baik."

Natasha hanya tersenyum getir, berbeda sekali dengan Andin yang begitu bahagia dan menaruh banyak harapan pada hubungan putrinya dengan putra sahabatnya.

"Mama harap ini awal yang baik untuk hubungan kamu dan Leon." Timpal Andin kemudian.

"Ya Nat, jangan kecewakan kami. Lagipula kami melakukan semua ini juga untuk kebahagiaan kamu, Leon orang yang baik dan sukses, kamu pasti bahagia bersamanya."

Natasha tidak bisa berkata apapun selain hanya menyematkan senyum getir di wajah cantiknya, ia bergumam dalam hati dengan kesal, "Baik dari Hongkong?"

Next chapter