webnovel

Aku Menikahi CEO Itu Demi Uang, Tapi Kenapa Dia Tidak Mau Melepasku?

Author: NeroDraven
Realistic
Ongoing · 5.6K Views
  • 1 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Seorang pengusaha besar di kota tiba-tiba menawariku sebuah pernikahan, Aku tahu ini bukan tentang cinta, melainkan kesepakatan bisnis semata. Aku seharusnya bisa menjaga jarak sambil tetap bermain peran hingga bertahan sampai semuanya berakhir. Tapi semakin lama aku berada di dunianya, semakin sulit bagiku untuk berpura-pura. Yuk simak cerita yang di kembangkan oleh satu penulis ini yang terinspirasi dari kisah keluarga~

Chapter 1PROLOG— Menjual diriku demi finansial perusahaan yang stabil

Malam itu, tanggal dua puluh satu, bulan Juli, udara di dalam restoran terasa menegangkan.

Aku duduk di salah satu sudut privat, menyesap segelas wine.

Di seberang meja, Nathaniel Ardian menatapku.

Aku meletakkan gelasku dengan denting di meja. "Aku tidak punya banyak waktu untuk basa-basi, Nate, Langsung saja ke intinya."

"Selalu efisien, Aku menyukainya," ujarnya, suaranya tenang.

Dia menyandarkan tubuhnya, melipat tangan di atas meja. "Aku menginginkan sesuatu yang hanya bisa kamu berikan."

Aku tertawa kering. "Lagi ? Peran apa yang harus kumainkan kali ini ? Pasangan pura-pura untuk menenangkan dewan direksimu ? Atau kamu butuh 'sentuhan wanita' untuk melancarkan lobi proyek di pemerintahan ?"

tatapan nathaniel menajam

"Aku ingin kamu menikah denganku, Sienna."

Hening.

"Menikah ?" Aku mengulang ucapan nathaniel

"Tawaran yang berani. Tapi aku tidak ingat pernah memasukkan 'menjadi istri' ke dalam portofolio jasaku."

"Anggap saja ini akuisisi," balasnya, lebih dingin dari sebelumnya. "Bukan sekadar kemitraan bisnis, Aku tidak butuh istri, Aku butuh seorang Sienna Vellion di sisiku, terikat oleh hukum."

Nathaniel mendorong sebuah kotak beludru hitam ke tengah meja.

"Ini bukan dongeng," lanjutnya.

"Anggap ini kontrak, Kamu mendapatkan stabilitas finansial untuk menyelamatkan LuxverraDan aku" jedanya sejenak "mendapatkanmu".

Mataku terpaku pada kotak beludru hitam.

Aku menghela nafas, lalu menyandarkan punggung ke kursi. "Sebelum kita melangkah lebih jauh, aku perlu tahu satu hal yang sangat penting, Nate."

"Katakan," jawabnya singkat.

"Apa resiko dari 'kontrak' ini ? Seberapa rumit proses perceraiannya nanti?"

"Anggap saja itu adalah penalti yang tidak ingin kamu bayar, Sienna."

"Dari semua wanita di dunia ini yang mungkin rela melakukan apa pun untuk menjadi istrimu, kenapa aku ?" tanyaku, nadaku setajam es.

"Karena kamu yang paling logis."

"Logis ?" aku mengulang kalimatnya.

"Kamu pragmatis," jelasnya

"Kamu tahu cara memisahkan emosi dari sebuah transaksi, Kamu tidak akan jatuh cinta padaku, dan itu membuatmu menjadi aset yang paling stabil dan tidak merepotkan."

Aku mengetukkan ujung jariku di atas meja.

"Dan jika aku menolak ?" tantangku

Dia tidak menjawab langsung, Sebaliknya, dia mengambil gelas winenya, menyesapnya perlahan.

"Kamu bebas menolak," katanya "Tapi ketahuilah, Sienna, para kreditur Luxverra sangat mudah diyakinkan, Aku bisa saja 'memberi saran' agar mereka segera menarik semua pinjamanmu besok pagi." Dia menatapku tajam.

"Dan kita berdua tahu, Luxverra tidak akan bertahan sampai lusa."

Aku menarik nafas dalam-dalam.

"Baiklah," ucapku, suaraku kini tegas dan tanpa keraguan. "Aku ingin tahu semua detailnya, Hak dan kewajibanku, Aturan mainmu, Semuanya."

Senyum tipis di bibir Nathaniel sedikit melebar.

"Tentu saja," jawabnya. "Aku suka wanita yang teliti."

"Aturannya sederhana," mulai Nathaniel, suaranya kembali datar dan tanpa emosi.

"Satu, pernikahan ini akan dilangsungkan sesegera mungkin."

"Dua, kamu akan menjalankan peran sebagai istriku di hadapan publik, menghadiri setiap acara penting, tersenyum saat disorot kamera, dan menjadi bagian dari lingkaran sosialku."

Aku menunggu, tapi dia tidak melanjutkan. "Itu saja ?" tanyaku.

"Tentu saja, ada satu aturan tambahan yang tidak bisa ditawar." Dia menatapku. "Tidak ada hubungan dengan pria lain selama pernikahan kita berlangsung."

Aku tertawa sinis. "Lucu sekali, Nate. Jadi kamu menuntut kesetiaan penuh dariku, sementara pernikahan ini bahkan tidak lebih dari selembar kertas kontrak ?"

"Anggap saja itu konsekuensi eksklusivitas," balasnya tanpa berkedip. "Aku tidak suka berbagi apa yang sudah menjadi milikku."

sebelum aku sempat berbicara, sebuah suara feminin yang lembut namun tajam memotong udara.

"Nathaniel Ardian, akhirnya menyerah pada institusi suci bernama pernikahan?, Dunia benar-benar akan kiamat."

Aku menoleh, Seorang wanita dengan gaun satin biru gelap di tubuhnya dengan sempurna berdiri di dekat meja kami.

"Kejutan, bukan?" balas Nathaniel.

Wanita itu tertawa, lalu pandangannya akhirnya beralih padaku.

"Jadi, ini wanita pemberani yang berhasil menjinakkanmu ?"

Aku hanya tersenyum tipis.

"Terkadang, yang liar hanya perlu kandang yang tepat," balasku.

Wanita itu mengangkat sebelah alisnya.

Dia melangkah mendekat lalu menyentuh bahu jas Nathaniel dengan ujung jarinya.

"Pastikan kamu tahu apa yang kamu lakukan, Nate."

Setelah mengucapkan itu, dia berbalik dan melangkah pergi.

Aku menunggu sampai langkahnya cukup jauh sebelum berbisik, "Teman bisnismu ?"

Nathaniel menatap gelas winenya dan menghindari tatapanku.

"Seseorang dari masa lalu, Tidak penting." jawabnya datar.

"Baiklah," aku akhirnya berbicara

"Aku setuju dengan pernikahan ini."

Mata Nathaniel kembali menatapku.

"Tapi ada syarat dariku." Aku meraih tasku, mengeluarkan sebuah map dokumen yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari untuk skenario terburuk, lalu meletakkannya dengan tegas di atas meja di antara kami.

Alis Nathaniel sedikit terangkat. "Apa ini ?"

Aku menyandarkan punggung ke kursi, menyilangkan kaki dengan anggun. "Jika aku akan memainkan peran sebagai istrimu di depan publik, aku juga ingin peran lain dalam hidupmu, Bukan sekadar pajangan yang kau gandeng di acara sosial." Aku menatapnya tajam. "Aku ingin kursi di meja eksekutif Aurelius Global Corp."

You May Also Like

Off The Record: Ben's Untold Story

Ben baru berusia tujuh tahun ketika ia menyaksikan ibunya terbunuh di depan matanya sendiri. Peristiwa itu membuatnya terpaksa pergi dari tempat kelahirannya di Adelaide ke Bali, tempat keluarga ibunya berada. Kehidupan Ben di Bali berjalan dengan baik. Sampai sebuah peristiwa di penghujung masa SMA-nya membuatnya kembali terasing dan ia akhirnya pergi meningggalkan keluarganya. Ben bertahan hidup dengan mengandalkan kemampuan meretas yang ia miliki. Sambil bekerja di sebuah warung internet di Kota Jakarta, Ben melakukan peretasan demi mendapatkan uang tambahan. Bergabung bersama jaringan peretas bawah tanah, Ben melakukan peretasan ke sebuah lembaga keuangan. Namun aksinya tidak berjalan mulus dan membuat Ben tertangkap aparat kepolisian cyber. Namun, seorang anggota Intelijen datang menemui Ben sebelum ia dijebloskan ke penjara dan memberinya pilihan. Akankah Ben memilih untuk menghabiskan hidupnya di dalam penjara? Ataukah ia akan menerima tawaran yang diberikan oleh Intelijen tersebut? Temukan jawabannya hanya di Off The Record: Ben’s Untold Story ---- Hello, ini adalah original story untuk Ben. Salah satu karakter pendukung dalam karya author sebelumnya berjudul Bara. Karena beberapa pertimbangan akhirnya author memutuskan untuk membangun cerita sendiri untuk Ben. Untuk yang belum membaca novel Bara, jangan khawatir, karena kalian masih bisa menikmati cerita ini terlepas dari peran Ben di dalam novel Bara. Yang penasaran dengan sepak terjang Ben dalam novel Bara, ceritanya bisa dibaca di sini https://www.webnovel.com/book/bara_14129943905432205 Happy reading, everyone ^^ Cover source: Pinterest (If you know the artist, don't hesitate to get in touch with me on Instagram or Discord @pearl_amethys)

pearl_amethys · Realistic
Not enough ratings
24 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT